"Kita uda sepakat ya, kita sewa ruko ini selama setahun dulu."Aku mengulum senyum pada Bapak. Akhirnya, apa yang menjadi keinginan Bapak dan Emak untuk membuka toko sembako pun terlaksana."Oh ya Bu, kalau gitu kita urus surat perjanjian sewanya dulu di kantor saya ya."Aku mengangguk dan berjalan di belakangnya bersama Emak dan Bapak, mengikuti pemilik ruko ke kantor yang memang tak jauh dri tempat yang ku sewa."Silahkan duduk!" Kami semua pun akhirnya duduk, dan di berikan suguhan air mineral kemasan. Untuk setahunnya sewanya seratus juta rupiah ya Bu. Sebenarnya perbulan sewanya sembilan juta, tapi karena Ibu langsung sewa setahun, jadi dapat potongan delapan juta." Ucapnya panjang lebar sambil menuliskan kuitansi pembayaran.Alhamdulillah, aku sangat bersyukur memdapatkan potongan harga yang lumayan untuk sewa ruko ini. Anggap saja rejeki wanita sholehah. Hehehe"Pembayaran nya saya transfer sekarang aja ya Pak?""Oh boleh Bu, silahkan. Itu nomer rekening kantor kami."Ku buka
Pov BowoSetelah kepergian Ida dari rumah ini, aku sama sekali tak tau bagaimana kabarnya. Kadang terbesit rindu melanda hatiku.Setiap pulang kerja aku sama sekali tak pernah pulang ke rumah, aku langsung pulang ketempat Denisa. Karena memang aku sudah menaruh sebagian pakaian ku di kosnya.Sebuah pesan, masuk kedalam hp ku. Ku kira itu adalah pesan Ida, istriku. Ternyata hanya pesan tak penting dari Lusi[Mas, pulang kerja di suruh Ibu mampir kerumah dulu.]Aku mendengkus membaca pesan darinya. Sudah pasti ada sesuatu, yang membuat Ibu menyuruhku untuk datang kerumah.Pesan dari Lusi hanya ku baca tanpa ku balas. Karena memang buat ku itu tak penting. Toh yang penting aku nanti ke sana. Dan aku mengirimkan pesan pada Denisa untuk memberinya kabar bahwa malam ini aku bakal mampir dulu ke rumah Ibu.[Aku nanti ke rumah Ibu dulu. Mungkin bakal pulang malam] Ku kirim pesan pada Denisa, dan tak berapa lama kemudian, dia membalas pesan ku.[Iya Mas, salam buat Ibu dan Lusi ya][Iya..]Sa
Pov BowoKarena memanh orderan perusahaan yang akhir-akhir ini sepi, membuat pekerjaan ku tak seberapa banyak. Dan bisa membuat ku dengan mudah untuk mengambil ijin pulang cepat setengah hari.Aku langsung memacu sepeda motorku ke rumah Ibu menjemput Lusi. Ku lihat dia juga sudah bersantai dan siap di depan rumah sambil memainkan gawainya."Mana Inu Lus..." Tanya ku yang baru masuk kedalam rumah"Tuh di WC, jadi berangkat sekarang gak?""Iya bentar, aku juga mau beser dulu." Ucapku yang langsung nyelonong masuk ke belakang"Loo cepet amat da sampak Wo?" Tanya Ibu yang keluar dari toilet."Iya Bu, biar gak kehilangan jejak Nita. Bentar, Bowo mau beser dulu."Ibu pun minggir dan membiarkan aku masuk kedalam untuk menunaikan hajat kecilku."Yuuk Mas berangkat, keburu panas nih. Jadi gosong aku nanti. Rugi dong, perawatan mahal aku." Dengkus Lusi yang membuat ku sedikit geram."Iya iya, bawel amat sih jadi orang."Bukannya mengikuti ku naik keatas motor, dia malah melotot kearah ku."Leee
Setelah semua selesai, aku, Emak dan Bapak langsung balik ke rumah untuk bersih-bersih diri karena seharian berada di luar dirumah.Oh ya, tadi aku bahkan tak sempat untuk menjemput Anita, jadi dia aku telepon untuk naik ojek online saja."Tak papa lah, nanti biar aku minta maaf di rumah saja dan memberikan kejutan padanya karena telah membeli mobil baru" pikirku saat sudah sampai dirumah.Hnnnngggg!!!Suara deru mesin mobil kini sudah ada di depan pagar rumah. Dengan cepat, Pak Satpam pun membukakan gerbang dan menundukkan kepala untuk memberi hormat pada ku.Aku langsung memasukkan mobil kedalam garasi, kemudian turun menutup pintu dan masuk kedalam rumah mememui Anita."Nduuuk..." Suara ku memanggilnya yang sedang duduk santai diruang keluarga melihat drakor kesayangan nya."Ya Bu,!" Balasnya yang langsung menatap ku."Maaaf ya tadi Ibu gak sempet jemput kamu, malah nyuruh naik ojol. Nih...!" Ucapku sambil menyerahkan surat kuitansi pembelian mobil.Anita mengernyitkan dahi menerim
