"Jadi juga Bu Anti yang sombong itu berbesan sama Jeng Sri, " keluh Bu Rani saat membaca undangan peresmian pertunangan Salsa dan Ardan.Ia terlihat sangat kecewa karena usahanya yang sudah cukup mengeluarkan banyak uang, gagal total. Jangankan bisa kembali lebih banyak seperti yang pernah ia harapkan di awal, sedikitpun tidak. Bahkan hilang tanpa bekas. Mobil yang sempat di pesannya untuk Salsa, terpaksa harus ia pakai sendiri, karena pihak dealer menolak untuk membelinya kembali.Tak berbeda dengan tantenya, Coki juga akhir-akhir ini terlihat kurang bersemangat. Sepertinya ia begitu patah hati saat mengetahui kalau Salsa sudah bertunangan. Saat bekerja pun ia tidak konsentrasi, sehingga sering mendapat teguran dari Pak Said, penanggung jawab kurir.***"Ngapain, Lo, bengong gitu? Udah stress, Lo?" tanya Gusti. Ia menghampiri Coki yang sedang duduk sendirian di kursi taman belakang rumah Mba Sri. Persis di pinggir kolam renang. "Woy!" Gusti melambai-lambaikan tangannya di depan wajah
Suasana rumah Mba Sri begitu meriah, lokasi pertunangan Salsa dan Ardan dipusatkan di taman belakang, tempat yang sama seperti saat acara syukuran rumah Mba Sri dulu. Meja-meja berbentuk bundar disertai dengan beberapa kursi yang mengelilinginya sudah diatur sedemikian rupa sehingga enak dipandang mata.Lampu hias kecil berwarna-warni menghiasi sebagian besar taman. Mulai dari pepohonan, tiang-tiang penyangga rumah, sampai kolam renang pun juga dihias begitu cantik.Meja panjang di tengah taman sudah tersaji berbagai makanan dan aneka kue-kue lezat menggugah selera.Alunan lagu 'Janji Suci' milik band Yovie dan Nuno terdengar di seantero taman. Lagu yang seakan-akan khusus dipersembahkan untuk kedua pasangan, Salsa dan Ardan.Dengarkanlah wanita pujaankuMalam ini akan kusampaikanHasrat suci kepadamu dewikuDengarkanlah kesungguhan iniAku ingin mempersuntingmuTuk yang pertamaDan terakhirJangan kau tolak dan buatku hancurKu tak akan mengulang tuk memintaSatu keyakinan hatiku in
Selamat membaca, mohon bantuannya untuk subscribe, rate, love dan komennya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Rencana apa maksud lo? Wah, kalo lo mau berbuat jahat, jangan ajak-ajak gue!""Sini gue kasi tau." Gusti mendekatkan bibirnya ke telinga Coki. Dari raut wajahnya, nampak jelas bahwa Coki terlihat kurang bersemangat untuk menanggapi apa yang Gusti ucapkan. "Gue ga ikutan, ah. Kasian, Salsa.""Lo tenang aja. Percaya sama gue. Gue ga akan bikin Salsa kenapa-napa. Yah, paling cuma sedikit sedih aja, si. Lagian kalau kita berhasil, lo bisa punya kesempatan lagi, kan, buat deketin Salsa. Gue relain, deh. Setidaknya Salsa bisa jadi sama temen gue.""Temen? Memangnya sejak kapan lo jadi temen gue? Males tau punya temen kayak lo! Ga jelas! Sebentar bilang iya, sebentar enggak. Kemaren katanya udah ga suka, terus tadi jatuh cinta, eh sekarang malah mau relain Salsa buat gue," cibir Coki.Setelah itu, ia terdiam lagi, tidak menjawab maupun menolak atas rencana Gusti tadi. "
"Udah, kamu tenang, dong. Sal. Jangan panik begitu. Nanti minta antar Om Kasman ke rumah Ardan, ya.""Salsa telepon ke Tante Anti, katanya Ardan belum pulang, Ma. Dia itu dari kemarin lusa lagi pergi liburan bareng temen-temen SMAnya ke Jogja, harusnya hari ini udah pulang ke Jakarta. Jadwal penerbangan dari Jogja kan tadi pagi. Salsa takut Ardan kenapa-napa, Ma," ucap Salsa khawatir. Ia kemudian merangkul Mamanya."Ya sudah, mungkin pesawatnya delay, Sal. Kamu ga usah mikir yang macem-macem. Nanti sore kamu coba hubungi Ardan lagi. Semoga sudah bisa dihubungi.""Aamiin. Iya, Ma."***"Salsa kenapa Om, kok kayaknya lagi sedih gitu?" tanya Coki pada Kasman di tengah aktivitasnya memacking sayuran yang akan segera diantar ke konsumen. Tadi sebelum ke gudang utama, Coki sempat bertemu dengan Salsa di halaman depan. "Ardan, tunangannya, katanya dari semalam ga bisa dihubungi, Cok. Kabarnya dia hilang.""Ha? Hilang? Kok bisa? Kenapa, Om? Kenapa Salsa ga langsung ke rumahnya aja, kan deke
