Kaluna menatap pesan yang dikirimkan oleh Anna beberapa menit lalu. Sepertinya perkataan Kaluna memang tak pernah didengarkan oleh temannya itu. Buktinya sekarang Anna telah mengirimkan berkas tentang kasus penggelapan dana dibalik runtuhnya jembatan di kota lamanya.
Semua media sedang menyorot kasus itu besar-besaran karena jembatan tersebut adalah penghubung antar dua pulau wisata yang memang dibangun untuk keperluan pariwisata nasional. Banyak para pejabat yang ikut berpartisipasi dibalik rancangan jembatan tersebut.
Dan yang terakhir kali Kaluna tahu ada penggelapan dana yang menyebabkan semua bahan bangunan digantikan dengan kualitas yang buruk termasuk baja penompang jembatan. Kaluna terkejut bukan main saat melihat berkas kasus ayahnya muncul di antara rekomendasi artikel tersebut.
Kaluna segera menghubungi Anna dan menanyakan apa yang terjadi. Bukannya menjelaskan, Anna meminta untuk keduanya bertemu supaya semuanya dapat dijelaskan dengan se
"Jadi sampai mana aku tadi bicara?" tanya Kaluna pada Anna."Kamu belum ngomong apa-apa Lun," tegur Anna.Kaluna terkekeh kecil lalu menyesap matcha latte kesukaannya sebelum mengutarakan keinginannya."Ayo selesaikan semuanya," ujar Kaluna."Serius Lun?" tanya Anna memastikan bahwa perempuan di hadapannya tidak sedang bercanda."Aku udah lama gak seserius ini Ann," balas Kaluna.Kaluna segera membuka berkas yang kemarin Anna berikan padanya. Matanya mempelajari satu persatu artikel berita yang Anna kumpulkan. Semuanya seketika membuat emosi Kaluna naik saat melihat nama Ayahnya dibawa-bawa untuk menutupi kebusukan orang lain.Kaluna percaya sepandai-pandainya seseorang menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga baunya. Sekecil apapun kesempatan yang Kaluna punya pasti ada satu kelemahan yang bisa membalikkan keadaan.Kaluna tak akan pernah membiarkan orang lain membunuh Ayahnya u
Kaluna disambut oleh anak-anak panti yang kebetulan sedang bermain di teras depan. Semuanya tersenyum menyambut Kaluna dan Delvin yang ternyata senyum tersebut dapat menular secepat itu. Keduanya langsung ikut bermain dengan anak-anak itu. Delvin awalnya sangat kaku hingga Kaluna berkali-kali menegurnya agar bisa sedikit santai seperti sedang bermain dengan anak-anak sudirman. Setelah kurang lebih setengah jam berlalu, akhirnya Kaluna dan Delvin menemui Bu Ridha yang sedari tadi menunggu keduanya di ruang bayi. Kaluna terkejut karena terakhir kali Ia kesini tidak ada bayi di sana. Bayi ini baru ditemukan di depan panti asuhan tiga hari lalu. Baik Kaluna maupun Delvin menatap si bayi iba. Anak sekecil itu ditinggalkan kedinginan di luar sana, sungguh tidak bertanggung jawab. “Terakhir kali ke sini kenapa gak ikut nyusul ke bukit aja?” tanya Bu Ridha. “Kaluna gak bawa kendaraan Bu, jadi nunggu di sini saja sama Pak Daman tapi ternyata pulangnya
Kaluna terbangun di sebuah ruangan asing. Di sampingya ada Delvin yang sedang menutup matanya. Ia segera mendudukkan diri, namun gerakannya ditahan oleh Delvin yang tiba-tiba ikut terbangun. “Kamu mau ngapain?” tanya Delvin. “Papa,” sebut Kaluna lirih. “Papa kamu udah sama Evan, keadaannya udah mulai stabil,” jelas Delvin. Kaluna merasa lega mendengar hal itu, namun sekarang Ia ingin melihat Papanya. Akhirnya Delvin hanya bisa mengalah dan mengantar Kaluna dengan infus yang masih terpasang di tangannya. Delvin menuntun Kaluna dengan telaten. “Pelan-pelan Na,” ucap Delvin. Mereka sampai di depan kamar VIP, keduanya saling bertatapan sebelum masuk ke dalam. Ini sudah malam, jadi lorong bangsal tersebut cukup sepi. Kaluna melihat adiknya yang sedang bermain ponsel sedangkan Papanya masih menutup mata dengan banyak alat medis yang terpasang di tubuh. “Mbak udah bangun?” tanya Evan. Kaluna mengangguk sebagai jawaban.