"Maaf Mas, aku sudah bilang, aku tak sudi lagi menjalin rumah tangga denganmu. Meskipun kau bersujud di kaki ku, semuanya tak akan pernah merubah keputusan ku." Ucap ku tanpa melihat ke arah Mas BowoTapi Mas Bowo tetap berusaha menggapai tanganku dan malah bersujud di kaki ku. Bukannya malah kasian, aku yang melihat malah ingin tertawa.Bisa-bisanya dia mau melakukan hal bodoh seperti ini di depan banyak orang. Bahkan Ibu yang biasanya melarang Mas Bowo untuk memohon padaku, kini hanya bisa diam bahkan memasang wajah yang melas.Mungkin beliau merasa aku akan iba melihatnya, dan menuruti semua perkataan mereka. Ooh tidak bisa,, Ida yang sekarang bukanlah Ida yang dulu, Ida yang lemah dan rapuh.Begitupula dengan Lusi yang biasanya begitu ketus padaku, kini mendadak sangat santun lemah lembut didepan ku."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan dariku? Apa mereka tau siapa aku sebenarnya?" Pertanyaaan-pertanyaan itu kini makin berkecamuk didalam otak ku. Saat adegan ini terjadi, nama
Yuuk jangan bosan-bosan untuk tinggalkan like dan komen ya setelah membaca ceritanya. Dan jangan lupa untuk subscribe cerita author yang lainya.Terimakasih dan selamat membaca...*****"sudah Pak, Mak, ayo kita pulang saja." Bapak dan Emak pun mengangguk. Sementara Mas Bowo masih menahan tangan ku dan memintaku untuk menyerahkan kunci mobilnya."Mana kuncinya Da. Kamu jangan seenaknya saja."Dengan sekali sentakan, tangan Mas Bowo terlepas. Jijik sekali rasanya tangan ku di sentuh olehnya."Serahkan dulu bpkbnya. Nanti biar ku jual, setelah itu aku berikan separuh uang penjualanya ke kamu. Kalau tidak, aku juga tidak akan mengembalikannya." Mas Bowo pun melotot ke arah ku. Wajahnya memerah, mungkin dia memendam amarah padaku."Kau mau mencurangi aku kan? Kamu kira aku bodoh seperti dirimu, hah?" Katanya dengan percaya diri dan menyunggingkan sebelah bibirnya"Hahaha bodoh, yang bodoh siapa? Aku atau kamu Mas?" Ku tatap wajahnya dengan tatapan sinis."Gini aja deh, mobil ini biar ak
"Buk, martabak usus pakai telur empat ya!" Ucapku memesan makanan segelah sampai ditempat tujuan"Pedes gak Bu?""Iya pedes semua ya. Sekalian es nya, jus alpukat dua ya!""Ooh siap Bu, di tunggu bentar ya!" Penjual pun sibuk menyiapkan pesanan kita.Untung saja hari ini antrian tak seberapa panjang. Karena memang martabak usus telur ini paling terkenal di daerah sini."Yuuk Nduk kita duduk."Aku dan Anita pun berjalan beriringan menuju meja."Gimana tadi proses sidangnya Bu? Lancar?"Aku tersenyum menjawab pertanyaan putriku ini. Aku tak mungkin juga jujur padanya apa yang terjadi disana."Alhamdulillah... Doain aja ya Nduk, semoga proses nya cepat.""Aaamiiin..." Anita mengusapkan kedua telapak tanganya ke wajah.Syukurlah tadi Anita tak ikut, andai dia ikut, sudah kupastikan dia malu dengan tingkah Ayahnya.Triiing!!!Sebuah pesan masuk dihp ku. Tertera nama Lusi disana. Aku mengernyitkan dahi, ada perlu apa dia mengirimi ku pesan.Segera ku buka pesan darinya, karena aku juga pena
Sehari setelah kedatangan mobil baru, aku dan Emak sibuk menyiapkan selamatan untuk mobil baru yang akan aku bagikan kepada para tetangga.Ya aku hanya membagikan sekotak makanan yang berisi nasi, lauk, sayur, buah dan juga kue buatan ku sendiri.Apalagi hari ini pesanan kue juga lumayan banyak. Jadi hari ini aku benar-benar sibuk menyiapkan semua bahkan dari sebelum shubuh."Nduk, kamu nanti jadi kekuar sama Bapak?" Tanya Emak "Jadi Mak, soalnya Ida juga udah janjian sama pemilik pick up nya buat cek hari ini. Kalau jadi ya langsung Ida bayar, biar sekalian.""Lah terus kamu bawa kesininya gimana?""Nanti Ids sekalian sama Pak Anton Ma, nanti biar Pick up nya dibawa sama Pak Anton." "Ooh ya sudah akalu gitu. Iya lebih cepat lebih baik buat kita isi ruko. Nanti malah rugi kalau lama dikosongin.""Iya Mak, kalau nanti pick up nya uda jadi, besok kita ke toko. Soalnya para suplier mau kirim barang. Baru lusa kita ke kampung stok gula dan beras.""Lah ide bagus itu Nduk."Tak lama kemu