Selain mengawasi Kayla dia juga sibuk memeriksa beberapa laporan dari 4 perusahaannya yang ada di luar negeri, sesekali dia melirik layar melihat kegiatan Kayla.
“Dasar wanita gila yang enggak mau diam...” Rey mengelus dagunya.
Tiba-tiba pintu kamar Rey terbuka.
“Rey, Kau harus lihat ini! Aku baru tahu saat menuju ke sini...” Bram menyodorkan telepon genggamnya.
“Bisa tidak mengetuk pintu sebelum masuk?” Melirik tajam.
“Iya maaf, tonton dulu itu cepat!!” Ucapnya.
“Video apa ini? Dan kenapa Aku harus melihat ini?” Tanyanya seraya meraih handphone Bram.
“Tonton saja dulu! nanti Kau juga tahu sendiri,” Bram mengernyitkan dahinya.
Rey menetap dengan serius layar handphone milik Bram, video itu di kirimkan oleh salah satu anak buah Bram yang bertugas mengawasi Kayla selama beberapa bulan yang lalu.
“Dari mana Kau dapat video ini Bram?&r
“Terus aja tendang tu ban mobil sampai kakimu patah!” Ucap Kala seraya keluar dari mobil.“Jadi Kamu mau melihatku cedera...?” Katanya sambil menendang ban mobilnya dengan sangat keras.“Aaargh....” Rey mengerang kesakitan.“Hahaa, itulah akibat orang yang sombong!” Sindirnya di sela tawa.“Manusia macam Kau ini? melihat orang kesakitan bukannya di tolong ini Kau mala mengejek sesuka hati!!”Sahutnya seraya mendorong tubuh mungil Kayla ke mobil.Gadis itu ketakutan melihat wajah bosnya yang sangat dekat, Kayla mencoba mendorong Rey tetapi tubuhnya yang lemah tak mampu menggeser tubuh Rey sedikit pun.“Ayolah Bos jangan berbuat seperti ini!!” Kayla memicingkan matanya, debaran yang ia rasakan semakin kencang seakan-akan jantungnya mau meledak.“Kau takut denganku?” Menyeringai licik, tiba-tiba saja hujan turun membasahi tubuh mereka berdua dengan t
“Aduh, kenapa badanku sakit semua?” Kayla meregangkan tubuhnya.Ketika membuka kedua mata Kayla terkejut dan kembali terbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, kepalanya di penuhi pertanyaan.“Aku ada di mana sekarang? Perasaan semalam Aku ada di hutan sama Rey...” Tanyanya dalam hati.Perlahan namun pasti Kayla membuka selimut dan melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada pergerakan membahayakan, merasa cukup aman tak ada ancaman, matanya melotot melihat seorang pria tertidur pulas di sofa.“Siapa dia?” Katanya lirih sembari berjalan mendekat.“Jangan mendekat! Kau belum mandi,” Serunya.“Suaranya tidak asing bagiku, siapa dia?” Gumam Kayla.Rey menghadap Kayla yang sibuk berpikir memunggunginya, gadis aroga itu melangkah maju mendekati pintu kamar mencoba keluar dari situasi canggung dan menakutkan.“Mau ke mana Kau?” Ucap Rey, langkah kaki K
“Sedang apa Kau di situ?” Rey lewat di depan Kayla.“Lagi gosip tentang Kamu...” Jawab Kayla yang beranjak pergi menuju ruang ganti.“Bilang apa Dia barusan? Hay Kau...” Rey memberhentikan langkahnya dan melihat punggung Kayla.“Apa....?” Kayla menatap Rey yang tidak jauh darinya.“Sudahlah lupakan saja...” Rey mengibaskan tangan kanannya.“Aih, dasar manusia aneh!” Gerutu Kayla dan masuk ke dalam ruangan ganti milik Rey.Dengan cepat dia merapikan semua barang yang berantakan dengan sigap Kayla memasukkan semua kemeja Rey ke dalam lemari, setelah selesai dengan aksi bersih-bersih Kayla memasuki ruang kerjanya untuk mengambil tas.“Rey... Reyhan di mana Kau? Aku mau pulang sekarang!” Kayla berteriak sembari menuju pintu utama.“Tunggu Bram dulu dia masih di jalan!!” Rey berbicara dengan suara dalam yang membuat suasana berbeda.
