Aku menggebrak meja kedua tanganku saat mendengar ucapan Lusi yang sangat kurang ajar."Denger ya Lus, kalau tau seperti ini aku mending tak menikah dengan Mas mu, dan lebih memilih untuk menjadi wanita kampung. Tapi tak kampungan sepertimu." Aku menunjuk nya dengan geram."Lus, apa sih kamu pakai ikut-ikut segala. Diam saja." Bentak Ibu pada Lusi"Apa sih Bu, gak usah bela Mbak Ida deh. Bener kan apa yang Ida bilang. Lagian nih ya, Mbak Ida juga gak bisa kan ngasih anak laki-laki buat Mas Bowo. Makanya Mas Bowo sampai selingkuh." Ucapnya yang masih nyinyir padaku Gemeletuk suara gigiku terdengar sangat keras menahan amarah yang sudah membakar dan merasuki jiwa.Ingin sekali rasanya aku membunuh Lusi dan Mas Bowo sekarang juga. Biar berkurang orang-orang tak berguna didunia ini."Itu memang lelakinya aja yang kurang ajar, uda di kasih keturunan masih aja gak bersyukur malah selingkuh sama wanita lain."Kini Emak yang sedari tadi diam ikut bersuara"Lagian masih mending Ida, bisa me
Di bantu oleh Emak, aku mengemasi barang-barang dan baju milik Anita. Untung saja semua baju dan keperluan ku sudah lebih dulu ku masuk kan kedalam koper saat aku memutuskan tidur dikamar putriku Jadi kali ini aku tak perlu repot-repot. Karena barang Anita yang lebih banyak dariku, akhirnya aku terpaksa memasukannya kedalam kerdus.Setelah beberapa saat, akhirnya semua barang sudah aku keluarkan dan kuletak kan diruang tamu. Terlihat Ibu dan Mas Bowo yang masih ada di sini memperhatikan tanpa membantu sedikitpun."Jangan sampai ada yang ketinggalan." Ucapnya begitu ketusAku yang mendengar ingin sekali meninjunya, andai saja kalau dia bukan mertuaku, sudah habis kulumat itu orang."Jadi orang jangan kayak mulut rombeng." Bentak Emak yang juga geram"Enak aja kalau ngomong. Situ itu yang mulut rombeng. Dasar orang kampung, nyesel aku punya besan kayak kalian gini. Huuuft""Bu sudah napa sih. Aku malu tauk gak."Ibu pun melotot kearah Mas Bowo. Beliau paling tak suka jika omonganya di
Akhirnya setelah dua hari pindah kerumah baru, dan sudah mengurus surat izin ke Pak RT. Hari ini aku dan Emak berniat mengadakan tasyakuran, untuk rumah baruku ini pada hari minggu.Tak lupa, aku meminta tolong pasa Ibu RT untuk mengundang Ibu-Ibu komplek sini yang berjumlah enam puluh orang.Dan hari ini mulai dari selesai sholat shubuh, aku, Emak, Anita dan art ku sedang sibuk membuat kue didapur untuk buah tangan acara syukuran nanti.Karena memang aku dan Emak berniat membuatnya sendiri tanpa harus mahal-mahal membeli di luar. Dan juga tak lupa aku dan Emak memasak aneka hidangan yang akan kami suguhkan untuk acara syukuran.Tentunya, syukuran kali ini lebih sedikit mewah ketimbang syukuran di rumah Mas Bowo. Karena juga, lingkungan perumahan ku yang terdiri dari orang-orang terpandang.Syukurlah, aku memiliki Emak yang juga hobby memasak dan membuat kue. Jadi aku tak perlu susah payah karena kami ber dua juga sudah terampil.Dan beruntungnya lagi, aku tak lupa membawa semua peral
Pov BowoDrrrrt.... Ddrrrtttt... Dddrrrtttt...Kuraih hp di dalam saku, terlihat di layar Denisa menelfonku. Aku keluar dari ruangan, menepi di sudut dan segera kuangkat telepon darinya, kebetulan juga hari ini kerjaan ku tak seberapa banyak."Maaas, gawat...!" Ucap Denisa dengan sedikit berteriakAku menyipitkam mata dan mengernyitkan dahi, karena tak paham dengan apa yang dia ucapkan."Gawat? Apanya yang gawat Nis?" Tanyaku yang masih penasaran"Istri Mas tadi kesini, bahkan sama putri kandung Mas juga!" Degh!!!Aku yang mendengar ucapanya bagaikandihantam ombak besar hingga terkena karang-karang yang ada dilautan. Sungguh aku masih tak percaya dengan ucapan Denisa. Bagaimana mungkin Ida tau tentang pernikahan ku dengan Denisa?Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah membahasnya didepan ku. Malah yang selalu dia bahas adalah jatah bulanan nya yang memang selalu berkurang tanpa pernah sekalipun membahas masalah ini."Se-seriusan kamu Nis? Jangan bohong kamu?" Ucapku dengan
Setelah beberapa hari mengadakan syukuran, alhamdulillah aku menerima banyak sekali pesanan kue dari Ibu-Ibu komplek sini dan juga tentunya dari langganan setiaku dulu.Karena setelah berhenti hampir dua minggu lamanya, aku kembali berjualan dan membuat status di aplikasi hijauku untuk pemberitahuan bahwa aku kembali buka orderan kue.Setidaknya, untuk biaya menggaji karyawan yang bekerja dirumah baruku, yang berjumlah tiga orang ini, aku tak perlu merogoh uang tabungan terlalu banyak.Karena memang mungkin hasil jualan ku hanya mampu untuk membayar dua satpam ku, sedangkan untuk art ku dan pembayaran listrik rumah ataupun kebutuhan seharu-hari, mungkin aku akan mengambilnya dari uang tabungan sebelum nanti Bapak dan Emak membuka toko sembako.Dan lebih bersyukurnya lagi, gaji ketiga karyawan ku, sudah dibayarkan sendiri oleh Pak Haji saat serah terima uang hasil pemberian kemarin. Sehingga, masih ada waktu satu bulan lebih untuk aku mengumpulkan uang membayar hasil keringat mereka."
