“Arya, itu Kak Dida!” seru Angel. “Jangan bengong. Lo nggak mau dia bernasib sama dengan orang-orang itu, kan?” tegur Angel.
Benar. Bukan saatnya untuk menonton peristiwa yang sangat tidak lazim itu. Arya menggelengkan kepalanya, mencoba untuk fokus. Dia berlari menuju tempat di mana Dida sedang berada.
Perempuan ber-cloak biru muda itu sedang sibuk memilih-milih makanan di hadapannya. Kemudian dia mengambilnya satu persatu dan langsung dilahpak ke dalam mulutnua. Namun, belum juga makanan itu masuk ke mulut Dida, Angel langsung mengeluarkan jurusnya.
“Multy Wind Arrow!” seru gadis itu yang langsung melepaskan anak panahnya. Dengan dorongan angin yang sangat kuat, anak panah itu bertambah menjadi tiga.
Gotcha! Tepat sasaran! Semua makanan yang sedang dipegang oleh Dida jatuh begitu saja. Hal itu disebabkan karena sapuan angin yang kuat dari skill milik Angel, dan juga Dida dengan refleks menurunkan tangannya. Khawatir jika salah satu anak panah milik
“Li-lihat! Ka-kaisar itu berubah,” pekik seorang pemain lain. Matanya kini membulat maksimal, telunjuknya yang bergetar itu dia arahkan ke istana besar milik sang kaisar. Sontak Arya menoleh dan dia pun mematung seketika. Matanya membelalak dan mulutnya sedikit menganga. Kaisar itu berubah. Jubah kebesarannya yang berwarna merah itu perlahan robek tak beraturan. Topi yang tadi tersemat di kepalanya pun terjatuh. Kini muncul dua buah tandung yang runcing dan lancip dari kepala sang kaisar yang ikut membesar. Di sekitar Arya masih banyak orang yang menderita. Mereka yang memakan dengan rakus dan serakah perlahan musnah dengan cara yang mengerikan. Semakin banyak orang yang mati, maka semakin kuat sang kaisar. “Tolong hentikan orang-orang yang sedang makan itu!” teriak Arya. “Jangan memakan apa pun lagi di sini. Ini semua jebakan!” Kini dia merentangkan tangan kanannya, memerintah kepada pemain yang masih sadar dan tidak digelapkan oleh sang kerakusan.
“Bodoh!” Arya mengumpat pada Candra, yang mendadak diam mematung, ketika iblis itu memebalikan serangannya.Seketika Arya berlari dengan cepat, menghampiri Candra. Tidak mungkin dia bisa membiarkan pria itu dikalahkan dengan cepat oleh sang iblis. Arya langsung mencabut pedang dari sarungnya dan memegang erat dengan kedua tangannya.Prang!Terdengar bunyi tubrukan dan gesekan dari dua besi yang beradu; sabit dan juga pedang Wallace milik Arya. Dengan sekuat tenaga Arya mencoba menahan sabit tersebut.“Argh!” erang Arya sampai wajahnya mengernyit. Sungguh, tekanannya benar-benar kuat sekali. Sampai-sampai Arya yang sedang berdiri dan menahan dengan posisi kuda-kuda pun terdorong. Tanah yang sedang dipijakinya meninggalkan jejak dari sepatu Arya.“Beugh!” Tenaga Arya pusatkan pada tangannya, seketika dia mendorong sabit itu. Sampai akhirnya terhempas dan terjatuh ke tanah.Dengan napas tersengal-sengal Arya
‘Ayo, manusia munafik. Kembalilah ke jalan yang benar,’ batin Beelzebub. Benar yang dimaksud, adalah benar dari versi kesalahan dan kejahatan—bukan versi kebajikan. Mata besarnya itu terlihat bergerak ke kanan dan kiri. Namun, begitu, Beelzebub masih bisa melihat Dida yang sedang menunduk.“Apa benar kalau aku tidak salah?” tanya Dida, suaranya terdengar lirih.Beelzebub menggerakan mulutnya, dalam hati dia senang karena Dida nampaknya merespon dengan positif.“Benar, kamu tidak salah, perempuan manis,” jawab Beelzebub meyakinkan. Mendekat lagi ke arah Dida, lalu dia terbang mengitari perempuan ber-cloak biru muda.Dida masih bergeming, tertunduk dengan lesu. Entah kenapa di saat seperti tidak ada yang berani menyerang Beelzebub. Padahal ini kesempatan bagus untuk menyerang. Namun, semua terlihat diam. Kenapa? Karena jarak Dida dan Beelzebub yang terlalu dekat, mereka khawatir akan hal itu.“Saat itu,
