#19Sejak kejadian di hotel malam itu, hubungan Angga dan Aluna semakin dekat. Walaupun Angga tak seloyal layaknya om-om yang dikencaninya, tapi Aluna tak pernah mempermasalahkan hal itu. Dia hanya butuh Angga sebagai ayah bagi bayi yang sedang dikandungnya sekarang.Aluna memang licik. Dia sengaja menipu Angga habis-habisan. Dia bahkan telah merencanakan segalanya dengan matang saat menjebak Angga.Saat Aluna mengabarkan jika dirinya tengah hamil, Angga pun begitu bahagia. Angga tak pernah menaruh sedikitpun rasa curiganya pada Aluna saat gadis itu positif hamil."Mas, aku hamil!" pekik Aluna girang saat menyodorkan stik test pack dengan garis dua yang menghiasinya. Ia segera memeluk Aluna saat kabar itu datang. Lengkungan di bibir Angga mengembang dengan sempurna.Angga yang sedang berkunjung di kosan Aluna pun, tersenyum sumringah. Kabar itu bagaikan angin segar untuk hidupnya yang sempat hampa. Ia dapat membuktikan jika dirinya tidak bermasalah meskipun tidak pernah memeriksakan k
#20Angga sebagai lelaki satu-satunya di keluarga mereka, merasa sangat bertanggung jawab untuk memastikan agar Tasya, adiknya tidak salah dalam pergaulan. Mengingat pergaulan yang saat ini sudah cukup bebas. Membuat Angga takut jika Tasya akan terjerumus dalam pergaulan yang salah.Dan jika sampai itu terjadi, Angga tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Jika terjadi sesuatu pada Tasya karena kelalaiannya sebagai seorang kakak, Angga akan mengutuk dirinya sendiri.Setelah perbincangannya dengan Bu Intan malam itu, Angga dan keluarganya sudah mulai disibukkan dengan mempersiapkan pernikahannya dengan Aluna. Terhitung setelah sebulan resmi bercerai dari Laras, Angga akhirnya akan menikah lagi dengan wanita pilihannya.Kabar pernikahan Angga dan Aluna juga berembus di telinga Laras. Tentu saja hal itu pasti terjadi karena mereka memang tinggal bertetangga. Kabar seperti itu jelas akan mudah untuk diketahui walaupun Laras tak pernah mencari tahu.Ia tak mau peduli dengan kabar itu, dan ha
21"Jadi benar kalau kamu nggak berhasil, Sya?" tanya Bu Intan lagi tak sabar menunggu jawaban dari Tasya yang sejak tadi diam saja.Bu Intan merasa kesal karena Tasya tak langsung menjawab pertanyaan darinya. Padahal level penasaran Bu Intan sudah berada di level akut."Hahhh… begitulah, Bu. Tapi, nggak bisa dibilang gagal juga sih," sahut Tasya kemudian. Ia mendesah berat karena banyak hal yang di luar perkiraannya."Loh, gimana sih maksudnya?" Bu Intan tak langsung mengerti dengan maksud ucapan Tasya tadi. Ia bingung dengan jawaban Tasya yang terkesan ambigu itu.“Ya, nggak gagal juga sih, Bu. Tasya berhasil kok naruh undangan itu di pintu Laras, tapi sayangnya Laras nggak mau buka pintu rumahnya, Bu,” jawab Tasya memberi sedikit pengertian pada ibunya,“Jadi kamu nggak ketemu sama Laras dan lihat gimana ekspresinya dong!” Bu Intan bersungut-sungut memainkan bibirnya.Ia merasa jika rencana Tasya sudah gagal. Walaupun undangan itu berhasil Tasya selipkan di pintu, tetap saja hal it
22Galih pun tak berbasa-basi lagi. Ia pun menambah kecepatan mobilnya dengan perlahan. Hatinya begitu berbunga-bunga saat ini. Laras begitu cantik sampai-sampai ia kehabisan kata untuk memujinya.Entah mengapa dia justru menawarkan diri menjadi pendamping Laras untuk menghadiri pernikahan mantan suaminya. Galih ingat sekali bagaimana beban di wajah Laras terpancar dengan jelas. Saat beberapa hari yang lalu, wanita itu datang ke cafenya.Tiga hari yang lalu ….Seperti biasanya hari itu, Laras datang ke cafe Galih untuk sekadar bernyanyi satu hingga dua lagu. Atau membantunya menjadi pramusaji dadakan. Hal itu sudah menjadi aktiLuntas rutin bagi Laras setelah dirinya bercerai.“Kamu kenapa, kusut banget mukanya?” tanya Galih saat Laras sedang beristirahat di pantry.“Eh, masa sih? Keliatan banget ya?” Laras mengerutkan alisnya heran.Kenapa sahabatnya itu selalu bisa mengerti kegundahan hatinya. Walaupun Laras tak pernah mencoba dan berniat untuk mengatakannya pada Galih. Tapi, lelaki
