Share

Bab 98. Titik Terang

Mataku perlahan terbuka ketika mencium bau obat-obatan yang membuatku mual dan yang pertama kali kulihat adalah langit-langit ruangan yang bercat putih.

Aku nggak sadar bagaimana caranya aku bisa sampai di sini. Hanya saat ini kurasakan kepalaku kembali berdenyut, rasanya seolah-olah kepala ini ditusuk ribuan paku. Sakitnya nggak kira-kira hingga aku mengeluarkan sebuah rintihan kecil.

"Aww!"

"Eh, Jingga udah bangun? Tsabit! Tsania! Jingga udah bangun!" Suara lantang Bu Zela yang antusias membuat dua orang tetiba datang masuk ke ruagan.

"Alhamdullilah ya Allah. Jingga ... akhirnya kamu bangun Ga," ujar Tsabit dengan nada parau dan berat. Pria itu terlihat lega, begitu juga gadis yang ada di sampingnya. Aku tersenyum lemah kepada mereka, bersyukur bisa melihat kedua adik iparku lagi.

Pandanganku teralih pada Ibu mertuaku. "Kenapa Jingga bisa di sini, Bu?" tanyaku bingung. Sepertinya aku mengalami disorientasi waktu juga tempat.

"Kamu pingsan Jingga, kepala kamu kayaknya dibentur oleh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status