Keluarga Wijaya mulai menunaikan janji yang dikumandangkan. Matilda sudah mendapatkan jadwal rutin pengobatan penyakitnya. Dokter Lubis sangat senang saat Steven memberinya kabar kalau sang ibu mau kooperatif menjalani rangkaian pengobatan, tim dokter langsung diluncurkan oleh Lubis menemui Matilda.
Nathan disambut bahagia oleh karyawan di perusahaan cabang. Ia bukan orang asing bagi mereka. Cara kerja mereka pun sudah menemui chemistry jadi mengulang kembali dengan pimpinan yang sama di waktu berbeda bukanlah hal yang sulit. Karyawan menyukai bagaimana Nathan memimpin, hampir sama dengan big boss Wijaya group Steven namun lebih ramah sedikit. Kedisiplinan serta tanggung jawab bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan lagi.
Selesai mengantarkan Kenzie ke sekolah, Steven meluncur ke perusahaan untuk bekerja. Mulai hari ini ia akan berdampingan dengan Hunter. Mantan
Kejadian naas kemarin membuat Kenzie belum bisa pergi sekolah. Steven memintanya sekolah dari rumah, sambil menjalani terapi bersama dokter Michael. Steven cemas putranya menyimpan trauma lebih lama. Itu bukanlah hal baik, kurang bagus juga untuk tumbuh kembang Kenzie yang notabene masih berusia dini. Steven semakin was—was pada Kenzie. Putranya bukanlah anak usia 6 tahun biasanya. Ia lebih kritis melebihi remaja jauh diatasnya. Diamnya Kenzie hanya alibi menyembunyikan rasa penasaran terhadap sesuatu.Mereka saling pandang. Michael mengajak Kenzie bermain tahan ketawa. Siapa yang paling lama, maka dialah yang akan jadi pemenang.‘Luar biasa anak Steven ini. Benar katanya, kalau Kenzie lebih cerdas dari seusianya. Bahkan tekadnya kuat, sangat berambisi.’Dokter Michael mengangkat kedua tangannya, &
SsshhhTangan Aluna mencubit kecil pahanya yang dari tadi gemetaran. Berhenti sebentar, lalu kakinya kembali bergoyang. Sekarang gerakannya semakin kencang juga hebat. Jantung Aluna ikut berdegup bagai gempa bumi yang menggetarkan permukaan kehidupan.“Silahkan diminum ibu guru,” maid menyuguhkan secangkir hot tea juga brownies cake yang baru saja matang.Aluna mengulas senyum ramahnya, “Terima kasih?” ia bingung harus memanggil apa pada pelayan ini.“Biasanya tuan muda Kenzie memanggil kami mba maid. Ibu guru boleh memanggil kami begitu,” sahut maid yang melayani Aluna.“Iya, terimakasih mba maid. Ngomong ngomong Kenzie nya mana ya? Bisa saya menemuinya sekarang?” tanya Aluna t
Aluna melamun di teras balkon kamar apartemen studio miliknya. Ia sudah mengenakan pajama, namun kedua mata belum mau diajak istirahat. Pikiran Aluna melayang teringat kejadian di rumah Steven.‘Kasihan sekali Kenzie. Ternyata ada yang lebih malàng dari padamu Aluna. Berhentilah mengumpat Tuhan yang lebih dulu memanggil mama, ya aku harus mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri. Huuuuhhhh...’Deringan nada smartphone mengagetkan Aluna. Ia bangkit berdiri lalu berjalan ke dalam mengambil benda pipih yang mengganggu malam renungannya.‘Papa?’ alis Aluna terangkat naik.Aluna menggeser layar handphone lalu menyapa pria yang dihormati itu, “Halo papa, apa kabar?” tanya ia lembut.&ldq
Steven kembali ke rumah saat waktu sudah menginjak tengah malam. Guratan lelah tidak mampu ia sembunyikan. Sebelum beristirahat, ia melipir sebentar ke kamar Kenzie. Sekedar memberi kecupan hangat di dahi putranya. Steven mendorong pintu itu lalu duduk disamping ranjang yang ditiduri Kenzie. Tangannya yang lelah bekerja menyentuh wajah Kenzie yang sedang terlelap.‘Maafin daddy ya Kenzie. Daddy janji kalau ini yang terakhir. Mulai besok dan seterusnya daddy akan berikan waktu daddy untuk kamu, walau hanya sekedar makan malam saja. Daddy nggak akan biarin kamu sendirian nak.’ Cup!Steven menutup pintu kamar Kenzie lagi. Ia menarik dasinya hingga longgar. Kakinya terus melangkah menuju kamar tidurnya. Entah Steven menyadari atau tidak, sebenarnya Kenzie belum tidur. Ia menahan dirinya agar terlihat sedang tertidur tadi.
