Share

95. PoV Nawang 2

"Selamat, Mas,” ucapku dengan dada menahan sesak.

Mas Vino hanya tersenyum tipis seraya mengangguk. Wajah khawatirnya semakin membuatku sakit. Seolah-olah tengah meremas segumpal daging yang selalu berdetak tak karuan kala menatap wajah tampannya. Apa aku tengah cemburu? Ya, aku cemburu dengan perhatiannya terhadap sang istri.

“Hallo, Bu. Vino lagi di rumah sakit.”

“Kalila pendarahan.”

“Iya, sudah ditangani dokter.”

Aku terus memerhatikan kawan baik Bang Wisnu yang pasti tengah menghubungi keluarganya. Kenapa dulu aku tak berani untuk berterus terang soal perasaan ini? Kenapa aku memilih bungkam saat dulu Papa dan Mama menggoda Mas Vino agar mau menjadi menantunya?

Aku terlalu pemalu hingga hanya bisa berharap bahwa Mas Vino peka dan mau menyambut rasa ini terlebih dahulu. Terlalu naif dan berpikir bahwa tak pantas jika wanita menyatakan rasa lebih dulu. Padahal, tidaklah berdosa seandainya seorang wanita meminta kepada walinya agar menyampaikan rasa terhadap seorang pria agar pria te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status