Segerombolan pasukan lengkap sudah bersiap di halaman depan gereja kathedral. Markus menerima laporan tentang tempat yang Elba dan Coque kunjungi siang ini. Keduanya melihat jika tempat bekas penyimpanan anggur tersebut memiliki gudang bawah tanah yang sangat mendukung untuk mengamankan Abigail selanjutnya.
Selain jauh dari pusat keramaian, tempat yang berjarak satu jam dari Roma tersebut juga mudah mereka pantau karena dekat dengan pusat markas militer Roma.Coque mengatakan jika mereka akan berangkat sekitar sepuluh menit lagi. Iring-iringan tentara bayaran Swiss yang menjadi pengawal resmi Vatikan telah siap. Roma mengirimkan bantuan berupa satu pasukan khusus untuk mendampingi perjalanan mereka. Elba dan Coque sangat puas dan melihat seluruh persiapan sudah matang dan terkoordinasi dengan baik. Suster Lisbeth masuk dan memberitahu jika Abigail sudah siap untuk masuk ke dalam mobil. Abigail mereka letakkan di dalam kotak bening kaca mirip dengan petiRoth baru kembali dari kantor dengan wajah lelah. Nina menawarkan segelas whisky dengan es. Roth mengiyakan dengan wajah heran."Kau baik-baik saja, Averin?""Ya. Kenapa?""Wajahmu tampak bersinar. Aneh sekali."Nina mendadak tersipu."Elba menelepon tadi sore. Salam darinya," sahut Nina. Roth memberikan seringai lebar."Oh, ternyata itu jawaban dari wajah ceriamu," ungkap Roth dengan telunjuk membuat lingkaran di udara yang mengarah pada wajah Nina."Jangan mulai!" Nina terlihat jengkel."Ternyata ada cinta yang mulai bersemi antara Roma ke Roger Pass." Roth makin melancarkan serangannya.Nina melempar Roth dengan bantal kecil sofa. Roth tergelak dengan ekspresi gembira."Ada pesan dari Ray!" kelit Roth ketika Nina menghujani dengan serangan bantal bertubi-tubi."Pesan apa?! Jangan berkelit, Roth!""Ini sungguhan!""Sekali lagi kau menggodaku tentang Elba, akan kucin
“Ini laporan korban vampir di Montana,” ucap Ray pada Nina.Mata Nina menelusuri koran pagi itu dengan seksama.“Nadja memang gila! Saat menjadi manusia saja dia seorang penyiksa sejati. Apalagi saat mendapatkan kekuatan. Dia menjadi liar!” balas Nina prihatin.“Menurutmu siapa yang mengubah dia?” tanya Ray.“Entahlah, Ray. Aku tidak sempat memiliki waktu ngobrol hangat,” jawab Nina sekaligus menyindir.Ray tersenyum. Lexi datang dan menawarkan kopi. Keduanya mengiyakan dan terlibat dalam obrolan pagi. Restoran Lexi dalam sekejap ramai dengan pengunjung yang mencari sarapan. Lexi terpaksa meninggalkan keduanya untuk melayani pelanggannya.“Mungkinkah Nadja bukan satu-satunya yang selamat hari itu?” tanya Ray masih penasaran.“Kamu ingin mencari tahu?” jawab Nina balik bertanya. Ray mengedikkan bahunya.“Entahlah, tapi sangat kebetulan sekali seorang Nadja berubah menjadi vampir dan mengejarmu. Seseorang pasti sengaja
Lampu dalam gua tempat Abigail berada menyala dan suasana menjadi lebih terang. Elba menyorotkan lampu ke berbagai sudut. Ia ingin memastikan tidak ada makhluk yang Abigail ciptakan untuk merusak tempat tersebut.Ya, sejak tiga hari terakhir ini Abigail sudah semakin menunjukkan kemampuan dari imajinasi gelapnya. Elba dan Coque tidak bisa lengah sedikit pun. Terkadang jika Abigail dalam kondisi menjadi manusia, ia meratap dan meminta Elba untuk menghabisi dirinya.“Lawan ambisi kelammu, Abe! Jangan menyerah begitu saja!” bentak Elba setiap Abigail meminta untuk dimusnahkan.Menjelang sore Coque pergi untuk membeli suku cadang generator mereka yang rusak. Sementara itu, Elba membongkar kiriman makanan dari Roma. Dapur mereka tidak jauh dari tempat Abigail berada. Elba hanya perlu turun ke bawah untuk memeriksa kondisi gadis itu jika diperlukan.Semua tampak berjalan dengan baik dan kalaupun Abigail mengamuk, Elba masih bisa mengatasi dengan mudah. Ketika