"Kita uda sepakat ya, kita sewa ruko ini selama setahun dulu."Aku mengulum senyum pada Bapak. Akhirnya, apa yang menjadi keinginan Bapak dan Emak untuk membuka toko sembako pun terlaksana."Oh ya Bu, kalau gitu kita urus surat perjanjian sewanya dulu di kantor saya ya."Aku mengangguk dan berjalan di belakangnya bersama Emak dan Bapak, mengikuti pemilik ruko ke kantor yang memang tak jauh dri tempat yang ku sewa."Silahkan duduk!" Kami semua pun akhirnya duduk, dan di berikan suguhan air mineral kemasan. Untuk setahunnya sewanya seratus juta rupiah ya Bu. Sebenarnya perbulan sewanya sembilan juta, tapi karena Ibu langsung sewa setahun, jadi dapat potongan delapan juta." Ucapnya panjang lebar sambil menuliskan kuitansi pembayaran.Alhamdulillah, aku sangat bersyukur memdapatkan potongan harga yang lumayan untuk sewa ruko ini. Anggap saja rejeki wanita sholehah. Hehehe"Pembayaran nya saya transfer sekarang aja ya Pak?""Oh boleh Bu, silahkan. Itu nomer rekening kantor kami."Ku buka
Pov BowoSetelah kepergian Ida dari rumah ini, aku sama sekali tak tau bagaimana kabarnya. Kadang terbesit rindu melanda hatiku.Setiap pulang kerja aku sama sekali tak pernah pulang ke rumah, aku langsung pulang ketempat Denisa. Karena memang aku sudah menaruh sebagian pakaian ku di kosnya.Sebuah pesan, masuk kedalam hp ku. Ku kira itu adalah pesan Ida, istriku. Ternyata hanya pesan tak penting dari Lusi[Mas, pulang kerja di suruh Ibu mampir kerumah dulu.]Aku mendengkus membaca pesan darinya. Sudah pasti ada sesuatu, yang membuat Ibu menyuruhku untuk datang kerumah.Pesan dari Lusi hanya ku baca tanpa ku balas. Karena memang buat ku itu tak penting. Toh yang penting aku nanti ke sana. Dan aku mengirimkan pesan pada Denisa untuk memberinya kabar bahwa malam ini aku bakal mampir dulu ke rumah Ibu.[Aku nanti ke rumah Ibu dulu. Mungkin bakal pulang malam] Ku kirim pesan pada Denisa, dan tak berapa lama kemudian, dia membalas pesan ku.[Iya Mas, salam buat Ibu dan Lusi ya][Iya..]Sa
Pov BowoKarena memanh orderan perusahaan yang akhir-akhir ini sepi, membuat pekerjaan ku tak seberapa banyak. Dan bisa membuat ku dengan mudah untuk mengambil ijin pulang cepat setengah hari.Aku langsung memacu sepeda motorku ke rumah Ibu menjemput Lusi. Ku lihat dia juga sudah bersantai dan siap di depan rumah sambil memainkan gawainya."Mana Inu Lus..." Tanya ku yang baru masuk kedalam rumah"Tuh di WC, jadi berangkat sekarang gak?""Iya bentar, aku juga mau beser dulu." Ucapku yang langsung nyelonong masuk ke belakang"Loo cepet amat da sampak Wo?" Tanya Ibu yang keluar dari toilet."Iya Bu, biar gak kehilangan jejak Nita. Bentar, Bowo mau beser dulu."Ibu pun minggir dan membiarkan aku masuk kedalam untuk menunaikan hajat kecilku."Yuuk Mas berangkat, keburu panas nih. Jadi gosong aku nanti. Rugi dong, perawatan mahal aku." Dengkus Lusi yang membuat ku sedikit geram."Iya iya, bawel amat sih jadi orang."Bukannya mengikuti ku naik keatas motor, dia malah melotot kearah ku."Leee