"Papa mau kemana?" Kalea memghampiri Wilan yang membawa sebuah koper."Ada kerjaan ke luar kota. Tapi cuma satu hari. Besok sore Papa langsung pelang. "Gadis itu beralih menatap sang Ibu. "Mama ikut?""Enggak. Lagian cuma satu hari."Vita membantu merapikan pakaian yang dikenakan suaminya. Wilan harus berangkat sore ini agar datang ke hotel malam. Ini tugas dadakan dari kantor, yang seharusnya dilakukan oleh rekan kerjanya yang lain. Berhubung rekan kerjanya sedang sakit jadi Wilan yang diberangkatkan."Biasanya kalau Papa mau ke luar kota selalu ngabarin dari kemarin-kemarin. Katanya hari ini mau makan malam di luar. Terus besok mau pergi bertiga." Kalea membuang nafasnya pelan. Mereka sudah membuat rencana agar malam ini pergi ke restoran bersama. Dalam rangka merayakan hari jadi pernikahan kedua orang tuanya."Tapi kita masih bisa pergi nanti. Kalau Papa sudah pulang," balas Vita menatap sang anak yang terlihat kecewa.Wilan juga merasa tak enak. Mereka sudah sama-sama menyiapkan
"Lepas!" Kalea memberontak saat kedua tangannya ditahan ke belakang tubuh. Dia tertangkap. Orang itu kembali membawa Kalea masuk ke dalam kamar. Membanting tubuh Kalea ke arah kasur hingga kepalanya membentur kepala ranjang."Akh! Mau kalian itu apa?! Lepasin Nyokap gue!"Vita menggeleng. "Jangan. Lepaskan saja anak saya. Jangan kalian macam-macam.""Berisik!"Plak! Orang itu menampar wajah Kalea dan menjambak rambutnya. "Kita cuma perlu sama lo."Kalea memejamkan matanya menahan sakit. Belum lagi dengan pipinya terasa panas akibat tamparan. Bayangkan saja jika yang menampar kalian adalah seorang pria kekar. Teriakan Ibunya semakin membuat Kalea tak tahan. Perlahan Kalea membuka matanya. Tangannya meraih lampu tidur di atas nakas dan memukup pria itu dengan kencang. "Lepas!!"Pria itu sempat mengaduh. Hingga memegangi punggungnya yang terasa nyeri. Satu pria lain yang memegangi Vita langsung menghampiri Kalea siap menangkap. Ia mendorong Kalea hingga gadis tersebut kembali jatuh ke
Saat ini Kalea berada di dalam sebuah mobil, menuju ke kampus. Cuaca di luar sana cukup terik karena matahari sudah naik hampir di atas kepala kepala. Karena Wilan sudah berangkat ke kantor pagi tadi, jadi Kalea memesan taxi online. Adel juga tidak bisa menjemput karena mobilnya sedang berada di bengkel."Mbak, kayaknya ada yang ngikutin kita," ucap sang supir taxi tersebut.Kalea yang sedang membaca buku langsung mengangkat kepalanya. "Ngikutin?""Iya, Mbak. Mereka ngikutin dari belakang."Suara gemuruh motor menarik perhatiannya. Kalea menatap ke belakang dan melihat beberapa motor besar yang mengikuti dari belakang. Karena berpikir mereka memiliki niat jahat Kalea meminta sang supir taxi untuk mempercepat laju mobilnya.Sayang sekali di depan sana ada lampu merah. Mobilnya terpaksa berhenti, dan Kalea menyaksikan motor-motor itu juga berhenti di samping kanan, kiri dan belakang. Gadis memberanikan dirinya untuk membuka kaca jendela mobil."Kalian ngikutin dari tadi? Siapa kalian?"
