#38
Setelah kejadian itu hari-hari pun mulai berganti dengan minggu, minggu berubah menjadi bulan. Saat yang telah Laras dsn Galih tunggu akhirnya tiba. Bahkan berbeda dari rencana awal jika resepsi akan dilaksanakan di rumah ayah tiri Laras. Bu Irma berubah pikiran dan mempertimbangkan untuk mengadakannya di rumah Laras.Entah itu sengaja atau memang Bu Irma memiliki maksud lain memindahkan lokasi acara. Laras pun tak tahu persis apa alasannya. Dan menurut saja saat akhirnya lokasi resepsi pun diubah.Meskipun begitu, dalam hatinya Laras merasa gelisah menghantuinya. Takut dan khawatir jika keluarga mantan suaminya akan melakukan hal yang tidak mengenakkan di acara pernikahannya."Astaghfirullah, kenapa aku jadi mudah suudzon begini," gumam Laras lirih. Entah kenapa sejak kejadian hari itu di mana Bu Intan sengaja menghasut calon mertuanya, pikiran Laras selalu was-was dan tidak nyaman.#39Berbeda dengan Laras yang tengah berbahagia atas pernikahan keduanya. Arvi mengalami hal yang bertolak belakang dengan apa yang sedang Laras rasakan. Ia berpikir jika dirinya akan lebih bahagia jika bercerai dari Laras.Namun, dirinya salah besar. Dan itulah hal yang sedang dirasakan olehnya saat ini. Bercerai dari Laras ternyata membuatnya tidak merasa bahagia. Hari-hari yang dilaluinya setelah perceraian itu bagaikan hidup di neraka. Aluna dan Bu Intan selalu ribut dan bertengkar setiap hari.Para tetangga pun tahu betapa tidak akurnya hubungan mertua dan menantu itu. Hampir setiap hari, mereka selalu mendengar kegaduhan dari kedua rumah yang bersebelahan itu. Hal itu cukup membuat Angga pusing dalam menghadapi dua wanita yang berharga dalam hidupnya itu.Aluna selalu mempermasalahkan setiap uang yang Angga berikan pada ibunya. Hingga masalah sepele pun akan selalu dibesarkan oleh Aluna. Rasanya tidak ada lagi kedamaian dalam hidup Angga. Ia merasa menyesal karena telah mencerai
#40Setelah resmi menikah dan menjadi istri Galih, Laras mulai rutin lagi untuk melakukan promil. Berikhtiar dan berusaha kembali untuk mendapatkan dua garis yang selama ini diinginkan olehnya. Galih selalu mendukung penuh setiap usaha yang dirinya lakukan.Hasrat Laras yang menggebu ingin segera membuktikan pada mulut-mulut jahat yang selalu mengatainya dengan sebutan mandul. Ia ingin membuktikan jika tuduhan mereka salah. Dan ia hendak membuktikan jika dirinya sama sekali tak bermasalah dengan kesehatan rahimnya.Tentang perasaan Laras pada Galih, ia pun masih belum sepenuhnya yakin dengan perasaannya. Tetapi, demi membuktikan jika dirinya tidak mandul, maka Laras pun mencoba segala cara agar dirinya cepat mendapatkan garis dua itu.Semua itu karena ulah mantan ibu mertuanya yang masih saja mendengung-dengungkan pada semua orang bahwa dirinya mandul. Entah sudah berapa orang yang melaporkan padanya, tenta
#41 Kebahagiaan Laras"Selamat ya, Nak. Atas kehamilan kamu. Akhirnya, mama akan segera menjadi seorang nenek," ungkap Bu Irma yang saat itu langsung mendatangi rumah putranya setelah dikabari Galih jika Laras sedang mengandung. Istrinya sedang hamil. Wajahnya tak luput menampilkan senyuman sumringah sejak tadi.Pun begitu juga dengan Pak Dhanu, suaminya. Mereka berdua menganggap kabar kehamilan Laras adalah hal yang paling membahagiakan. Bu Irma pun akhirnya yakin dan bisa mematahkan pernyataan mantan mertua Laras yang telah menuduhnya mandul."Terima kasih, Ma. Alhamdulillah, semua usaha Laras akhirnya membuahkan hasil," sahut Laras. Senyumnya mengembang dengan sempurna."Nanti kita periksakan kehamilanmu, Sayang," ujar Galih tersenyum bahagia. Lelaki itu menggenggam tangan istrinya sangat erat. Seakan genggaman tangannya enggan terlepas darinya. Malah semakin erat. Lelaki itu juga merasakan kebahagiaan ya
#42 Bu Intan MenyesalPenyesalan itu memang terkadang selalu datang terlambat. Seperti yang kini sedang dialami oleh Bu Intan. Ia baru menyadari jika Laras adalah menantu yang baik selama masih menjadi istri Angga. Laras tak pernah sekali pun membantah Bu Intan. Ia selalu diam dan mengalah, atau bahkan lebih sering menghindari perdebatan.Laras pun tak pernah mempermasalahkan uang gaji suaminya yang cenderung lebih banyak untuk Bu Intan dan Tasya. Malah terkadang Laras sering memberikan uang ia kalau sedang ramai job manggungnya.Karena tak kunjung hamil lah, sikap Bu Intan pada Laras akhirnya berubah. Wanita paruh baya itu selalu menekannya dengan berbagai hinaan dan cemoohan. Bahkan dengan tega selalu menyindirnya dengan keras.Kata-kata kasar pun tak luput Bu Intan lontarkan hingga membuat Laras selalu menanggung rasa sakit hatinya sendirian. Ia merasa jika itu adalah hal yang wajar untuk membenci Laras