Bram sibuk dengan segala urusan yang menumpuk di kantor dan sibuk mencari orang yang mencelakai Kayla, semua laporan yang ia terima selalu membuatnya emosi karna tak ada titik terang yang menunjukkan tempat persembunyian orang yang mencelakai Kayla, sedangkan Rey lagi duduk santai sembari memelototi laptopnya di kamar Kayla di rawat, jari jemari Rey terus menari-nari di atas keyboard.“Rey....” Memanggil lirih.Rey tidak mendengar Kayla memanggilnya sejak tadi, sepasang bola mata Rey masih fokus dengan layar laptopnya sembari menelepon salah satu karyawannya untuk proyek baru yang akan di bangun minggu depan di salah satu kota besar di luar negeri sana.“Rey, Tolong ambilkan Aku air!” Kayla mengelus pelan lehernya.“Akhirnya Kau bangun juga...” Tuturnya sambil menuang air ke gelas besar, Rey juga membantu Kayla duduk dan mengulurkan gelas yang ia pegang.“Astaga! Rupanya gelas ini bocor...” Celetuk Re
Sudah berhasil menangkap penyusup Bram dan anak buahnya pergi dari home black, di tengah perjalanan Bram dan penyusup itu pindah ke mobil lain dan mengambil jalan memutar menuju rumah sakit. Mobil yang semula di kendarai Bram kini di kendarai Hendra dan Jefri mereka mengambil jalan yang berbeda, Hendra dan rombongan anak buahnya pergi menuju perusahaan.“Kalian akan menyesal nanti!” Sarkas pria itu penuh kebencian.“Kau tak perlu menghawatirkan Kami! pikirkan saja nasibmu hari ini!!” Bram menepuk pipi penyusup itu.“Untuk apa Aku memikirkan nasibku yang telah jelas...” Senyuman sinis yang tampak dari bibirnya.Bram tak menghiraukan ocehannya, dia hanya mengkhawatir akan keselamatan Hendra, adiknya yang menggantikan posisinya di mobil itu.“Apa yang akan terjadi kepada mereka?” Gumam Bram lirih.Kerisauan hati Bram benar tentang adiknya benar, rombongan Hendra di cegat sekelompok orang bertopeng
Bram dan Rey masih mengobrol serius untuk merencanakan serangan di sebelah ruang isolasi tempat di mana Dikta di sekap.“Di mana kau akan menyerang Mereka? Apa kau sudah tahu markas Mereka?” Tanya Rey sambil menyandarkan badannya di kursi.“Aku belum tahu di mana mereka berada? yang pasti Kita harus bergerak cepat!” Pungkas Bram seraya mengelus-ngelus kepalanya.Rey terbengong dan matanya menatap ke arah sudut ruangan sambil berpikir langkah apa yang akan dia ambil nantinya yang membuat semua orang aman tanpa ada darah yang menetes sedikit pun, walau dia tahu harapan itu tidak akan pernah terwujud dengan mudah.“Apa yang membuatmu termenung Rey? kau punya segalanya dan bisa mengalahkan semua orang di kota ini!” Bram menendang sepatu Rey.“Memang benar aku punya semuanya dan sangat mudah mengalahkan orang! sedikit pun Kita tidak tahu siapa mereka sebenarnya. Dan apa tujuannya menyakiti banyak orang,” k
“Ya Tuhan, inikah bidadari ciptaan-Mu?” gumamnya dalam hatinya.“Bram, kamu kenapa?” ibu melambaikan tangan di hadapan wajah Bram.“Ma-maaf Tante! tadi saya melihat Bida...” tandasnya dengan suara yang terbata-bata.“Hahaa, kamu lucu sekali! pantas saja Kayla menyuruh kamu kesini,” suara tawa ibu menggema di ruang tamu.“Gadis yang barusan lewat itu siapa ya? Maaf saya lancang.” Sepasang bola matanya celingukan mencari keberadaan Tasya.“Itu Tasya, adiknya Kayla!” sahut ibu seraya mengangkat cangkir tehnya.“Kenapa wajahmu terlihat bingung seperti itu?” tanya ibu seraya menelisik pemuda yang ada di hadapannya.“I-itu mereka terlihat sangat mirip Tan!” Jawabnya gugup.“Masa sih? enggak aah...” cetus ibu dan tersenyum tipis.Setelah berbincang panjang lebar Bram pamit Pergi dari kediaman Kayla, saat di depan pintu Br
Kayla dan Rey menikmati sarapan mereka tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka suasana yang canggung membuat mereka membisu seribu bahasa, saat Kayla hendak mengawali percakapan telepon genggam Rey berdering dengan cepat Rey meraihnya dan meninggalkan meja makan untuk menjawab panggilan tersebut, samar-samar Kayla mendengar obrolan serius Rey dengan seseorang di seberang telepon. “Awasi semuanya dan jangan membahayakan dirimu sendiri!”Rey mengakhiri percakapannya di telepon dan kembali lagi ke meja makan. “Siapa yang telepon Rey?” tanya Kayla seraya menatap pemuda yang duduk di hadapannya. “Kau tak perlu tahu itu siapa! cepat sembuh dan kembali bekerja lagi!” tuturnya pelan namun tajam, Kayla melirik Rey sambil mengernyitkan dahinya. “Dasar pria aneh sebentar baik sebentar jahat, punya hati apa enggak sih?” gerutu Kayla lirih sembari menyeruput jus apel. “Apa yang kau gumamkan?” Liriknya. “Aku tidak berbicara apa-a