PERHATIAN!!! BAB INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN FISIK, DAN KATA-KATA KASAR!!!
-----
Athena terbangun karena merasakan sakit pada pergelangan tangan dan kakinya. Begitu ia membuka mata, hanya gelap yang terlihat karena matanya tertutup oleh kain. Mulutnya juga direkatkan menggunakan lakban. Athena berontak sekuat tenaga ketika dia bisa mendengar suara langkah kaki yang mendekat, berharap mendapat pertolongan.
“Athena Amerta.”
Athena bisa mendengar namanya disebut oleh seorang pria. Terdengar seperti suara orang yang memberikan kabar bahwa kedua adik kembarnya ditangkap, melalui telepon.
“Orang yang paling berharga bagi Ariel,”
Athena bisa mendengar pria itu melanjutkan. Gerakan tubuhnya terhenti begitu mendengar nama Ariel disebutkan. Athena mulai merasa ketakutan lebih dari sebelumnya.
“Sayangnya … Ariel juga udah nggak ada. Jadi sekarang lo berharga bagi siapa?”
Athena bisa merasakan bahwa tubuh lelaki itu mendekat, ka
Mohon maaf atas keterlambatan updatenya ya. Dua minggu terakhir ini aku disibukan organisasi dan kegiatan di kampus. Meski selalu nulis sedikit-sedikit. Terima kasih untuk pembaca yang masih setia mengikuti!
Ares menjambak rambutnya sendiri dengan frustrasi, tangannya mulai gemetar dan mengeluarkan keringat dingin, badannya tidak bisa diam barang sedetik pun. Dita yang melihat gelagat keponakannya yang sudah mencurigakan, mulai mengetikan sebuah nomor di ponselnya secara diam-diam. “Dita, gimana ini?” Ares semakin gelisah. Beberapa menit sebelumnya, Samsul langsung mematikan sambungan telepon setelah menghitung mundur. Yang mana membuat Ares mengeluarkan teriakan marah sambil membanting ponselnya sendiri. Mereka tidak tahu apa yang Samsul lakukan pada Athena. Seketika itu pula Ares merasa tubuhnya mengigil karena rasa bersalah telah memprovokasi Samsul. “Tenang, Res. Gilang masih ngelacak nomor telepon itu.” “Jakarta itu luas, Dita!” Ares yang frustrasi membentak tantenya sendiri. Wanita dengan perut yang semakin membuncit itu berusaha untuk duduk dengan tenang. Sementara Malik kembali dengan wajah sedikit lega, seperti baru mendapat sebuah harapa
PERHATIAN! BAB INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN FISIK, DAN KATA-KATA KASAR! ----- Athena menatap lurus ke arah Fredi yang jalan mendekat. Mulutnya terkunci rapat, bukan karena direkatkan dengan lakban, namun karena kata-katanya menghilang sebelum sampai di tenggorokan. Tanpa sadar tangan yang terikat di belakang tubuhnya bergetar. Fredi masih memberikan senyum manis, yang mana malah semakin membuat Athena bergerak menjauh karena instingnya merasakan tanda bahaya. “Ouch, gue terluka, nih. Kenapa lo menjauh?” Fredi berlagak tersakiti. Athena menggeleng kencang, masih belum bisa mengeluarkan suaranya. “Kenapa? Kaget banget, ya?” Fredi bertanya sambil tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang jatuh di wajah Athena, “Ya ampun, pipi lo berdarah!” Fredi bergegas mengambil sebuah kotak usang dari kayu yang ada di pojok ruangan. Athena memperhatikan gerak-gerik Fredi dengan waspada. Lelaki itu mengeluarkan sebuah plaster luka yan
PERHATIAN! BAB INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN FISIK, DAN KATA-KATA KASAR! ----- Athena memejamkan mata, takut. Namun ia tidak merasakan sakit apapun. Karena tidak ada suara lagi setelahnya, Athena mencoba membuka mata perlahan. Dan yang ada di depannya saat ini adalah sosok Fredi sedang mengenggam pisau yang tertancap di perutnya. “KAK FREDI!” Athena memekik. Athena bisa melihat dengan jelas wajah Fredi yang menahan rasa sakit tanpa suara. Sementara gadis itu melirik ke arah Samsul yang saat ini memasang wajah terkejut sekaligus ketakutan. Pria paruh baya itu mundur perlahan dengan gerakan kikuk. “Bu-bukan gue … bukan gue yang nusuk dia!” Samsul membeo. Matanya melotot ke arah Athena dan Fredi bergantian. Fredi jatuh terduduk, masih menahan pisau di perutnya dan berusaha tidak bergerak. Athena meronta sekuat tenaga agar ikatan pada tangan dan kakinya di kursi melonggar. Sudah tak terukur seberapa banyak Athena menangis, gadis itu terus