Beberapa menit sebelumnya. Saat Arya sedang melindungi Candra. Ternyata Dida, Idun, Angel dan Firman merencanakan sesuatu.“Bantu aku untuk melawan iblis itu,” ucap Dida penuh tekad. Dia tidak ingin lagi menjadi seorang pengecut—yang takut akan sesuatu dan memilih untuk mencari aman.Dalam hatinya, Dida bertekad ingin memberikan kontribusi untuk tim Ravens Destroyers. Karena tidak ada yang tahu nasib dan takdir seseorang, bisa saja di misi ini Dida benar-benar lenyap.“Oke. Apa lo punya rencana, Kak?” tanya Angel.Dida mengangukkan kepalanya. “Aku mau mengeluarkan ultimate skill milikku, tapi aku butuh bantuan Idun supaya skill-ku bisa dikeluarkan secara maksimal,” ungkap Dida.“Aku?” Idun bertanya. Memastikan bahwa memang dia tidak salah dengar. Kemudian Dida mengangguk sebagai bentuk jawaban. “Dengan senang hati,” balas Idun dengan wajah yang berbinar.“Emangnya lo mau
Skill Tsunami milik Dida bertahan hanya tiga puluh detik saja. Akan tetapi, karena daya hancurnya yang lumayan besar, membuat HP para pemain yang tenggelam di sana berkurang. Tentu saja HP milik Beelzebub pun berkurang.Untuk mengantisipasi HP para pemain yang mulai menipis. Para elemen air dalam masing-masing tim, mulai melindungi rekan mereka. Ya, berbeda dengan elemen lain, para pemilik elemen air tidak begitu terpengaruh dengan skill ini. Karena berada di dalam air, membuat dirinya bertambah kuat.“Funame Vitae.” Dida mengeluarkan skill barunya. Dari tongkatnya kini muncul 6 buah tali, yang kemudian mengikat tubuh rekan satu timnya.Selain Sanas Aquam, dia memiliki satu skill lain yang fungsi yang hampir sama. Hanya saja, jika Sanas Aquam bisa menambahkan HP, Funame Vitae hanya bisa menahan agar HP milik pemain lain—yang terikat dengan tali itu tidak berkurang.“Bertahanlah. Sedikit lagi,” kata Dida sembari memperhatikan
‘Berpikir, Arya! Kalau kayak gini terus bisa-bisa kita kalah karena kelelahan,’ batin Arya. Anak laki-laki itu terus berlari dan menyerang sang iblis. Namun, tetap saja pergerakannya itu terbaca.“Hand from hell!” seru Candra. Mulai kesal dengan si lalat menjijikan itu, dia mengeluarkan skill tersebut. Memunculkan tangan dari tanah dan kemudian mencoba menepuk si lalat. Akan tetapi, sama saja, usahanya pun gagal.Sang iblis seolah tahu kira-kira di mana tangan-tangan itu akan muncul. Karena, saat Candra menggunakan skill tersebut, memang ada sedikit jeda sampai kedua tangan itu saling menepuk satu sama lain. Sehingga, Beelzebub bisa langsung menghindari serangan Candra.“Hey, perempuan sialan! Keluar kamu! Jangan terus bersembunyi di balik teman-temanmu!” seru Beelzebub. Walau iblis itu bisa menghindari setiap serangan, tapi dia tidak bisa menemukan Dida.Saat Beelzebub terus mencari keberadaan Dida, ada ide nekad
Ternyata Beelzebub bisa bertahan dengan bara api yang mengepungnya. Walau dia merasa sedikit sesak akibat api yang dihasilkan dari si jago merah. Tak ingin menyerah dengan mudah, Beelzebub terus mengeluarkan cairan hijaunya, agar api itu padam. “Argh! Bangsat!” umpat Beelzebub, ketika matanya itu mendapati Arya berdiri tak jauh dari tempatnya. Sang iblis itu tahu, ini semua adalah rencana dari Arya. Dia bisa melihat, bahwa anak laki-laki itu yang pertama mengeluarkan skill api. Kemudian aksinya itu diikkuti oleh pemain-pemain lain. “Kemari kau, bocah sialan!” hardik Beelzebub. Api yang tadi berkobar itu sudah padam. Kemudian dia terbang dengan cepat ke arah Arya dengan emosi yang membuncah di dadanya. Prang! Kaki bagian depan Beelzebub—yang seperti bilah pedang itu beradu dengan pedang Wallace milik Arya. Sang iblis melakukan serangan jarak dekat pada Arya. Sedangkan Arya hanya bisa menahan dan berada di posisi bertahan. “Kenapa kamu s
Arya berlari dan langsung menyeret Dida, menjauh dari arena pertempuran. “Lo cover dulu sementara, Bang!” teriak Arya pada Firman. Laki-laki itu pun mengangguk dan terus berusaha menyerang Beelzebub.“Kenapa, Arya?” tanya Dida, napasnya kini terengah-engah. Wajah Dida terlihat sedikit lebih pucat. Biar Arya terbak, pasti HP Dida sudah mulai berkurang.Terang saja, karena sedari tadi, perempuan itu menjadi bulan-bulanan Beelzebub. Beruntung, saat Arya menarik paksa Dida, Beelzebub sedang sibuk dengan pemain lain.“Tunggu sebentar,” kata Arya. Dia masih menunggu satu orang lagi. Tak lama kemudian orang yang dinanti Arya pun tiba bersama Reza. Tadi, Arya meminta bantuan Reza untuk mencari salah satu anggota timnya.“Ada apa, Arya?” tanya Idun.“Gue butuh bantuan kalian berdua. Tapi sebelum itu, Kak Dida masih punya potion penambah HP?” tanya Arya, khawatir jika tiba-tiba Dida drop di tengah p