#43Bu Intan tertawa licik saat dirinya merasa jika telah berhasil membuat rencana pernikahan Laras batal. Ia yakin jika calon mertua Laras akan be⁸rpikir dua kali untuk menikahkan putra mereka dengan seorang wanita mandul.'Rasain kau, Laras! Saya tidak akan membiarkan kamu bahagia. Apa pun caranya, saya akan terus membuatmu menderita! Sama seperti hidup saya dan Angga saat ini!' desis Bu Intan geram di dalam hatinya.Jauh di dalam lubuk hatinya, Bu Intan masih ingin menjadikan Laras menantunya. Kebenciannya yang telah berkarat pada Aluna lah yang menjadi alasan terkuatnya untuk mengharapkan Laras bisa kembali pada Angga dan menyingkirkan posisi Aluna.'Tapi, apa itu mungkin, ya?' gumam Bu Intan dalam hatinya. Wanita itu sempat ragu jika memikirkan tentang kisah rumah tangga putranya.Wanita paruh baya itu sedang mencari cara untuk menyatukan Laras lagi dengan Angga. Ia menginginkan kehidupan yang tenang lagi seperti dulu. Jauh dari ribut dan cekcok. Uang belanja dari Angga pun kuran
#44Aluna begitu sumringah saat dirinya meminta untuk memanjakan diri dengan perawatan di salon hari minggu itu. Angga memberinya izin, setelah Aluna merengek beberapa kali. Dan akhirnya dengan berat hati Angga pun memberinya izin seharian menghabiskan waktu di hari minggu itu untuk melakukan serangkaian perawatan.Ia selalu mengatakan pada Angga jika dirinya sangatlah beruntung memilikinya. Karena ia telah berhasil memberikan Angga keturunan, juga memberi Bu Intan seorang cucu, seperti yang sangat mereka inginkan selama ini. Itulah satu-satunya yang Aluna syukuri karena telah mengenal Angga saat dirinya merasa buntu."Akhirnya, setelah sekian lama aku bisa nikmati lagi perawatan di sini," ucap Aluna girang. Wanita itu nampak rileks saat menikmati berbagai macam pelayanan dari pegawai salon yang sudah jadi langganannya."Hei, Lun!" panggil sebuah suara memanggil nama Aluna sambil menepuk pelan bahunya.
#45Bu Intan menghentak-hentakkan langkah kakinya saat kembali ke rumah. Ia benar-benar kalut. Sehingga hanya bisa merenung dan berpikir. Apa yang terjadi saat ini rasanya masih belum bisa diterima akal sehatnya.Ia masih meragukan bagaimana Laras bisa hamil sedangkan dengan Angga yang bertahun-tahun saja, Laras sama sekali belum pernah menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Sekuat apa pun Laras mencoba berbagai macam program hamil. Tetap saja hasilnya nihil."Sebenarnya apa yang salah di antara mereka? Apa Angga yang bermasalah, kalau begitu bagaimana Aluna bisa hamil?" gumam Bu Intan lirih. Ia terus menerka-nerka apa yang sedang terjadi pada rumah tangga putranya yang bahkan belum sampai satu tahun lamanya itu.Wanita paruh baya itu semakin pusing memikirkan masalah yang tengah menimpanya. Ditambah dengan kabar kehamilan Laras yang membuatnya semakin merasa pening. Angga juga tampak terkejut dengan kabar kehamilan Laras. Tapi, dia juga seolah tidak percaya pada awalnya."Kenapa sih Lara
46Hamil?Sebuah pernyataan yang membuat Tasya terperanjat tak percaya. Ia bahkan mengulangi pertanyaannya untuk memastikan bahwa apa yang didengarnya barusan adalah nyata."Laras … hamil?" tanya gadis itu tak percaya.Galih mengangguk ringan. "Ya, istriku sedang hamil saat ini. Jadi, tolong jangan pernah ganggu saya lagi. Saya tidak akan tergoda sekalipun kamu menyodorkan tubuhmu, karena saya sudah memiliki istri saya," lanjutnya.Setelah mendengar kata-kata itu, Tasya hendak berbicara lagi dan menunjukkan sikap keras kepalanya. Tetapi, ia mengurungkan niatnya dan memilih bungkam. Lantas, gadis itu pun pergi meninggalkan Galih di ruangannya dengan membawa sejuta amarah.Sejak pulang ke rumah, Tasya begitu muram akibat kejadian di cafe Galih. Gadis itu selalu uring-uringan bahkan dia menyalahkan Bu Intan terus menerus karena telah gagal membuat pernikahan Galih dan Laras