Ajeng tidak tahu kalau rasanya akan sesakit ini. Ia berbaring di atas tempat tidur di rumah belakang kediaman Lucas dengan mata terpejam namun ia tak kunjung terlelap.
Tubuhnya meringkuk, berbungkus selimur tipis. Airmatanya terus mengalir tanpa bisa ia hentikan. Kepalanya terus membayangkan adegan ciuman Ayeleen dan Ilker.
Apa yang keduanya lakukan setelah berciuman di tempat parkir?
Apakah keduanya kembali ke penthouse dan menghabiskan malam dengan bercumbu?
Apakah Ilker berhasil memuaskan hasratnya pada Ayeleen yang tak bisa pria itu lampiaskan pada Ajeng sebelumnya?
Bayangan-bayangan vulgar itu terus menari di kepalanya. Disertai pernyataan-pertanyaan yang membuat Ajeng semakin gelisah yang membuatnya semakin sulit untuk tidur.
Seandainya tadi Ajeng turun dari mobil dan menghadapi mereka berdua, apa yang akan terjadi?
Apakah akan mengurangi rasa sakit yang saat ini Ajeng rasakan?
Jawabannya, tidak.
Ajeng melihat pantulan wajahnya di depan cermin ruang ganti butik dan ia tak bisa berkata-kata."Beres, Mba?" teriak Afham dari bagian luar ruang ganti butik dengan tak sabar."Ham, Mba gak yakin pake baju ini. Gak ada pilihan lain apa?" Ajeng balik berteriak seraya memperhatikan penampilannya."Memangnya kenapa sama baju itu?""Ini terlalu.." Ajeng tidak bisa berkata apa-apa."Keluar dulu, biar aku lihat." Perintah Afham pada Ajeng.Ajeng menarik napas panjang dan menghembuskannya cepat. Ia bukannya tidak suka dengan pakaian yang Afham pilihkan. Ia sangat suka. Warnanya putih polos dan memiliki hiasan bulu di bagian depannya.Masalahnya adalah gaun ini terlalu terbuka. Bukan hanya menunjukkan lengan dan leher Ajeng, melainkan juga menunjukkan bahu dan bagian atas dadanya, dan gaun itu hanya disangga dengan tali spageti yang sangat kecil."Mbaa..." Afham memanggil Ajeng dengan tak sabar dan Ajeng mau tak mau menelan ludah dan m
Ilker terduduk di kursi sambil mencengkram setir dengan erat. Lagi-lagi dia melakukan kesalahan dan lagi-lagi ia telah menyakiti Ajeng tanpa sengaja.Kenapa dia tidak bisa bersikap dewasa?Tidak ada hal yang terjadi antara dirinya dan Ayeleen, Ilker berani bersumpah.Iya, malam itu memang ia dan Ayeleen berciuman dan Ilker memang sengaja membalas untuk mencari tahu perasaannya sendiri.Tapi setelah itu, tidak terjadi apa-apa.Alih-alih merasa bergairah, Ilker justru malah merasa jijik pada dirinya sendiri.Ayeleen dan Ajeng sama-sama masih belia. Usia kedua gadis itu dan Ilker terpaut belasan tahun jauhnya. Keduanya sama-sama cantik dan memikat. Tapi Ilker sama sekali tidak tergugah oleh Ayeleen dan yang ada di benak Ilker saat mencium Ayeleen hanyalah Ajeng.Setelah kejadian di tempat parkir itu, Ilker mengantarkan Ayeleen ke apartemennya atas dasar tanggung jawab. Dan setelah itu, ia langsung pulang ke kediaman orangtuanya dan justr
Ajeng sudah mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian kasual.Ajeng melirik tampilannya di cermin. Dia bukan wanita elegan berpakaian mahal seperti semalam, dia juga bukan wanita berpakaian kasual khas butik seperti tampilan Ayeleen tadi siang. Tapi, dia juga tidak mengenakan pakaian lusuh, karena meskipun mengenakan pakaian murah dan pasaran, Ajeng termasuk orang yang jeli dalam memilih jenis kain dan termasuk apik dalam merawatnya.Ajeng sampai di lokasi yang sudah Ayeleen katakan beberapa waktu kemudian. Ia menarik napas panjang sebelum mendorong pintu kaca tebal berbingkai emas yang ada di depannya. Pelayan restoran mahal itu memandang Ajeng dengan tatapan menilai, menduga kalau Ajeng salah masuk tempat dengan pakaiannya yang bisa dikatakan murah."Saya ada janji dengan Ayeleen." Ucap Ajeng, jengah sendiri dengan tatapan menilai wanita yang ia duga berusia awal tiga puluhan itu.Wanita itu mengangguk, masih dengan ekspresi mencemooh dan kemudian men
"Tidak bisa, Ajeng tidak bisa menikah dengan Ilker." Ucapan itu membuat Ajeng membalikan tubuhnya dan disana ia melihat ayah angkatnya berdiri dengan tangan memegang gagang pintu.Sejak kapan Lucas ada disana? Sebanyak apa pria itu mendengar pembicaraan mereka?"Jangan berusaha untuk menjebaknya, Ana. Ajeng tidak bertanggung jawab atas kehidupan Ilsya ataupun Ilker." Ucap pria itu dengan dingin.Ajeng menoleh memandang Nyonya Caliana hanya untuk memastikan apakah wanita paruh baya itu tampak tersinggung dengan ucapan ayah angkatnya atau tidak. Tapi seperti biasa, ekspresi Nyonya Caliana selalu tampak tak terbaca."Aku tidak menjebaknya, Luke. Aku hanya menjabarkan keadaan dan memberikannya pilihan." Ucap Nyonya Caliana kepada saudara iparnya."Aku tidak mendengarnya seperti itu, Ana. Bagiku itu terdengar seperti tuntutan."Kau menuntut Ajeng untuk menikah dengan Ilker supaya Ajeng bisa menyelamatkan Ilker dan Ilsya padahal itu bukan tanggung