Markus segera datang dengan helicopter secepatnya begitu Coque memberi kabar padanya. Ketika Elba berusaha menahan kesadaran Abigail yang sedang memohon untuk dimusnahkan, Markus muncul dan memutuskan itu harus terjadi.“Jika berani kau menyentuh sehelai rambutnya, aku akan menghancurkan tanganmu, Kardinal!” ancam Elba tidak tanggung-tanggung.Markus menoleh pada Elba yang mulai berdiri tegak dan mengeluarkan tasbihnya. Segerombolan pasukan khusus masuk dan bersiap dengan senjata teracung.“Elba! Kesampingkan kepentingan pribadimu! Kau pikir aku juga tidak menyesal dan berat melakukan ini?!” bentak Markus.“Tidak! Kau tidak akan pernah mengerti! Bukan kau yang membesarkannya, Markus!”“Tapi dalam darahnya mengalir darah sama denganku! Dia keponakanku!” Markus menunjukkan sikap yang lebih tangguh dari yang sebelumnya.“Jika aku memang ingin dia mati, sudah sedari kecil aku membunuhnya, Elba. Aku mengulur waktu dan berharap yang sama sepertimu
Nina dan Roth berangkat dengan diikuti lambaian tangan sahabat juga teman mereka di Roger Pass. Ray juga merelakan Tache, putrinya, yang menjadi calon pemimpin atau alfa klan berikutnya untuk bertempur bersama mereka.Ternyata, Tache membuktikan jika sebagai wanita ia bisa jauh lebih cerdas dan tangguh. Letho, sebagai kakak tertua, dengan tulus dan ikhlas merelakan posisi tersebut untuk dipegang oleh adik perempuan satu-satunya.“Aku akan mengingat ini sebagai sejarah paling menyakitkan dalam hidup manusiaku,” cetus Roth dengan kecut. Tache mengepang rambut panjangnya dengan anggun.“Kalian tahu, aku sangat bangga bisa bergabung dalam perjalanan kalian dan turut berjuang,” balas Tache.Roth melempar senyum kikuk dan pura-pura memandang luar jendela. Entah kenapa, Tache membuat sikapnya menjadi aneh. Ada sesuatu yang membuat Roth salah tingkah setiap berada di dekat gadis cantik tersebut.Nina masih termenung dalam diam. Wajahnya tampak ku
Rangkaian bunga indah dan besar itu suster Lisbeth letakkan dengan hati-hati di sebelah peti jenazah Markus.Misa penutupan peti akan berlangsung dipimpin oleh Bapa Paus sendiri siang ini. Para frater dan bruder sibuk menata kursi untuk jemaat yang akan hadir dalam ibadah penghormatan terakhir nanti.Nina duduk di kursi paling depan dan menatap peti dengan wajah sembab. Rambutnya yang mulai panjang ia ikat sembarang. Tache duduk di sampingnya dengan wajah terpekur ke lantai.Baju Nina tampak lusuh dan belum ganti sejak kemarin. Celana jeans hitam penuh dengan lumpur dan kaos abu-abu yang lengannya robek. Sepatu bootnya juga tampak belepotan dengan tanah merah.Nina tidak peduli dengan penampilannya. Tache membetulkan kerudung hitam dan mencondongkan tubuh ke samping.“Nina, baumu sangat mengganggu. Bisakah kau membersihkan diri sebelum orang lain datang?” bisik Tache sepelan mungkin.Nina seperti tersentak dan baru sadar akan lam
Nina menenteng ransel dan berpamitan pada suster Lisbeth beserta penghuni biara lainnya.Permintaan Paus untuk berjumpa dengannya tidak ia indahkan. Nina sudah tidak sabar ingin segera mengejar tiga orang yang tercuri oleh takdir darinya.Coque menyerahkan selembar kertas catatan pada Nina. Tache mengikuti mereka dari belakang.“Dari kilasan lokasi yang Tache lihat ketika portal terbuka adalah banyaknya salju dengan latar pegunungan. Setelah aku lihat ada beberapa tempat dengan gunung bersalju. Semua sudah ada dalam daftar tersebut,” terang Coque.“Kita kunjungi wilayah yang terdekat. Yaroslav, Rusia,” cetus Nina dan menyimpan daftar tersebut dalam saku.Ketiganya segera bergegas naik mobil menuju bandara.***Kota kecil Yaroslav memang indah sekaligus unik. Kota tanpa gedung atau bangunan tinggi perkantoran tersebut kental dengan suasana desa semi modern.Jajaran restoran dan pertokoan kecil dengan pili
Baru kali ini Elba melihat Nina mengenakan gaun yang feminim. Ternyata setelah berpenampilan layaknya perempuan, Nina mampu mengalahkan wanita mana pun.Ia terlalu cantik dan menawan. Giginya yang rapi dan putih, berjajar mempesona serta menyempurnakan garis senyum bibir Nina.“Kupikir kita tidak akan bertemu lagi, Nina,” ucap Elba.Nina hanya tertawa dan berbalik badan menuju balkoni yang menghadap ke arah tebing laut.Gaun putih brokat yang terbuka punggungnya, menambah keseksian liuk tubuh wanita yang baru ia sadari telah mengubah jiwanya.“Aku akan selalu menemukanmu. Hingga ujung neraka sekalipun,” jawab Nina dengan senyum.Rambutnya yang sebahu tertiup angin. Nina menatap ke bawah dan menoleh serta mengulurkan tangan pada Elba.“Maukah kau menjadikan aku pendampingmu, nanti?” Nina menatap Elba penuh harap.Pria itu tersenyum dengan gembira.“Aku akan menjadikan dirimu