Pagi ini, Dion memiliki janji untuk ikut menemui para pemegang saham di pusat King Enterprise di Los Angeles bersama pemilik dan CEO dari perusahaan itu. Usai mengantarkan Venus ke apartemennya semalam, Dion yang menahan diri tidak menginap kembali pulang ke apartemen Rei. Semalaman ia membaca dokumen kontrak yang diberikan oleh Jupiter sebelumnya.
Dion sudah mengambil keputusan tentang pekerjaan dan posisinya di masa yang akan datang. Ia memutuskan untuk mengambil tawaran menjadi CEO pada anak perusahaan King Enterprise yaitu King Arsenal Corporation. Setelah membaca seluruh profil dan informasi soal perusahaan itu, Dion pun bersedia bergabung.
Sebelum ia turun untuk sarapan pagi, Dion menyempatkan diri untuk menghubungi keluarganya di Indonesia. Ia ingin menceritakan rencana pekerjaannya dan beberapa hal yang terjadi.
“Jadi kamu ndak lolos di Kedutaan?” Pak Dhe Halim bertanya pada Dion usai keponakannya itu bicara beberapa hal.
“Kurang
Jupiter menyambut Dion dengan senyuman lebar di wajahnya. Kala Dion keluar dari mobil Rei yang membawanya, Jupiter langsung berjalan menemuinya. Di belakangnya, sebuah jet pribadi telah siap dimasuki dan membawa keduanya ke Los Angeles. Di dekat tangga pesawat, seorang pria berdiri menunggui Jupiter King.“Welcome! Aku senang Mas Dion memutuskan untuk bergabung dengan King Enterprise!” sambut Jupiter dengan keramahan seorang bos besar pada Dion yang juga tersenyum lebar.“Terima kasih, senang bisa bergabung,” jawab Dion dengan keramahan yang sama. Jupiter mengangguk yakin dan menoleh pada Rei yang hanya turun sesaat sebelum kembali lagi ke mobilnya.“Gue titip, Mas Dion! jangan di tes yang gak-gak!” tunjuk Rei memperingatkan Jupiter yang langsung tergelak lalu mengangguk. Dion pun ikut tersenyum dan menoleh pada Rei.“Gak dong! Tenang aja!” jawab Jupiter masih dengan cengiran lebarnya.“Happy fl
Edward hanya diam saja membiarkan Venus pergi dan masuk ke dalam lift. Setelah lift tertutup, mata Edward naik melihat petunjuk lantai tujuan Venus turun.Edward baru bergerak usai memastikan jika Venus turun ke lobi utama. Ia berlari cepat ke arah lift lainnya yang ada di koridor lain demi mengejar Venus.Sementara Venus yang akan menghindar dari Edward, buru-buru keluar dari lift usai pintunya terbuka. Venus berjalan cepat separuh berlari ke arah lobi mengejar waktu seolah akan menghindar dari Edward yang akan keluar dari liftnya. Venus sampai menoleh ke belakang dan terengah. Ia tidak melihat jalan di depannya dan menabrak seseorang.“Ahhk ... maafkan aku ... “ pekik Venus kaget sekaligus meminta maaf.“Venus, maafkan aku! Apa kamu baik-baik saja?” ucap Lori terburu-buru dan langsung memegang lengan Venus mencoba untuk membantunya. Venus tertegun dan ikut berdiri di bantu oleh Venus.“Aku ...” Venus seketika s
Kedatangan Jupiter di sambut oleh Caleb Konstantine, yang masih menjadi wakil Mars King di dewan direksi dan pemegang saham King Enterprise. Caleb tersenyum ramah dan langsung memeluk Dion begitu melihatnya turun.“Selamat datang di King Enterprise!” sambut Caleb tanpa ragu. Dion ikut mengangguk ramah dan tersenyum hangat. Ia disambut dengan begitu hangat di perusahaan yang akan mempekerjakannya ke depan. Di depannya terlihat bangunan mewah King Enterprise pusat yang menjadi induk dari seluruh anak perusahaannya di beberapa wilayah.“King Enterprise memiliki beberapa subordinary (anak perusahaan) yang bergerak di beberapa bidang. Saat ini kami tengah mengembangkan teknologi terbarukan yang mandiri, ramah lingkungan dan pastinya untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yang bergerak pada green energi! Ikuti aku!”Dion dibukakan pintu selebar mungkin untuk masuk ke pusat King Enterprise yang megah dan sangat menjanjikan. Seorang manajer ikut membungkuk memberikan salam lalu menjadi semacam