Ares melihat kesadaran Athena perlahan menghilang. Lelaki itu memeluk Athena yang terkujur di atas lantai dingin penuh debu. Bau amis darah dapat tercium olehnya. Pandangan Ares perlahan mengabur karena genangan air mata yang tanpa sadar sudah siap untuk terjun. “Ana …” suara Ares lirih. “Bangun, Ana …” Para pengawalnya masuk, dan langsung menangkap pelaku utama, yaitu Samsul. Beberapa pengawal juga berjalan ke pojok ruangan karena melihat satu orang lain yang tergeletak. “Tuan Fredi?” Atensi Ares yang awalnya hanya terfokus pada Athena, teralihkan karena pekikan kaget dari Malik. Kepalanya ikut memutar untuk melihat ke arah pandang yang dituju semua orang. “Kenapa bisa Tuan Fredi ada di sini? Tuan? Apa Tuan bisa mendengar suara saya?” Malik mengguncang tubuh Fredi, dan memeriksa denyut nadinya. “Perut Tuan Fredi terkena tusukan. Cepat bawa tandu dan panggil ambulan!” Selama ambulan belum datang, Malik dan pengawal lainnya melakukan pe
Esok hari pun datang. Baik Athena maupun Fredi sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Keluarga Athena bergantian menjaga di rumah sakit—kecuali Roy. Ares pun sesekali melihat keadaan Athena yang masih membutuhkan istirahat. Lelaki itu harus membuat berbagai alasan agar bisa masuk ke dalam ruang rawat Athena, karena Alfred dan Alvin tidak memperbolehkannya muncul di hadapan Athena. “Ares!” Ares yang sedang duduk termenung di kursi tunggu depan ruang rawat Athena pun menoleh karena panggilan seseorang. Ares bisa melihat Xavier dan Sela yang berdiri sambil mengatur napas karena berlarian di koridor rumah sakit. “Di mana Fredi?” tanya Xavier langsung. “Ruang VIP lantai 7.” Ares menjawab dengan nada pelan. “Oke. Gue lihat kondisi dia dulu. Nanti gue balik ke sini lagi.” setelah mengucapkan kalimat itu, Xavier langsung berlalu dari hadapan Ares. Sela yang masih berdiri di sana, memutuskan untuk duduk di sebelah Ares. “Gimana keadaan kak Athe
Esok hari datang. Malik berlarian menuju ruang kerja Adikara sambil membawa tab kerjanya. Dengan tergesa, Malik mengetuk pintu ruang kerja Adikara, dan begitu mendapat persetujuan untuk masuk, Malik melangkah—setengah berlari, ke dalam ruangan itu. “Permisi, Pak.” “Ada apa? Kau terlihat buru-buru sekali.” “Ini kondisi darurat, Pak. Informasi mengenai nona Athena Amerta sebagai korban yang disandera oleh Samsul bocor ke media. Berita yang keluar memang tidak menyebutkan nama asli, tapi menyebutkan ciri-ciri dan inisial nona Athena.” Malik menjelaskan sambil mengulurkan tab kerjanya yang telah menampilkan sebuah artikel berita. Pada headline berita tersebut tertulis ‘Identitas Seorang Sandera Kasus Penculikan Terkait Keluarga Konglomerat Terungkap’. Malik juga menggeser layar untuk menunjukan artikel berita kedua dengan judul ‘Jadi Kekasih Keluarga Konglomerat, Teran
Beberapa saat sebelumnya. Ares yang sedang duduk di depan ruang rawat Athena mendapat telepon dari Malik. Asisten Papanya itu memberikan kabar yang cukup mengejutkan, yaitu fakta bahwa Roy harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung. Saat Ares menerima telepon, kebetulan Alfred keluar dari ruang rawat Athena, dan lelaki yang lebih muda 3 tahun dari Ares itu juga sedang menerima telepon dari seseorang. Ketika pandangan mereka bertemu, baik Ares maupun Alfred seperti bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran masing-masing. “Jangan kasih tahu Nana soal ini.” begitu kata Alfred setelah menutup teleponnya. “Nggak bisa. Ana harus tahu. Lagipula om Roy pasti dapet perawatan terbaik setelah pindah ke rumah sakit tempat nyokap gue kerja. Di sana juga udah ada donor untuk beliau.” “Lo lupa sama kondisi Nana sekarang? Lo mau bikin dia tambah drop?” Alfred sudah bersiap melayangkan tinju seandainya Ares kembali membantah. “Alfr
Haloo para pembacaku sekalian di manapun kalian berada.Ini pertama kalinya saya menulis catatan penulis untuk para pembaca. Dan untuk yang pertama kalinya ini, saya ingin memberikan informasi sekaligus meminta maaf kepada para pembaca sekalian.Dalam beberapa hari ke belakang, saya tidak update bab terbaru The Reason Why dikarenakan kondisi kesehatan saya yang naik turun. Saya tidak bermaksud memberi alasan apapun karena keterlambatan update ini. Namun, selain kondisi kesehatan saya, masalah lainnya adalah sibuknya jam perkulian saya yang padat. Jujur saja, perkuliahan yang padat dan hari libur saya gunakan untuk mengerjakan tugas yang sangat banyak (meskipun sudah saya cicil), ditambah rapat organisasi kampus. Mungkin karena terlalu banyak kegiatan itulah, tubuh saya mengalami drop, kurang tidur, dan juga panas dalam.Karena itu saya meminta maaf jika para pembaca sekalian menunggu bab terbaru The Reason Why. Saya hanya bisa menulis sedikit demi sedikit di waktu yang