Namun Fernando tak mungkin kan membiarkan Shanaz tetap berada di ambang pintu dengan nampan yang berisi secangkir kopi di atasnya. Ia kemudian memberikan kode agar Shanaz masuk dengan anggukan kepala. Lalu setelah Shanaz masuk ke dalam ruangan Fernando memberi kode lagi agar Shanaz menaruh cangkirnya di atas meja.Shanaz mengangguk mengerti. Lalu menaruh secangkir kopi buatannya di atas meja kerja Fernando. Suara Lita masih terdengar di telinganya, Shanaz pura-pura tidak mendengarnya. Fernando menekan tombol pengecil volume pada ponselnya.Shanaz yang mengerti dengan situasi tak nyaman ini lalu keluar dari ruangan Fernando. Wajahnya menunjukkan rasa ibanya pada Fernando, tetapi tidak dengan hatinya. Perasaan membuncah karena kisruh yang terjadi pada rumah tangga mantan suaminya itu."Kenapa kamu diam saja dari tadi? Kamu mendengarku tidak sih?" tanya Lita di ujung telepon."Iya, dari tadi juga aku mendengarmu," jawab Fernando dengan nada lemas. Tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi
"Dia menulis apa?" tanya Fernando penasaran."Tuan Lorenzo bertanya apakah saya sudah tidur, Tuan," jawab Shanaz dengan jujur. Ia puas melihat reaksi cemburu Fernando. Meskipun lelaki itu berusaha menutupinya."Sejak kapan Kak Lorenzo bisa bersikap genit seperti itu? Apa dia juga seperti itu pada wanita lain?" tanya Fernando pada dirinya sendiri. Sejatinya tidak. Lorenzo tak pernah seperti itu dengan wanita manapun. Karena dia hanya tertarik pada Nabila.Fernando menggelengkan kepalanya dengan cepat. Untuk apa juga dia harus merasa posesif pada wanita yang jelas-jelas bukan siapa-siapanya. Shanaz tak peduli dengan respon dari Fernando. Ia membalas pesan dari Lorenzo.Shanaz : Saya belum tidur, Tuan Lorenzo.Menyadari gerakan tangan Shanaz. Fernando kembali melayangkan pertanyaan. "Kamu jawab apa?" tanya Fernando. Saking penasarannya ia menatap wajah Shanaz dengan intens, seakan jawaban yang akan diberikan oleh wanita itu sangatlah penting."Saya jawab, saya belum tidur Tuan," jawab Sh
Terbesit keinginan untuk menodai kesucian gadis muda yang ada di depannya ini. Ia semakin menatap wajah cantik itu semakin dalam. Hampir saja Fernando kehilangan kewarasannya.Ia tersadar ketika mengingat istrinya yang sedang hamil. Paham jika dia nekat melakukan kesalahan ini dia bisa kehilangan istri dan calon bayi yang sedang dikandung oleh Lita. Tidak, tidak. Fernando terlalu menyayangi anaknya, jadi buru-buru ia menghempaskan pikiran negatifnya tersebut."Dasar bodoh! Apa yang kamu lakukan Fernando?" Fernando merutuki dirinya sendiri. Ia lalu berbalik badan dan segera melangkah pergi dari kamar Shanaz. Sebelum setan benar-benar menguasai pikirannya.Fernando berlari ke kamarnya, lalu menutup pintu kamarnya dan menguncinya dengan cepat. Ia bersandar pada pintu dengan napas yang masih memburu. Fernando mendongak, dia benar-benar tersiksa. Rasanya dia ingin melampiaskan hasratnya malam ini juga, tetapi dengan siapa? Dengan istrinya saja dia tidak akur.Fernando gusar. Ia mengacak ra
"Maaf Tuan, saya ingat terakhir kali saya main catur dengan Tuan. Tetapi yang saya heran kenapa tiba-tiba saya sudah berbaring di tempat tidur saya sendiri?" tanya Shanaz sambil menunjuk dirinya sendiri. Duarrr!!Ketakutan Fernando benar terjadi. Wanita yang ada di depannya ini menanyakan hal yang tak ingin ia bahas. Sangat memalukan rasanya. Fernando mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia tak ingin ada yang mendengar percakapan yang sensitif itu. Karena ada pelayan yang berlalu lalang mengerjakan pekerjaannya. Fernando kemudian mengajak Shanaz untuk bicara di ruangannya."Ikut aku. Kita bicara di ruanganku saja, sambil mencari ponselmu yang tertinggal di sana," jawab Fernando.Kemudian mereka berjalan menuju ke ruangan kerja Fernando. Tempat pertama yang dituju oleh Shanaz yaitu meja kerja Fernando. Ia berjalan mendekat dan melihat ponselnya tergeletak di sana.Namun sayangnya saat dicek ternyata benda pipih milik Shanaz itu sudah mati, mungkin baterainya low lalu mati tadi mala
