Share

42. Dua Garis Merah

"Aku hamil, Mas!" ucapku kepada Mas Hanif setelah kami selesai berkencan di rumah kontrakanku.

"Aku minta nikahi aku secepatnya. Kamu harus bertanggungjawab, Mas!"

"Kamu beneran hamil?" tanyanya, ragu.

"Iya." Aku pun mengambil alat sholat kehamilan yang kusimpan di laci meja dan menyerahkan padanya.

Mas Hanif terlihat santai dan biasa saja. Ia meletakkan kembali tes pack tersebut di atas meja yang berada di sisi ranjang.

"Apa kamu akan lari dari tanggung jawab, Mas?" Aku mulai terisak, membayangkan kenyataan buruk yang akan terjadi padaku.

"Tidak, Sofia. Mas tidak akan lari. Mas akan menikahimu secepatnya."

"Sungguh?"

Aku begitu senang mendengarnya. Keraguanku terjawab sudah. Mas Hanif akan menjadi suamiku.

"Iya, Sofia, sungguh. Mas cuma terkejut. Mas tidak mengira kalau kamu bisa hamil secepat ini. Ternyata Mas masih tokcer. Dan sekarang terbukti bahwa istri Mas lah yang mandul," ucapnya, lalu mengecup keningku.

"Iya dong, Mas. Dia itu sudah tua dan hampir kadaluarsa. Sedangkan aku m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status