23Galih dan Laras berjalan dengan sangat mesra. Laras sengaja menggelayut manja sambil mengaitkan lengan mereka satu sama lain. Mereka menjadi pusat perhatian para tamu di sana. Seolah-olah jika mereka lag pemeran utamanya hari ini.Aluna yang merasa bukan lagi menjadi pusat perhatian, merengek pada Angga yang duduk di sampingnya."Aku nggak mau tahu ya, Mas. Pokoknya usir mereka," bisik Aluna ketus di telinga Angga."Jangan gitu, Vi. Bisa-bisa kita yang malu. Mana ada sejarahnya kalau pengantin mengusir tamunya," tolak Angga berbisik juga. Ia tak mau para tamu mendengar perdebatannya dengan sang istri. Hal yang tak pantas didengar oleh siapa pun.Aluna mendengus kesal karena Angga malah tidak membelanya dan terkesan tak mau menuruti perintahnya dan malah membiarkan mantan istrinya hadir di sini. Ia semakin malu jika ada yang tahu kalau Angga dulunya sudah beristri. Tentu saja cap 'pelakor' akan disematkan untuknya.Ia tak mau hal itu terjadi. Menjadi perebut suami orang tentu memili
#24"Selamat atas pernikahanmu, Mas Arvin. Semoga rumah tanggamu bahagia!" Laras berkata dengan tulus dari dalam hatinya sambil mengulurkan tangannya ke depan. Sepersekian detik, Arvin termangu.Lelaki itu seakan tidak memiliki daya untuk sekadar mengangkat tangannya dan menjabat tangan Laras. Aluna cemburu berat karena ia masih dapat melihat dengan jelas jika suaminya tampak masih menyimpan rasa pada mantan istrinya."Mas, ngapain pake bengong-bengong segala, sih!" cetus Aluna tak terima saat melihat Arvin masih saja menatap Laras."Eh, ma-maaf," desisnya pelan."Selamat ya, atas pernikahanmu!" Laras mengulangi ucapan selamatnya tadi.Khawatir jika Arvin tidak mendengarnya tadi sehingga ia berinisiatif untuk mengulanginya."I-iya, terima kasih." Arvin menjawab sedikit gugup. Membuat Devit semakin geram melihat tingkah suaminya itu.Padahal dia dapat melihat bagaimana sikap Laras. Wanita itu biasa-biasa saja ekspresinya dan tampak tak terpengaruh melihat mantan suaminya bersanding den
#25Galih tak berkata-kata lagi setelah mencuri ciuman Laras. Ia juga merasa bingung dan kaget kenapa harus seberani itu mencium Laras. Padahal sebenarnya dia ingin untuk menyatakan perasaannya sedikit demi sedikit hari ini pada Laras.Tapi, yang terjadi malah dirinya berakhir melakukan hal yang sangat lancang pada Laras. Hari ini sungguh hari yang menyenangkan dan buruk bagi Galih. Menyenangkan, saat dirinya berjalan bersisian dengan Laras layaknya pasangan yang serasi walaupun hanya berpura-pura. Akan tetapi hari ini menjadi buruk juga, karena niatnya menyatakan cinta malah jadi kacau seperti ini. Entah bagaimana dia menghadapi Laras nantinya.Tentu saja akan canggung. Pun begitu dengan Laras. Ia tak mengerti apa yang ada di pikiran Galih saat mencuri ciumannya.Setelah ciuman itu berakhir, Galih salah tingkah dan akhirnya malah mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.Keduanya saling terdiam dan tak membuka suara saat mobil melaju. Galih memang hendak mengantar Laras pulan
#26Setelah cukup lama, Laras menikmati pemandangan di danau itu, dirinya pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya saat mentari mulai condong ke barat.Laras menikmati suasana tenang dan nyaman dari danau itu dalam diam. Namun, diamnya tak membuat pikirannya tenang. Dalam benaknya, dia masih memikirkan apa yang terjadi hari itu. Dari awal hingga akhir.Dimulai dari Galih yang menjemputnya ke rumah, berjalan bersamanya layaknya pasangan di acara pernikahan Angga, serta sikap Galih yang tiba-tiba aneh, dan berakhir mencuri ciuman di bibirnya. Semua adegan itu seakan berputar-putar layaknya adegan film. Ia tak tahu mengapa jantungnya harus berdebar saat Galih mendaratkan bibirnya."Mungkin karena aku terkejut saja, 'kan. Bukan karena hal yang lain," lirih Laras meyakinkan dirinya. Ia sedang berada di taksi yang saat ini akan membawanya pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Laras langsung