Seharusnya Shanaz berhak marah dengan perlakuan Fernando. Yang seenaknya menggendong tubuhnya. Apapun alasannya tetap saja tindakan Fernando itu salah, dan harus meminta maaf kepadanya. Seharusnya Fernando membangunkan Shanaz untuk menghindari kesalahpahaman."Dia yang seharusnya minta maaf padaku," gumam Shanaz.Lamunan Shanaz buyar, ketika Fernando mendekat ke arahnya. Ia lalu menarik kursi dan duduk di samping Shanaz yang sedang berdiri. Tetapi Fernando sama sekali tidak memedulikan kehadiran Shanaz. Wanita itu mulai mencari cara untuk memperbaiki keadaan.Shanaz pergi dari hadapan Fernando. Ia ke dapur untuk membuatkan kopi untuk mantan suaminya itu. Niatnya agar Fernando nanti luluh. Shanaz mengaduk kopi buatannya. Lalu melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan untuk menyerahkan kopi tersebut ke Tuannya. Akan tetapi yang terjadi Fernando sudah tidak berada di sana."Tuan Fernando ke mana?" tanya Shanaz. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak menemukan keberadaan lela
"Apa ini?" tanya Lita dengan nada dingin."Kejutan untukmu sayang. Bunga ini secantik dirimu," jawab Fernando. Senyumnya mulai redup menyusul dengan reaksi yang istrinya berikan. Namun ia menahan rasa kecewanya dan tersenyum meskipun kaku."Astaga Fernando, apa yang kamu pikirkan? Kamu pikir aku menyukai bunga seperti ini?" Lita malah mencibir. Fernando menurunkan bunga yang ia bawa dengan lemas. Semua yang ia seakan salah. Membuat Fernando seperti tak punya semangat hidup lagi.Rasanya hati Fernando bagai dihantam oleh batu yang besar dan mengoyak hatinya. Lita bahkan masih membiarkan Fernando di ambang pintu dan tak menyuruhnya untuk masuk. Dia sudah hampir mati rasa dan menyerah. Beruntung ibu mertuanya mengetahuinya. Matanya membulat sempurna melihat perilaku anaknya yang dinilainya sangat keterlaluan itu."Lita! Apa yang kamu lakukan?" pekik ibunya dengan kesal. Ia menatap tajam ke arah anaknya.Lita terperanjat mendengar ketika ibunya meneriakinya. Ia menundukkan kepalanya dan
Mata Shanaz berbinar-binar saat membaca nama Lorenzo tertera di layar ponselnya. Rasa kantuknya seolah hilang. Dan sangat antusias mendengarkan suara yang sejak tadi dirindukannya. Dengan gugup Shanaz menggeser tombol hijau pada layarnya."Halo Nabila. Apa aku menganggu tidurmu?" tanya Lorenzo saat sambungan teleponnya sudah terhubung.Shanaz menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskan perlahan. Menormalkan kembali napasnya yang berantakan akibat rasa yang membuncah di dada. "Oh, sama sekali tidak Tuan Lorenzo," sangkalnya. "Memangnya kamu belum mengantuk?" tanya Lorenzo di ujung telepon.Shanaz menggelengkan kepalanya, meskipun Lorenzo tak dapat melihatnya. "Belum Tuan, saya belum mengantuk," jawab Shanaz berbohong."Memangnya kamu sedang apa?" Lorenzo menjadi penasaran. "Bukankah di sana sudah pukul 10 malam?" imbuhnya. Biasanya pada jam ini rumah sudah sepi dan sunyi. Semua orang telah tidur, termasuk para karyawan di keluarga Lorenzo termasuk para karyawan. Hanya 2 satpam yan
Bibir Lita dan Fernando saling berpagutan. Mereka berdua saling menumpahkan segala hasrat yang semakin membara. Tangan Fernando turun, menyusuri gundukan bukit kembar milik Lita. Hamil besar membuat dada wanita itu menjadi semakin besar dan menggemaskan membuat Fernando semakin liar untuk meremasnya.Lita tak mau kalah, jemari lentiknya mulai membelai setiap jengkal demi jengkal tubuh lelaki yang sangat dirindukannya itu. Sampai puncaknya ia mendaratkan tangannya pada kepunyaan Fernando yang sudah mulai menegang tersebut. Dengan lihainya ia membuka ikat pinggang serta menurunkan resleting celana Fernando.Lita dan Fernando bangkit dari duduknya. Dengan cepat mereka mulai menanggalkan pakaian mereka masing-masing, dan kini tak menyisakan benang sehelai pun. Namun saat mengingat perutnya yang kini membuncit dan bentuk badannya yang tidak lagi ramping membuat Lita malu dan memeluk tubuhnya sendiri.Fernando mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanyanya tak mengerti."Badanku," jawab Lita ya