Lama Mia memandangi buket mawar yang berada dalam pelukan. Dia bahkan tidak henti-hentinya membaui setiap kelopak mawar yang mekar. Bahkan, tangannya sesekali mengusap lembut setiap tangkai demi tangkai mawar yang sangat indah dengan warna merah menyala di bawah terpaan sinar mentari.
Rey yang sejak tadi memerhatikan setiap kegiatan Mia dari luar restaurant akhirnya tidak tahan untuk berdiam saja. Dia pun mengabadikan momen-momen tersebut melalui kamera ponsel, lalu mengirimkannya ke grup.
AllOfYouAreLiar: Misi berhasil, Brothers.
Seketika, dia mendapat jawaban secara bertubi-tubi dari penghuni grup yang selalu tidak sabar mendapat berita terbaru.
HusbandMaterial: *Emoticon Smirk* That’s My Wife.
Melihat nama Jaxon yang telah berganti dari NotHusbandMaterial menjadi HusbandMaterial, Rey pun terkekeh pelan. Dia tidak mengira temannya itu akan dengan cepat mengganti nama aliasnya.
Setelah puas mengganggu para penghuni grup, Rey pun memas
Pagi itu, Mia hanya memandangi buket bunga yang terletak di dalam kamarnya berlama-lama. Dia tampak enggan beranjak dan hanya duduk diam memperhatikan rangkaian mawar di meja.Kegiatan itu dia lakukan selama beberapa waktu, sampai pada akhirnya terdengar ketukan dari luar pintu yang Mia yakini pelakunya adalah Rey.Selama beberapa hari tinggal bersama pria itu, Mia dapat melihat kesedihan yang menyelimutinya, namun pria itu tutupi dengan rapi.Hal itu membuat mata Mia sedikit terbuka, bahwa pria paling ditakuti sekali pun tampaknya memiliki sesuatu yang disimpan sendiri. Mereka memiliki beban masing-masing, yang membuat Mia bertanya-tanya, mungkinkah Jaxon juga merasakan apa yang dirasakannya saat ini?Melihat kantung matanya yang bagai panda saat pertemuan kemarin, rasa bersalah perlahan memakan kesadaran Mia, membuatnya membenamkan kepala di antara paha sembari membayangkan masa depan mereka. Terutama, ada satu nyawa yang akan hadir dalam pernikahan ini
Jaxon tidak henti-hentinya tersenyum begitu melihat sonogram bayi mereka yang berupa gambar hitam putih. Dia bahkan berkali-kali menyentuh perut Mia dengan perasaan penuh kembagaan. Bahkan, beberapa kali Mia menepis tangan Jaxon yang seakan ingin menempel pada tubuhnya itu.“Berhenti menyentuhku terus, Jaxon!” geram Mia, karena tangan pria itu selalu saja kembali pada perutnya, seolah-olah tidak ada hal menarik lainnya yang bisa Jaxon lakukan selain menyentuh, mengelus dan berprilaku seperti seorang pria yang memenangkan suatu pertempuran.Tanpa mendengarkan protes Mia, Jaxon mendaratkan satu kecupan di bibir wanita itu sebanyak tiga kali.Mendapati hal tersebut, kemarahan Mia surut seketika, namun dia tetap melempar delikan yang sama sekali tidak Jaxon pedulikan.“Twins,” gumam Jaxon, seakan tidak percaya dengan ucapannya sendiri. “Kau dengar tadi, Dolcezza, kita akan mendapatkan bayi kembar!”Tentu saja Mia den
Rey melihat keluar jendela, pada pasangan sejoli yang tampak enggan berpisah namun masih malu-malu untuk tetap bersama, membuatnya menggelengkan kepala sembari berdo’a kedua insan itu mengakhiri drama.Ketika Jaxon hendak mencium Mia, segera Rey menutup tirai jendela. Cukup baginya untuk mengintip sesuatu yang dia sendiri tidak ingin saksikan.Sementara itu, Jaxon yang masih ingin menghabiskan waktu bersama Mia, tampak berat hati melepas tangan sang istri.“Aku ingin membawamu dinner besok malam,” ucap Jaxon dengan suara sedikit melunak. “Akan kujemput jam tujuh.”Mia tidak langsung menjawab, dia memilih untuk diam sejenak.Karena tiada jawaban juga, Jaxon pun terus mengutarakan apa yang dia inginkan.“Setelahnya, aku ingin membawamu ke suatu tempat. Karena ada seseorang yang ingin kupertemukan denganmu, Dolcezza.”Mendengar itu, Mia memberikan setengah perhatiannya, membuat Jaxon merasa itu a