Steven terkesiap ketika memasuki rumahnya sendiri. Ia dikejutkan oleh sesosok yang sangat dikenali, “Hunter?” panggilnya tak percaya.Kepala bodyguard itu berdiri lalu membungkukkan badan, “Selamat malam tuan, maaf saya mengejutkan anda. Ada hal yang ingin saya sampaikan.”Steven menyuruhnya duduk kembali.“Ada apa? Apa terjadi sesuatu di sekolahan Kenzie?” cemas Steven bertanya.“Tidak tuan. Tapi ini,” Hunter menekan tombol play record di ponselnya.Steven tak asing dengan suara ini.“Kenzie,” sebutnya saat mendengar rekaman perbincangan tadi pagi.Hunter meminta Steven mende
Serena melangkah penuh percaya diri ketika memasuki lobby kantor utama Wijaya group. Dua hari yang lalu ia dapat mail notification, ia dinyatakan lulus tahap seleksi awal dan berhak mengikuti tahap selanjutnya. Para calon sekretaris akan disuguhkan berbagai tes penerimaan, menguji kemampuan, pengalaman, kepribadian serta pemenuhan persyaratan how to be a good secretary.Sorot mata Serena panjang, sejauh jaraknya dengan seorang rival. Ia duduk berdampingan dengan seorang pria. Merasa diperhatikan, pria ini salah tingkah. Pria itu berasumsi kalau Serena menaruh perhatian padanya.‘Dasar mata laki—laki itu nggak pernah bisa bohong ya, liat cantik mulus dikit langsung begini. Gue manfaatin lo!’Anak rambut yang keluar dari cuping telinga dirapikan Serena dengan gerakan menggoda. Ia mengulas senyum polo
Kenzie dan teman—temannya sedang berlatih vocal, mereka akan menyanyikan sebuah lagu khusus mengenang jasa seorang ibu. Latihan dipandu oleh guru seni bernama Mr.Jeffry dan dimulai setelah jam sekolah usai. Pemberitahuan telah disebarkan melalui edaran surat pada setiap orang tua murid. Para wali antusias juga tak sabar menanti penampilan jagoan mereka.“Hai mama Russel, gimana kabarnya? Udah lama lho kita gak ngobrol santai,” mama Malvin menyambut hadirnya ibu dari teman putranya. Mereka berbagi kecupan pipi di kiri juga di kanan.“Aku baik mama Malvin, kamu makin kinclong aja nih!” puji mama Russel.Mama Malvin tersipu malu, “Bisa aja nih mama Russel. Kemarin aku treatment glow up di klinik dokter Lee, huh gak nyesel deh. Papa Malvin makin lengket kayak prangko haha...” bi
Semua mengambil porsi masing—masing dalam kehidupan. Ayah, pria kuat yang dilabeli sebagai kepala keluarga. Mengayomi, menjaga serta menafkahi semua anggota keluarga sampai ajal menjemputnya. Sedangkan ibu, perempuan tangguh yang telah diuji sejak dini. Kehamilan, rasa sakit yang beruntun. Ibu rela dan ikhlas menderita itu semua kurang lebih 9 bulan 10 hari lamanya.Senyum mereka terbit ketika mendengar satu kata, tangisan. Suara merdu dari buah cinta mereka. Penantian panjang keduanya usai setelah melihat seorang manusia berukuran kecil, hanya segenggam tangan namun berhasil membawa sebongkah kebahagiaan.Vittorio kiddy school begitu ramai. Sorak sorai mengisi seluruh sudut ruang. Perayaan mother’s day dibuat spektakuler. Hall yang dimiliki sangat luas telah terisi penuh oleh manusia dari berbagai usia juga profesi. Seluruh wali murid menyempatkan