Akhirnya, Max melonggarkan pelukannya, tetapi tidak melepaskannya. Mengangkat wajah dan menatap wanita yang ada di hadapannya.
"Ayo, kamu harus memberikan kata sambutan untuk acara ini. Apakah kamu bisa?" tanya Madeline.
Madeline tidak akan bertanya apakah pria itu baik-baik saja. Sebab, sudah pasti pria itu tidak baik-baik saja.
"Apakah kamu bisa?" tanya Madeline kembali.
Max memejamkan mata untuk sesaat. Mencoba mencerna perasaannya saat ini. Namun, saat ini sama sekali tidak ada sedikitpun rasa khawatir atau cemas dalam hatinya.
"Jika kamu berkenan, aku akan ikut naik ke atas panggung bersamamu. Kamu dapat memperkenalkan diriku sebagai sekretaris. Wajar bagi seorang sekretaris mendampingi bosnya bukan?" ujar Madeline, menawarkan diri.
"Semua orang tahu siapa kamu!" balas Max. Madeline cukup terkenal dengan ucapannya yang langsung menusuk dan tanpa ampun. Ya, seperti itulah wanita itu di ruang rapat, mew
Max menatap Madeline. Tangan hangat wanita itu menangkup wajahnya dan mereka begitu dekat."Kamu mengerti?" bisik Madeline sekali lagi.Max tersenyum. Dirinya sudah tahu akan jebakan itu. Jebakan disiapkan oleh, orang-orang yang membencinya. Max, sudah memiliki rencana bagaimana menghadapi wanita sewaan itu. Wanita itu seharusnya dihentikan saat tiga langkah mencapai dirinya. Para pengawal sudah bersiaga di sana dan hanya tinggal mengikuti instruksi. Jika wanita itu ditangkap, maka akan membawanya kepada dalang rencana busuk ini. Trauma miliknya hanya diketahui oleh keluarga inti. Ini artinya, ada anggota keluarga yang membocorkan rahasianya itu.Namun, yang tidak diperhitungkan adalah penolong dadakan. Madeline Lu.Max tersenyum dan berkata, "Mari kita tunjukkan apa yang ingin mereka lihat!"Belum sempat mencerna apa maksud perkataan pria itu, Madeline merasakan tangan Max melingkari pinggangnya. Menarik tubuhnya semakin me
Handuk kecil itu dibasahi dengan air hangat. Lalu, menggunakan handuk itu, Madeline mulai menggosok lembut seluruh tubuh dan wajah pria itu, kemudian mengeringkannya dengan handuk kering. Dulu, ya dulu, saat bayinya demam tinggi, hal ini juga dilakukannya untuk menurunkan suhu tubuh.Setelah beberapa waktu, tubuh pria itu tidak lagi begitu panas."Max! Max!" Kembali Madeline mencoba membangunkan pria itu.Kali ini, Max membuka matanya dan menatap Madeline. Pria itu terlihat lemah dan masih pucat pasi."Bisakah kamu berdiri? Aku akan memindahkan dirimu ke kamar," jelas Madeline.Max mengangguk pelan dan berusaha berdiri. Madeline membantu pria itu dengan menggunakan tubuhnya sebagai penyangga.Tangan Madeline melingkari pinggang pria itu, yang tidak terlapisi pakaian. Saat ini, Max bertelanjang dada dan Madeline menempel di kulit yang hangat itu.Perlahan, mereka berjalan ke arah kamar dan Made
Max hanya mengangguk. Pertemuan yang tidak lagi dapat ditunda, tetapi kali ini Max sama sekali tidak memiliki rasa khawatir. Apakah dirinya telah sembuh? batin Max, sambil menatap wanita yang duduk di hadapannya.Madeline Lu, wanita pertama yang diciumnya. Madeline Lu, juga wanita pertama yang tidur di sampingnya. Ya, banyak wanita yang telah bercinta dengannya, tetapi hanya sebatas seks dan setelah selesai, maka Max membayar dan meninggalkan mereka.Seulas senyum terpatri di wajah tampan itu dan senyum itu, terlihat jelas oleh Madeline."Apakah suasana hatimu begitu baik?" tanya Madeline yang ikut tersenyum."Ya," jawab Max."Setelah sarapan, bersiaplah. Ikut aku ke rumah besar," ujar Max santai.Madeline mengangguk dan berpikir, dirinya mendampingi pria itu sebagai sekretaris. Namun, kenyataannya adalah Madeline telah menjadi bagian penting dalam kehidupan Maximillian Qin dan karena alasan itulah, Max akan mem
BRAKKK!Robert Qin memukul meja begitu kuat, kesal dan marah."Aku tidak peduli dengan mainanmu! Namun, sebagai pewaris Keluarga Qin, kamu memiliki tanggung jawab! Dan, wanita yang berhak mendampingi dirimu, adalah mereka yang sejajar dengan kita!" amuk Robert.Ha ha ha!Max tertawa dingin dan berdiri dari duduknya, merapikan jasnya."Jika begitu, aku tidak akan menikah! Bukankah Anda sudah menerima hal itu sebelumya? Jadi, dengan sedikit kesembuhan yang aku miliki, Anda menjadi tamak?" tanya Max dingin."KAU...!" maki Robert sambil memegang dadanya yang mulai sesak."Jika ini tujuan Anda memintaku kemari, maka Anda pasti kecewa!" balas Max dan berderap keluar dari ruang tamu, dengan kesal."Tuan, ini obat Tuan!" Sekretaris Robert, segera berlari masuk dengan obat-obatan Tuannya.Robert segera menerima pil-pil itu dan menelan semuanya, sekaligus. Setelah merasa tenang
