Keesokan harinya.POV Wendy.Setelah istirahat yang cukup semalam, aku pun terbangun dengan keadaan sangat segar. Obat dari dokter itu benar-benar berhasil membuatku beristirahat dengan baik. Pulang dari kampus, ke rumah sakit, meminum obat, beristirahat dengan benar karena aku sakit, entah mengapa kemarin itu aku benar-benar seperti gadis normal pada umumnya yang menjalani hari tanpa sesuatu yang berdarah-darah dan berlarian ke sana-ke mari menghindari serangan-serangan musuh. Apa lagi selama seharian kemarin Chris benar-benar tidak menghubungiku, hal itu benar-benar membuatku amat sangat lega sekali."Hah~ Entah mengapa Aku berharap hari ini akan setenang hari kemarin ..." gumamku dengan penuh harap.PUK!Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dengan lembut."Hai, Bella!" ucap Viona, si orang yang menepuk pundakku itu. Hari ini dia tampak riang sekali dan wajahnya tampak bersinar karena ia terus memasang senyum yang sangat jarang sekali ia tunjukkan pada siapapun.Ia langsung duduk m
Kini aku sudah berada di dalam toilet. Setelah merasa panik atas kejadian tadi, aku pun berakhir di tempat ini. Dadaku kembang-kempis dengan cepat karena napasku yang tidak karuan ini dengan detak jantungku yang berdebar begitu cepat karena rasa panik ini."Aku ... Aku terlalu kaget dengan hal yang terlalu cepat itu!" gumamku sembari memegangi dadaku."Gila! Ini benar-benar gila! Ada apa denganku?! Mengapa Aku bisa sesalahtingkah itu hanya karena sentuhan yang tampak sepele itu?!" pikirku yang sungguh merasa aneh sekali dengan apa yang kurasakan ini.Aku pun membenarkan irama pernapasanku untuk menenangkan diri sehingga aku bisa berpikir dengan jernih.Aku langsung mendekat pada cermin di wastafel, dan memandangi sosok diriku dengan tajam untuk menguatkan diri kembali.PUKPUKKutepuk pipiku cukup keras lalu menggumamkan apa yang kipikirkan."Baiklah, baiklah, apa yang dilakukan Reynold itu bagus! Ya, itu sangat bagus, Aku yakin tak ada seorang gadis pun yang berhasil membuat Reynold
Keadaan ini, aku merasa seperti dejavu. Aku duduk di sini dan memandangi Martin yang tengah sibuk sendiri dengan urusannya. Ini mengingatkanku pada saat pertama kali aku masuk ke kelasnya. Sungguh tak terasa waktu berlalu begitu saja, terasa seperti kemarin, tetapi sebenarnya sudah berminggu-minggu aku berkuliah di sini.Menunggu memang hal yang menyebalkan, tetapi entah mengapa saat ini aku tidak merasa kesal karena menunggu."Ya, waktu memang bisa mengubah segala," gumamku yang tenggelam dalam pikiranku di tengah apa yang kulakukan ini."Em, Bella?" Suara Martin yang memanggilku itu membuatku kembali ke kenyataan.Aku terperanjat, dan langsung menimpali pria itu, "Iya Pak?" Martin malah tersenyum sembari memandangiku tanpa mengatakan apa-apa."Em, kenapa Pak? Apakah ada yang salah dari Saya?" tanyaku yang heran dengan diamnya pria itu."Tidak, tidak, hanya saja ... Aku penasaran, mengapa Kau terlihat senyum-senyum sendiri sambil memandangiku? Em, apakah ada yang aneh denganku?" Pri
Seakan melupakan rasa gugupku sebelumnya, ketika Reynold duduk di sebelahku kali ini, aku tidak merasa kaget, ataupun panik lagi. Bahkan kali ini aku berani mencuri pandang padanya diam-diam sembari tersenyum lebar, menunjukkan betapa senangnya diriku yang sudah tidak merasakan perasaan yang merepotkan seperti sebelumnya."Syukurlah, sekarang Aku bisa waras kembali!" pikirku."Ekm!" Martin berdeham dengan begitu keras sehingga perhatianku kembali lagi pada pria itu. "Em, Bella, bukannya Aku sudah katakan bahwa Rey ini sudah memiliki seorang kekasih?" Pria itu berbisik padaku dengan tampang yang begitu serius karena sepertinya ia menyadari bahwa sedari tadi aku mencuri pandang padanya.Aku mengangguk dengan sangat mantap, lalu menimpali ucapan pria itu dengan polosnya sembari berbisik juga, "Yap, tentu saja Saya masih ingat informasi itu! Tenang saja Pak, tujuan Saya hanya untuk cuci mata saja kok. Sayang sekali jika Saya melewatkan tampang gantengnya, bukan?""Eh? Hoo, baiklah, baikla