Pagi itu, Jaxon bangun lebih cepat dari biasa. Dia bahkan berjalan dengan langkah yang sangat ringan saat menuruni tangga menuju dapur. Dan seperti kebiasaan anggota Red Cage lainnya, setiap pagi hanya ada Jaxon, Nicko, dan Gideon, namun langkahnya terhenti saat dia melihat Rey ada di sana.Melihat ketiga temannya yang lain sudah duduk di tempat masing-masing, Jaxon pun memilih untuk bergabung. Namun, pandangannya terfokus pada Rey yang duduk di sebelah.“Kau seharusnya menjaga Mia saat ini,” ucap Jaxon, terdengar tidak senang dengan kehadiran temannya di saat Mia sendirian di rumah singgah.Tanpa sekali pun mengangkat kepala dari piring di depan wajah, Rey mengatakan; “Ada banyak orang yang menjaga tempat itu, bahkan granat saja enggan untuk singgah.”Bukannya tertawa karena candaan tersebut, wajah Jaxon semakin masam.“Aku tidak mempercayai orang lain selain dirimu, jadi jangan terlalu lama di sini,” balas Jaxo
Mendapat serangan tiba-tiba disaat menurunkan kewaspadaan, Jaxon pun refleks memasang kuda-kuda dengan posisi siap bertahan, namun kedua tangannya menggantung di udara ketika dia menyadari bahwa Nicko hendak menyerang kembali.“Whoa… Bro,” kata Jaxon sembari menarik wanita bergaun merah itu menjauh.Namun, bukannya kemarahan Nicko reda, dia malah semakin melayangkan pukulan cepat hingga nyaris mengenai pipi Jaxon.“Ada apa denganmu?”Mendapat pertanyaan itu, mata Nicko berkilat merah.“Ada apa denganku? Seharusnya aku yang bertanya padamu, Idiot!”Satu pukulan kembali Nicko layangkan dan kali ini mengenai sisi perut Jaxon sebelah kiri, mengakibatkan tubuhnya terdorong sedikit ke belakang saat menahan serangan yang hendak menargetkan dada.Rey, Gideon dan yang lain memperbaiki kursi yang tergetak di lantai akibat insiden amukan Jaxon barusan. Satu per satu mereka pun duduk merapat sembari meny
Suara bell pintu menyadarkan Mia yang saat itu tengah membereskan baju-bajunya ke dalam lemari. Dalam beberapa jam setelah kepergian Rey pagi itu, dia memikirkan keputusannya yang hendak berpisah dengan Jaxon.“Hhhh …,” hela wanita itu sembari menutup pintu lemarinya kembali.Setelah diingat-ingat lagi, tidak akan ada pria yang akan melindunginya seperti Jaxon yang melindungi Mia. Dan sekeras apa pun dia berpikir, anak dalam perutnya pastilah membutuhkan kehadiran sosok ayah.Lagi pula, pria itu bukannya selingkuh atau melakukan sesuatu yang melukai dirinya, hanya sikap overprotectivenya saja yang berlebihan. Dan dia juga bukan pria biasa, melainkan kepala sebuah organiasi yang berbahaya.“Kau benar-benar membuatku bingung,” bisik Mia sembari menjauhi lemari, menuju pintu yang setengah terbuka.Dia baru saja turun ke lantai bawah, saat salah satu penjaga yang Rey tugaskan bersamanya hendak membuka pintu depan. D
BAB 115Kepala Jaxon memutar cepat saat dia mendengar Mia mengatakan; “Aku ingin kembali ke Aurelia.”Keduanya tengah berada di atas ranjang dengan tubuh saling memeluk, dan perkataan Mia barusan membuat Jaxon merasa lega sehingga dia menarik wanita itu semakin dekat.“Apa kau sudah memikirkan hal ini? Aku tidak ingin ada pertengkaran jilid dua begitu kita kembali,” jelasnya yang mendapat cubitan pelan di pinggang. Tentu saja dia pura-pura meringis, karena tidak sakit sama sekali.Mia mengangguk pelan sedangkan jemarinya terus bermain di atas dada telanjang Jaxon, membuat pria itu merasa geli dan perlahan-lahan menyingkirkan tangan wanita itu dengan cara menggenggamnya erat.“Aku … tidak ingin kita berlarut-larut seperti ini.”Mendengar hal itu rasanya Jaxon ingin mengulas senyum, namun dia menahan diri karena waktunya tidak tepat. Dia merasa seolah beban besar telah lepas dari dada. Sungguh melegak
BAB 116Kepulangan Mia dan Jaxon ke Kastil Aurelia mendapat sambutan baik dari seluruh pekerja di sana. Mereka bahkan beramai-ramai mendekati Mia sembari mengucapkan selamat atas kehamilannya. Dan layaknya seorang calon ibu yang bangga, wanita itu menunjukkan beberapa sonogram bayi kembar mereka.“Astaga, aku tidak sabar menunggu kelahiran tuan muda kita,” ucap Pipper dan Emily bersamaan.Allana yang tidak mau ketinggalan juga mengatakan hal serupa.“Apa anda sudah memilih nama?”Mendengar pertanyaan itu, seketika Mia pun melirik ke arah Jaxon yang tengah berbicara cukup serius dengan Nana di sudut ruangan. Tampaknya cucu dan nenek itu tengah mendiskusikan sesuatu, sehingga Mia pun memusatkan perhatiannya kembali pada para pelayan yang tengah mengelilingi dirinya.“Aku dan Jaxon belum berdiskusi tentang itu, tetapi masih ada banyak waktu untuk melakukannya,” jawab Mia yang membuat semua orang mengangguk se