"Hai, Dan," sapa Gusti pada Ardan. Pesawat Ardan baru saja mendarat dari Jogja. Sedangkan Gusti mau menjemput Pak Bagyo, yang baru datang dari perjalanan dinasnya ke Makasar.Walaupun pesawat sang Bapak baru akan mendarat satu jam lagi, tapi Gusti sengaja datang lebih cepat untuk menemui Ardan. Setelah bertanya mengenai jadwal kepulangan Ardan pada temannya, Leo, yang juga teman Ardan yang kemarin ikut ke Jogja, ia sengaja menunggu Ardan di Bandara.Ardan sambil menggendong tas ranselnya sedikit memicingkan mata. Ia mencoba mengingat siapa sosok yang tengah menyapanya ini."Oh, iya, Lo, Gusti, kan? Anaknya Tante Dian yang sahabatnya Tante Sri, itu?" tanya Ardan. "Sorry, tadi, Gue ga ngenalin lo." " Nyantai, Bro. Eh, iya, Lo abis darimana? Kok sendirian aja, tunangan Lo ga diajak? " Gusti pura-pura bertanya pada Ardan. "Abis dari Jogja, ketemu sama temen-temen lama di sana. Iya, ni, gue sendirian aja, Salsa ga ikut. Lagian ga pantas, la, kalo Salsa ikut. Temen Gue, kan, cowok semua
***Malam harinya, Coki sudah bersiap akan menemui Gusti di taman. Tapi ia dihadang oleh tantenya, Bu Rani yang penasaran akan sikap kemenakannya itu. Ia berusaha mencari informasi dengan cara menyuruh Coki untuk makan malam terlebih dahulu. "Coki, keponakan tante yang ganteng. Mau kemana, malem-malem gini? Tumben, biasanya pulang kerja, kamu langsung ngedekem aja di kamar. Mau ketemu siapa, si?" Yang ditanya hanya diam. Coki lebih memilih menghabiskan makan malamnya dengan cepat, karena waktu janji temu ia dan Gusti, tinggal sebentar lagi. Ia tidak ingin jika dirinya sampai datang terlambat. Lagi pula, kalau tantenya ini sampai tau, hampir bisa dipastikan kalau besok, satu komplek ini juga sudah tau. Bahkan bisa jadi, satu kota ini juga akan tau. Jadi ia lebih baik diam. Tapi, bukan Bu Rani namanya kalau gampamg menyerah dengan sikap Coki."Coki, mau tante masakin apa buat sarapan besok? Mau spaghetti bolognese kesukaan kamu? Nanti Tante buatin, ya.""Boleh, tante. Kebetulan udah
Setelah didesak oleh Coki dan Kasman, akhirnya Gusti mengaku pada Bu Anti dan Ardan kalau waktu itu ia tidak serius dengan ucapannya, dan hanya berdusta karena cemburu pada Ardan yang berhasil mendapatkan Salsa. Kasman juga sedikit mengancam Ardan, kalau ia tidak mau mengaku, maka ia akan langsung diseret ke kantor polisi. Tentu saja, Gusti langsung menuruti keinginan Kasman dan Coki. "Jadi bagaimana, Mba Sri? Kita selesaikan saja urusan anak-anak sampai di sini, toh, itu semua cuma salah paham," tutur Bu Anti perlahan. Saat ini, Bu Anti, Ardan, Salsa dan Mba Sri sedang berada di ruang tamu kediaman Mba Sri membicarakan mengenai kelanjutan hubungan anak-anak mereka. Mba Sri hanya diam, dalam hatinya ia juga merasa kesal pada Ardan dan Bu Anti yang percaya begitu saja pada omongan Gusti. Itu artinya mereka juga menganggap kalau Salsa adalah gadis yang tidak baik, dan benar melakukan apa yang Gusti katakan. Apalagi Bu Anti yang malah ikut menyembunyikan Ardan dan pura-pura tidak tau
tadi, hati milik Coki, yang sedang memperhatikan pasangan itu dari jauh. Ia sebenarnya ingin agar hubungan Ardan dan Salsa kembali harmonis seperti sebelumnya, tapi melihat mereka berselisih seperti kemarin, tak dipungkiri kalau ia juga sedikit merasa senang. ***"Apa tidak bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan, Mba? Gusti kan juga sudah minta maaf. Saya tau, Gusti sangat keterlaluan kali ini, tapi biar bagaimanapun, dia tetap anak saya. Tidak ada satu ibu pun yang tega jika anaknya harus mendekam dalam jeruji besi," pinta Bu Dian lebih kepada memohon. Kali ini, ia memposisikan diri lebih rendah dibandingkan Mba Sri."Maaf, Bu Dian. Bukannya saya tidak memaafkan Gusti, tapi ini sudah fitnah namanya. Bahkan bisa mempengaruhi hubungan baik antara keluarga saya dan keluarga calon besan.""Gusti memang harus dibuat jera agar dia tidak lagi sembarangan bertindak, Bu. Sudah biarkan saja dia masuk penjara. Toh, tidak lama, paling hanya beberapa bulan." Pak Bagyo ikut berbicara. "Gak,