"Weh, buset. Lo datang sampe dikawal gitu."Kalea hanya tersenyum menanggapi. Setelah sampai di kampus, rombongan motor itu langsung kembali pergi. Ngomong-ngomong Kalea tidak memberitahu Adel maupun Oliv tentang teror di rumahnya. Dia juga tak berniat memberitahunya. Menurut Kalea tak semua orang harus tau masalah ini. Yang ada mereka akan mengkhawatirkannya."Itu suruhan Elkan," jawab Kalea berjalan lebih dulu."Emangnya ada apa? Kok, sampai dikawal kayak gitu."Gak tau. Dia emang aneh, jadi biarin aja."Oliv mensejajarkan langkahnya dengan Kalea. "Minggu depan udah masuk liburan. Apa kita jadi pergi? Aku udah bilang sama Bosku kalau liburan nanti aku ambil cuti."Liburan memang berada di depan mata. Mereka sudah merencanakan pergi ke pantai dan meninap di hotel selama beberapa hari. Sedangkan hari ini mereka akan mengumpulkan tugas akhir agar liburan nanti menjadi lebih tenang."Jadi. Tapi kalau adiknya Elkan mau ikut boleh? Soalnya dia bilang liburan gak kemana-mana. Mending ikut,
Beberapa minggu kemudian kemudian. Saat ini sudah masuk liburan sekolah. Seperti yang direncanakan sebelumnya jika Kalea dan yang lainnya akan pergi berlibur ke pantai. Tentunya bersama Elkan, Deon dan Jonan. Untungnya teman-teman Kalea tidak keberatan.Mereka pergi dengan dua mobil. Pertama dikemudikan oleh Jonan, dan mobil kedua oleh Elkan. Mereka berangkat siang hari supaya sampai di pantai sore. Jadi saat mereka datang disuguhkan pemandangan sanset. Walaupun niat awal Kalea hanya pergi bersama kedua temannya, itu tak merubah apapun. Karena Elkan sudah berjanji jika dia tidak akan merusak liburan Kalea.Saat ini di dalam mobil, suasana terasa hangat ketika Belina menyalakan musik di ponsel. Gadis itu bosan karena diantara Kalea dan Elkan tidak ada yang berbicara. Padahal mereka duduk berdampingan. Eh, ngomong-ngomong Elkan juga membawa anjingnya liburan. Berhubung tidak ada yang dapat menjaganya jika ditinggal di rumah. "Beb, apa masih ada yang mengganggu kamu sekarang? Aku udah c
"Ah, gue beneran puas banget. Ini baru yang namanya liburan. Pokoknya besok pagi kita harus balik lagi ke sana buat main selancar. Gak sabar banget," heboh Adel sambil memeluk bantal tidurnya.Setelah melihat sanset mereka langsung kembali ke hotel. Karena harus istirahat jadi mereka tak bisa lama di luar sana. Lagipula anginnya cukup besar tadi. Sekarang para gadis itu berkumpul di kamar Kalea dan Belina, setelah berganti pakaian."Abis sarapan kita langsung ke pantai buat berjemur. Terus main papan seluncur sama banana boat. Pasti seru banget," kata Belina menatap mereka bertiga dengan sumringah. Ngomong-ngomong Belina sudah lumayan dekat dekat Adel dan Oliv. Itu karena Kalea yang mengenalkannya. Untungnya Belina juga mudah beradaptasi ketika bersama orang yang lebih dewasa darinya. "Ide bagus." Kalea menunjukan kedua Ibu jarinya. "Eh, gue baru inget. Tadi sore gue liat Deon liatin lo terus tau. Kalian ada hubungan apa, sih?""Waktu di mobil juga mereka keliatan deket banget. Dudu
Elkan duduk di kursi rotan sambil menjulurkan kakinya. Dimatas pangkuannya ada Molly yang sama-sama ikut bersantai. Andai kata anjing itu anak kecil mereka sudah terlihat seperti Bapak dan anak. Elkan sesekali mengusap anjing kesayangannya sambil memainkan ponsel.Berbeda dengan yang lain, mereka kini terlihat berlarian bermain volly pantai. Elkan justru hanya menatap tak minat. Daripada bermain voly dia akan lebih memilih untuk olahraga yang lain. Walaupun kelihatannya voly adalah permainan yang menyenangkan."Elkan! Woy, gabung sini, lah!" panggil Jonan sedokit berteriak. Namun Elkan tetap tak menanggapi dia hanya menangangkat satu tangan seolah membiarkan mereka lanjut bermain."Kak Kalea bujuksana biar ikut. Jadi tambah rame," kata Belina."Kenapa gue? Mereka berdua temennya.""Tapi lo pawangnya," celetuk Adel. Walaupun Kalea pintar ternyata dia tak paham soal cinta. Mungkin itu menjadi salah satu alasan Kalea tidak pernah memiliki pacar. Sangat tidak peka."Terserah, deh."Meski
Elkan membawa Kalea ke kamarnya. Setelah memastikan pintu kamar terkunci, dia menggiring gadis itu untuk berbaring di atas kasur. Kalea menggeliat dan mencoba menarik Elkan untuk kembali menciumnya. Dia tak tahan dengan tubuhnya sendiri."Kamu yakin? Gak akan menyesal? Kalau aku udah mulai, kamu gak bisa minta aku berhenti."Kalea berdecak kesal dan menarik kerah baju Elkan. "Buruan!"Pria itu terkekeh pelan. Ia segera merangkak naik di atas Kalea dan menciumnya kasar. Dibalas oleh gadis itu sambil memeluknya. Elkan melepas sesaat ciuman mereka.Kalea menatap sayu Elkan yang melepas.bajunya bertelanjang dada. Dengan tak sabaran Kalea membantunya. Dia tak bisa menahan gejolak dalam dirinya sendiri. Elkan bahkan tersenyum melihat Kalea yang agresif. "Pelan-pelan, Beb."Elkan meneguk ludahnya kasar. Melihat lekuk tubuh Kalea membuat jantungnya hampir berhenti sejenak. Dia mengagumi setiap inci tubuhnya. Ah, ini bukan mimpi."Kita pemanasan dulu."Kalea mendongak saat Elkan memberin tand