Share

Fotografi

Pagi itu Lara bangun paling awal. Belum ada pekerjaan yang bisa dikerjakannya, masak di wakru yang sepagi itu konon tidak terlalu baik, atau pamali, orang Mandala bisa menyebutnya. Saat Lara bertanya Bu Marta, apa gerangan pamali itu, tapi Bu Marta hanya mnggeleng.

“Sudah ikuti saja apa yang mereka katakan.” Ucap Bu Marta.

Jarum pendek di jam dinding baru bergerak ke angka lima, Lara turun ke bawah rumah. Dia hendak merebus air untuk menyeduh cokelat bubuk yang dibawanya dari rumah. Embus langsung menyerbunya, dingin sontak menggelitik pipinya yang memerah. Dia memandang ke sekeliling, rumah-rumah warga tak lagi nampak. Hanya ada putih embun yang mengusai desa itu. Lara seperti sedang berada di atas nirwana. Sudah beberapa pagi Lara melihat pemandangan itu, tetapi dia masih takjub saja, pemandangan pagi yang tidak akan mungkin pernah didapatkan di kota tempatnya tinggal.

Lara duduk di teras lantai atas rumah itu, pandangannya lurus ke depan, tepat ke arah jalan. Beberapa pucuk gunung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status