Ruangan VIP siang itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Banyak kolega bisnis yang datang menjenguk Pak Bos yang masih belum membuka matanya. Karena terakhir kali Kaluna bertemu dengan kenalan Ayahnya dulu, akhirnya Ia memutuskan untuk tidak menemui kolega Papanya.Kaluna takut jika dirinya bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya di masa lalu. Kini Ia menikmati angin sepoi-sepoi di taman rumah sakit.Yama memberitahukan bahwa ijin cuti yang Kaluna ajukan sudah di setujui oleh Bu Dian. Kaluna ingin merawat Papanya sampai sembuh, Ia ingin menebus kesalahannya dengan selalu ada di samping orang yang disayanginya itu.Kaluna memeriksa ponselnya dan banyak panggilan tak terjawab serta pesan masuk dari Anna.Kaluna menepuk keningnya, Ia lupa jika hari ini punya janji dengan Anna dan Papanya. Akhirnya Kaluna memutuskan untuk pergi ke cafe Naluna guna menemui keduanya. Kaluna tak enak pada Papa Anna karena sudah jauh-jauh datang ke kota ini.Sesampain
“Panggil Dokter!” seru Yama.Alat monitor jantung berbunyi nyaring memenuhi ruangan. Semua orang panik termasuk Kaluna yang sekarang menangis meraung memanggil Papanya. Delvin menarik Kaluna dalam pelukannya agar pihak medis dapat melakukan tindakan.Semua orang di paksa keluar untuk mempermudah para dokter melakukan tindakan. Kaluna sedari tadi memberontak di dalam pelukan Delvin namun sang wira terus membiarkan pelukannya semakin erat.“Yang tenang Na,” ucap Delvin.Evan kini terduduk dengan menyatukan tangannya. Semua orang terdiam dan memanjatkan doa yang sama. Tak ada yang tau tentang usia manusia, tapi bukan berarti kita tak bisa meminta pada Tuhan untuk berikan yang terbaik, termasuk membiarkan orang yang kita sayang tetap ada di sisi kita lebih lama.“Papa, Vin …” ucap Kaluna lirih.Air matanya tak berhenti mengalir seraya melihat ke arah kamar itu. Dirinya bahkan belum sempat mengatakan bah
Kaluna terbangun dari tidurnya setelah berusaha menutup mata hingga dini hari tadi. Ini kali pertama Kaluna susah tidur, sebelumnya Ia tak pernah mengalami hal seperti ini. Jam tidurnya selalu teratur. Hal itu menyebabkan kepalanya kini terasa pusing.Dengan mengabaikan pusing di kepalanya, Kaluna segera menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Adiknya harus sekolah dan Ia yang akan menjaga Papanya hari ini.Kaluna juga tak lupa membawa beberapa keperluan Evan yang tadi pagi sudah di ambil oleh asisten rumah di kontrakannya. Sebenarnya Kaluna sedikit tak enak karena dilayani seperti ini tapi semua orang telah ditugaskan demikian oleh Papanya dan tak ada yang berani membantah.“Loh, saya kira kamu sudah pulang,” ucap Kaluna terkejut saat melihat Delvin ada di hadapannya lengkap dengan sebuah kunci mobil di tangan.“Tadi pulang sebentar ganti baju, sekalian jemput kamu. Saya juga harus ambil motor di rumah sakit,” jelas Delvin.
Kaluna sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya sedangkan Papanya tengah berbincang hangat dengan Evan. Ia tengah meninjau kembali kerjaannya yang sempat ditinggalkan.Sebenarnya dirinya tak perlu memikirkan hal itu karena selama cuti semua pekerjaan Kaluna diambil alih oleh Gama, namun Ia tak enak jika menyerahkannya begitu saja, akhirnya di waktu senggang Kaluna juga ikut menyelesaikan beberapa pekerjaan.Gama sudah terlalu banyak mengurusi masalah kantor yang lain, Ia tak mau menjadi beban baru untuk ketua tim nya itu.Tiba-tiba suasana menjadi hening, hal itu membuat Kaluna menoleh ke arah ranjang pasien ternyata Papa nya sudah tertidur dan Evan kembali berkutat dengan ponselnya.Evan mendekati kakaknya dengan langkah pelan lalu menepuk pundak Kaluna pelan sehingga membuat perempuan itu tersentak kaget.“Kenapa?” omel Kaluna.“Ada yang mbak sembunyiin dari aku?” tanya Evan tiba-tiba.Kaluna menatap
Evan menatap studio yang dikunjunginya beberapa hari yang lalu. Namun lampu studio tersebut mati, Ia tak tahu harus kemana lagi. Dirinya masih marah pada kakaknya, Ia juga tak mau ke tempat Papanya.Satu-satunya yang terpikirkan adalah Delvin, namun ponselnya mati. Jadi Ia tak bisa menghubungi teman kakaknya itu dan hanya bisa menunggu saja. Ia tak punya teman akrab di sekolah, dirinya selalu sendiri apalagi setelah insiden Logan waktu itu. Semuanya seakan menjaga jarak darinya.Evan marah pada Kaluna karena tidak menceritakan kebenarannya dan menanggung semuanya sendirian selama bertahun-tahun. Yang Evan tahu Ayahnya dipecat karena difitnah melakukan korupsi. Tapi Evan tidak menyangka ada kasus sebesar ini dibaliknya.Ia mendudukkan dirinya di kursi taman depan studio, tangannya sibuk memeluk badannya sendiri yang kedinginan.Evan sebenarnya ingin pergi ke cafe milik Delvin karena Ia yakin laki-laki itu sekarang ada di sana. Namun uangnya habis untuk ong