Ajeng berusaha untuk tidak memikirkan pembicaraannya dengan Oma Ana tempo lalu. Ia terusik, itu jelas. Namun ia berusaha untuk mengabaikan pikirannya dan memilih untuk fokus pada pekerjaannya.Ajeng juga kuliah seperti biasa, ia masih tinggal bergantian di kediaman Lucas-Gisna dan Syaquilla-Gilang, namun ia berusaha untuk menutup telinga dan tidak mencari informasi apapun tentang Ilker, Ilsya ataupun Ayeleen.Namun sekuat apapun ia mencoba menghindari informasi, informasi itu tetap saja datang sendiri kepadanya."Ilsya bilang dia gak suka sama tantenya." Ucap Hanna suatu sore saat Ajeng dan kedua kakak angkatnya janjian bertemu di sebuah mall untuk makan bersama."Ilsya bilang dia lebih suka main sama kak Ajeng daripada tantenya. Dia juga nanya Hanna kenapa kak Ajeng gak tinggal lagi sama dia. Hanna bilang, Hanna akan tanya kak Ajeng kalo ketemu."Benarkah Ilsya berkata seperti itu? Tapi jelas Hanna dan Ilsya sama-sama masih bocah ingusan. Tidak mu
Main kucing-kucingan antara Ajeng dan keluarga Adskhan-Caliana tak bisa dihindari karena keadaan tak terhindarkan muncul. Itu adalah pernikahan Rayyan dan Silvania. Ajeng merasa cukup heran karena mendapat pemberitahuan yang mendadak kalau dua orang itu akan menikah. Entah dia yang selama ini terlalu tak peduli atau terlalu memikirkan dirinya sendiri sampai tidak menyadari ada yang berbeda diantara keduanya. Atau memang karena semuanya memang berjalan terlalu cepat. Ajeng tahu Rayyan memutuskan untuk meninggalkan kediaman orangtuanya demi menghindari fitnah, alasan yang sama kenapa Ajeng dibiarkan turun dari kediaman Adskhan-Caliana, namun ia tak menyangka kalau alasan aslinya karena cinta. "Akhirnya, playboy tobat juga." Celetuk Falisha, kakak tertua Rayyan tepat di samping Ajeng. Ajeng menoleh memandangnya dengan raut bingung. "Kalo Rayyan nikah, berarti tinggal satu lagi playboy keluarga kita yang tersisa. Dan itu juga aku yakin gak akan lama lagi
Dua minggu kembali berlalu dan Ajeng kembali terpaksa hadir dalam pesta yang dibuat keluarga Levent.Ya, ini adalah hari pernikahan Mirza dan Halwa. Putra bungsu pasangan Caliana-Adskhan, adik Syaquilla, adik dari Ilker pula.Jika diperbolehkan, yang Ajeng inginkan adalah tidak hadir dalam acara itu. Karena ia benar-benar ingin menghindar.Bukan dari keramaian, tapi ingin menghindar dari Ilker dan juga menghindar dari Nyonya Caliana yang selalunya membuat jantungnya berdebar kencang dengan cara yang berbeda setiap kali ia melihatnya, atau setiap kali mereka tanpa sengaja beradu tatapan.Ajeng ingin membuat alasan. Tapi semakin dipikir, semua alasan yang ia miliki terdengar tak masuk akal. Dan juga jika dia tidak datang, hal itu hanya akan menimbulkan kecurigaan dan perasaan tak nyaman antara dirinya dan keluarga angkatnya.Di saat seperti ini, Ajeng merasa menyesal, kenapa ia malah lari ke kediaman Syaquilla? Kenapa ia tidak bekerja di kota yang be
Mendengar suara Ajeng, Nyonya Caliana yang tengah berjalan di belakang suaminya menoleh."Kenapa sama Opa, Oma?" Tanya Ajeng khawatir seraya mendekat dengan langkah cepat.Nyonya Caliana tampak terkejut. Wanita berusia awal enam puluhan itu terlihat waswas. Matanya memandang sekeliling area sebelum menjawab. "Tidak apa, hanya kelelahan." Jawabnya tampak sedikit gugup.Supir membuka pintu bagian belakang dan kedua orang bertubuh kekar yang membantu membopong tubuh Tuan Adskhan mendudukkan Tuan Adskhan dengan sangat hati-hati. Ajeng tidak bisa melihat wajah Tuan Adskhan karena tubuh pria itu terhalang oleh tubuh para pria bertubuh kekar itu.Ajeng kembali memerhatikan Nyonya Caliana yang berjalan memutari bagian belakang mobil untuk masuk lewat pintu lain. Sebelum memasuki mobil, wanita itu berkata."Kembalilah ke pesta. Acara belum usai." Perintahnya dengan tegas dan tanpa bicara apa-apa lagi masuk ke dalam dan mobil langsung melaju dengan cukup ken