Max menarik napas dalam, berusaha mendapatkan ketenangannya kembali. Kedua tangannya menyisir rambutnya ke belakang.Ya, seharusnya saat ini Max sedang makan malam dengan klien penting, tetapi dirinya pamit sebelum acara makan malam itu selesai. Max merasa muak, saat klien itu terang-terangan menggoda dirinya. Biasanya, hal itu tidak akan mengganggunya. Bahkan, terkadang Max akan dengan senang hati, melanjutkan lebih jauh setelah makan malam usai. Namun, tidak hari ini.Pikirannya hanya dipenuhi oleh Madeline Lu. Dirinya ingin segera bertemu dengan wanita itu dan tanpa pikir panjang, langsung memutuskan untuk pergi ke kamar Madeline. Beruntung, Max melakukan hal tersebut.Saat melihat bagaimana wanita itu gemetar ketakutan, berlinang air mata sambil mengulurkan tangan padanya, hal itu membuat Max menggila. Sudah lama tangannya tidak pernah menghajar seseorang. Biasanya, akan ada Jay maupun pengawal lain yang akan melakukan hal tersebut untuknya
Tangan Madeline yang berada di belakang kepala Max, menarik lembut rambut tebal pria itu. Madeline menyambut ciuman Max yang semakin dalam dan liar. Tangan pria itu menarik tali jubah hingga terlepas.Menurunkan jubah yang menutupi pundak Madeline, bibir Max melepaskan bibir Madeline. Bibir Max menyusuri rahang, turun ke leher dan menjelajahi pundak indah wanita itu.Madeline memejamkan mata dan melengkungkan tubuhnya, agar semakin menempel ke tubuh hangat Max."Buka pakaianku," perintah Max, di sela ciumannya pada pundak Madeline.Dengan mata setengah terpejam, Madeline mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja pria itu. Saat masuk ke ruangan ini, Max sudah tidak mengenakan jas dan dasi.Mengapa membuka kancing terasa begitu sulit? batin Madeline yang kesulitan menghadapi deretan kancing kemeja itu.Max langsung menegakkan tubuhnya, Madeline memekik, protes. Ya, saat kehangatan pria itu meninggalkannya
Madeline melihat isi amplop itu dan menatap Max dengan tatapan gembira. Bagaimana tidak, ini adalah surat cerai yang sudah ditandatangani oleh David Kang."Bagaimana? Bagaimana kamu membuatnya menandatangani ini?" tanya Madeline penasaran."Bukan masalah besar," jawab Max sambil mengangkat bahu.Madeline tersenyum. Dirinya ingin bertanya, apakah setelah dirinya bercerai, Max ingin menjalin hubungan serius dengannya? Namun, Madeline tidak berani mengutarakan pertanyaan itu. Dirinya takut. Takut ditolak, takut dikecewakan.Max tersenyum puas, saat melihat Madeline menandatangani surat cerai itu. Setelah dipukul babak belur dan diancam, David Kang masih menolak untuk menandatangani surat cerai itu. Akhirnya, Max menawarkan sejumlah uang yang tidak mampu ditolak. Ya, akhirnya pria bajingan itu bersedia melepaskan Madeline Lu."Baiklah! Nanti kita makan malam," ujar Max dan mengecup kening kekasihnya itu.Madeline me
Spontan Max bangkit dari duduknya dan mengejar wanita itu. Mengejar Madeline Lu.Di tengah-tengah restoran itu, Max menarik pergelangan tangan Madeline Lu. Tarikan yang cukup kuat, membuat tubuh Madeline membentur dada bidang Max.Madeline yang kesal, langsung menghentakkan tangannya agar terlepas dari pegangan Max. Lalu, berbalik dan berjalan cepat, meninggalkan restoran, meninggalkan pria brengsek itu.Mendorong pintu kayu restoran hingga terbuka lebar, Madeline berlari menuruni beberapa anak tangga yang ada di sana. Max mengejarnya."Berhenti!" perintah Max.Madeline mengabaikan perintah pria itu dan berlari kecil, menjauhi Max. Tidak tahu berjalan ke arah atau menuju mana, Madeline hanya terus berlari menjauhi pria itu. Namun, sepatu hak tinggi membatasi langkah kakinya dan Max kembali berhasil menangkap pergelangan tangannya, saat Madeline berbelok ke jalan kecil yang ada di sana.Max tidak tahu apa y