Setelah keluar dari ruang perkuliahan Martin, dengan segera aku langsung pergi meninggalkan kampus untuk kembali ke rumah mengingat Chris beberapa saat lagi akan datang 'berkunjung' ke apartemenku.Namun ketika sampai di parkiran, tampak Robert sedang duduk bersantai di sebuah bangku di bawah pohon sembari meminum minuman kaleng di tangannya. Tentu, melihat sosoknya itu sontak saja membuatku terpikirkan mengenai nasehat Viona untuk jangan dekat-dekat dengan pemuda itu karena ia terlalu aneh dan takutnya malah merugikan aku yang tengah berjuang mendapatkan hati Reynold ini."Keh! Sepertinya aku harus pulang lewat gedung sebelah saja," pikirku yang langsung membalikkan badan dan dengan mempercepat langkahku, aku pun kembali masuk ke gedung, lalu berbelok ke sebuah koridor yang menghubungkan gedung fakultasku dengan fakultas ekonomi.Aku pun sampai di gedung fakultas ekonomi. Tanpa diduga di sini aku malah bertemu dengan Reynold, dan ia tampak sedang berjalan bergandengan tangan dengan Li
Semua sudah siap, aku sudah berdandan seperti dengan selera Chris dan kini aku sudah berdiri tepat di depan pintu apartemenku, meninggalkan Robert yang kurasa masih di mall."Aku ... Aku terlambat 1 menit!" pikirku yang begitu gugup memandangi pintu apartemenku yang tampak tertutup rapat itu meski kutahu ada pria menyeramkan yang tengah menungguku di baliknya.Kutekan kata sandi unitku dengan tangan gemetaran, dan akhirnya pintu pun terbuka.JEGLEK!Kudorong pintu yang cukup berat itu, dan perlahan mulai memasukkan tubuhku ke dalam tempat tinggalku itu, dan kembali menutup pintunya setelahnya."Harus kuapakan Kau sekarang, hm?" suara berat nan dingin itu terdengar menggema di seluruh ruangan. Sontak aku terperanjat mendengar suara yang bisa membuat bulu kudukku berdiri. Aku langsung berdiri tegak, dan kufokuskan pandanganku pada lorong menuju ke ruang tamuku, tempat di mana suara itu berasal."Mau sampai kapan Kau berdiri di depan pintu? Aku masih belum melihatmu sehingga dengan begi
Di saat Chris masih terlelap di ruang tamu, dengan segera aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk memeriksa luka sulutan rokok dari Chris barusan. Jujur saja semakin lama luka itu semakin terasa perih sehingga kupikir aku harus segera merawatnya sebelum semakin parah.Namun, ketika kubuka pintu kamar mandi, mataku langsung mendapati keadaan ruangan itu sangat berantakan dengan berbagai perabotan dan keperluan mandiku gergeletak di lantai dan meja. Tidak hanya itu, bahkan air bekas berendam seseorang masih belum dikuras, masih menggenang di bathtub mengeluarkan aroma sabun yang sering kupakai. Satu lagi, yang paling membuatku tercengang adalah mendapati pakaian dalam kotorku yang tercecer di lantai sekitar bathtub. Aku sungguh tidak habis pikir akan hal yang satu itu.Aku hanya melongo dengan mata yang terbelalak melihat kamar mandi yang sudah seperti kapal pecah itu. Namun, meski merasa sangat kesal, aku berusaha untuk kembali tenang setelah kuingat keadaan Chris yang basah kuyup itu
Melihat Reynold yang terlihat serius itu, Lisa hanya mengangguk dan tak mempertanyakan hal itu lagi, mengurungkan niatnya untuk mengorek lebih dalam mengenai apa yang dipikirkan pemuda rupawan itu."Baiklah, terus apa lagi yang ingin Kau tanyakan, Sayang?" tanya Lisa."Apakah Kau tahu sesuatu mengenai organisasi mafia Hulkyn?" tanya Reynold pada akhirnya menanyakan tentang organisasi yang pemimpinnya saat ini sedang ditawan oleh Chris dari organisasi Coltello.Lisa terenyak sejenak, ia sangat terkejut mendengar nama organisasi yang akhirnya terucap dari mulut Reynold karena sejujurnya ia benar-benar tidak mengharapkan nama itu muncul di tengah kasus hilangnya sang ayah."Lisa?" Reynold pun memanggil namanya untuk menyadarkan gadis itu dari ketermenungannya.Lisa mengerjap, kesadarannya kembali, dan ia pun menyahut dengan gugup. "I ... Iya Rey ... Maaf tadi Aku sedikit melamun," ujarnya.Reynold hanya mengangkat alisnya untuk merespons ucapan kekasihnya itu."Rey, apakah organisasi itu