“Huff ... “ Dion mengembuskan udara dari mulutnya dengan kening mengernyit. Ia sudah menghubungi Venus nyaris tiap lima menit sekali semenjak ponselnya tidak aktif dua jam yang lalu.“Ke mana dia,” gumamnya pelan lalu menelepon lagi. Sungguh Dion tidak bisa mengungkapkan keresahan di hatinya kini. Ia sudah mencoba menghubungi bahkan lewat aplikasi chat dan tetap tidak ada jawaban sama sekali. Telapak tangan Dion lalu meraba sisi dadanya disertai wajah yang mengerut dan meringis.“Venus ... kamu di mana!” Dion terus mengirimkan chat dan pesan tapi tak terbaca. Jupiter yang baru saja selesai bicara dengan salah satu pemegang saham lantas menengok ke arah Dion dan mengernyitkan keningnya. Ia datang menghampiri dan menyentuh pundaknya.“Ada apa? Apa ada masalah?” Dion sedikit terkesiap dan langsung menoleh pada Jupiter. Ia menghela napas seperti kesal lalu berdecap.“Aku gak bisa hubungi Venus! Ponselnya m
“Buka pintunya!” perintah pria itu menggeram singkat memerintahkan Edward membuka kunci dari pintu. Edward pun terpaksa menurut dengan membukakan kunci. Seketika seorang pria masuk dan duduk di sebelahnya.“Diam saja dan jangan bicara! Atau aku akan meledakkan kepalamu!” ujar pria yang berada di sebelah Edward mengancamnya. Edward hanya bisa pasrah dan diam. Ia kembali memandang ke depan dan beberapa orang yang menyamar dan ternyata adalah pengawal Gareth dilumpuhkan di depan Edward.Lori ikut menyaksikan hal tersebut dan makin bersembunyi di antara tumpukan palet kayu di sudut salah satu lorong kecil. Ternyata orang-orang Edgar Luther sudah datang seperti apa yang dijanjikan oleh Gareth.“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus melapor sekarang?” sebut Lori ketakutan sambil bersembunyi. Ia ingat dengan pesan Venus untuk melaporkan pada polisi saat Edgar muncul dan menemui Venus agar Polisi bisa menangkapnya dengan lebih mud
10 TAHUN YANG LALU, SMA JEFERSON PRIVATE“Dasar monster salju dungu! Haha!” seorang anak yang selalu jadi bahan bulian serta bulan-bulanan di sekolahnya kembali harus menerima perlakuan kasar dari teman sekolahnya seperti biasanya. Ia hanya sabar saja disebut bola salju atau apa pun panggilan yang menyakitkan telinga.Anak itu bernama Thomas Lancey. Ia adalah salah satu dari sekian anak yang dikucilkan di SMA tersebut. Selama ini Thomas tak pernah mengeluh, tapi ia mulai muak diperlakukan seperti samsak tinju tak berharga. Semua orang menghina tubuhnya yang gemuk dan kulitnya yang pucat tapi memiliki bintik-bintik merah yang aneh menurut sebagian besar orang. Rambutnya merah tapi keriting. Tidak jarang, ia sering dipanggil dengan sebutan manusia bola salju karena bentuk fisiknya.Thomas duduk di kursinya di bangku paling belakang. Kelas akan segera dimulai dan ia memilih masuk lebih awal. Tujuannya sederhana, ia ingin melihat seseorang yang baginya s
“Gareth tidak mau mengorbankanmu dan malah menipuku, entah apa itu cinta ...” pandangan Edgar kembali pada Gareth.“... atau uang semata!” sambungnya lagi. Venus hanya diam dengan mata berkaca-kaca lalu kembali memandang Edgar yang akhirnya ikut menatapnya lagi.“Jangan menangis, Sayang. Dia tidak pantas kamu tangisi! Aku adalah pria yang selalu menginginkanmu selama ini. Aku melakukan apa pun agar kamu melihatku. Bahkan jika aku harus membunuh dan menyingkirkan siapa pun, aku akan melakukannya,” ujar Edgar dengan nada rendah dan menakutkan.Layaknya seseorang yang terobsesi pada suatu hal, memandang Venus saja membuat darah Edgar berdesir. Venus adalah obsesi terbesarnya yang harus di dapatkan Edgar seperti apa pun caranya.“Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku? Kenapa kamu terus menerus mengganggu hidupku?” tanya Venus mulai menangis dan suara bergetar. Ia takut tapi harus berani dan itu sangat lah sul
Pesawat pribadi milik Jupiter King mendarat sempurna dengan baik di landasan bandara pribadi milik Golden Dragon seperti biasanya. Saat pesawat itu tenang berjalan tidak selaras dengan perasaan Dion saat ini. Ia benar-benar tidak bisa menutupi keresahannya akan keadaan Venus saat ini.“Dia belum angkat panggilannya?” tanya Jupiter pada Dion yang duduk di depannya. Dion menggelengkan kepalanya dengan raut cemas masih terus menghubungi Venus. Tidak hanya Venus, ponsel Edward pun tidak bisa dihubungi sama sekali.“Tsk ... ke mana semua orang! Aku menelepon ke apartemen Venus, gak ada yang menjawab. Uh, Jupiter ini udah gak bener!” ucap Dion diiringi dengus napasnya yang tidak tenang sama sekali. Jupiter mencoba menenangkan Dion agar ia tidak panik.“Tenang! Kita ke apartemen Venus saja untuk mengecek!” Dion langsung mengangguk setuju lalu menunggu perintah untuk diperbolehkan melepaskan sabuk pengaman. Setelah memperoleh ijin per