"Terima kasih, Bro. Masih bisa selamatkan kitab. Tuan Ferdinand mempersiapkan Alex untuk menguasai dunia kita," ucap Derick sambil menyalami Vino."Bukan itu saja. Tuan Ferdinand ingin menguasai dunia manusia dengan cara memperdayaiku. Dia telah bikin ramuan yang akan membuat aku bisa dikendalikan," urai Sandra."Kamu tahu dari mana, Sayang?" tanya Derick dengan ekspresi terkejut. Ekspresi serupa pun jelas terlihat di wajah Vino. Pria ini memandangi wajah Sandra dengan perasaan iba. Sandra tersenyum melihat reaksi kedua pria.Wanita berambut lebat ini dengan tersenyum menjawab," Aku bisa melihat dan mandengar yang tidak bisa kalian lakukan."Baik Derick maupun Vino hanya bisa tersenyum . Ya, memang benar yang diucapkan oleh Sandra. Wanita pemilik darah suci ini telah memiliki kekuatan lebih tinggi dari bangsa siluman manapun. Hanya satu yang tidak bisa dia lakukan, ialah tidak bisa hidup abadi seperti bangsa siluman. Sandra harus mau kehilangan separuh darah suci dalam tubuh untuk men
"Tuan Ferdinan pasti tak menyangka seperti ini," balas Sandra sembari mengusap luka dan seketika menutup sempurna, tak berbekas."Lagian, kenapa enggak kamu hancurkan dari dalam? Darah kamu lebih kuat dari larva, Sayang.""Aku bisa hancurkan dari dalam. Tapi makhluk kecil tadi membawa sinyal dari pelaku. Begitu aku hancurkan, sinyal itu akan menyerang balik para pelaku. Aku masih ingin main-main dengan salah satu pelaku," ungkap Sandra sambil tersenyum.Ekor mata wanita tersebut melihat ada pria berkacamata melihat ke arah mereka. Sandra begitu tahu cara untuk mencari kesenangan. Ia yang kini lebih paham akan sebuah ketulusan sudah memutuskan dengan siapa akan menjalankani hidup dalam keabadian. Wanita ini membuka bekas luka kembali lalu berucap,"Bang, ada beberapa larva masih tersembunyi dalam aliran darahku."Tentu saja, ucapan Sandra seketika membuat panik Derick. "Sini, biar Abang bersihkan."Sandra sengaja membuka akses telepati yang sengaja dipasang Vino untuk menyadap pembicar
"Astaga!"pekik Derick pelan sambil berjalan ke arah Sandra."Haha. Itu pasti fans berat Abang, kan?" Sandra tertawa terkekeh pelan. "Nggak, Bang, aku bercanda.""Ku harap kamu nggak salah paham. Ya, begitulah dunia manusia. Kamu lebih tahu soal itu," balas Derick sekenanya."Jangan sampek lupa sama aku," ucap Sandra sengaja menggoda kekasihnya."Aku enggak akan tergoda wanita mana pun. Aku hanya bisa mencintai dirimu," ucap Derick tanpa ragu.Sandra tersenyum lebar lalu mengarahkan pandangan pada wanita dengan rok di atas lutut. Ia berlari dengan ujung high heels berderit menekan lantai. Dengan wajah cemberut, Sandra mengarahkan ujung dahu ke arah si wanita."Tuh, fans kamu datang lagi, Bang."Derick buru-buru menoleh dan tepat saat si wanita berambut blonde sampai di hadapannya."Aku tunggu sejam lagi di showroom. Tugas hari ini, suruh saja sekretaris kamu yang kerjain. Bisa, kan?"Derick hampir menjawab, tetapi sudah didahului oleh Sandra. "Tentu saja bisa, Nyonya. Silakan saja, kal
Justin Molen tersenyum. "Cocok itu, kejar terus, kalau dia jadi menantu, papa setuju!"Vincent tersenyum penuh kemenangan. Dirinya pun menyadari Sandra pasti mendengar apa yang dikatakan papanya, terlihat dari wajahnya yang memerah saat mendengar ucapan kedua pria beda usia itu.Sandra menatap mereka dengan pandangan bingung. Akhirnya, mereka terpisah di luar lift. Sandra ke arah kanan, sedangkan Vincent dan papanya ke arah kiri. Vincent hendak mengejar Sandra, tetapi dicegah papanya karena meeting akan segera dimulai.Sesampai di ruangan Derick, Sandra menelepon seorang office boy untuk membawakannya secangkir kopi. Tak menunggu waktu lama, pesanan yang diinginkan Sandra datang. Wanita cantik ini perlu kafein untuk membangkitkan memori masa lalu. Siapa saja yang dikenalnya?Sayangnya, Sandra tidak menemukan jawaban yang ia mau. Memori masa lalu telah musnah bersama rasa depresi yang dideritanya dulu. Kini, dirinya hanya bisa mengikat ucapan Vincent di dalam lift yang mengaku sebagai
"Kamu kenapa sih? Marah? Tapi gara-gara apa?" Sandra meraih tangan Derick menggenggam erat lalu mengecupnya.Derick menoleh. "Aku nggak marah," katanya singkat."Ini apa kalo nggak marah? Nyatanya kamu diajak ngobrol dari tadi cuek mulu," cerca Sandra.Derick berdehem, lalu menatap manik mata wanita tercinta. "Abang mau kamu memilih. Biar aku bisa putuskan, akan tetap di dunia kamu atau pergi menjauh ke dunia lain," ucapnya serius."Kamu sengaja cari perhatian pada Vincent?"Sandra seketika tersenyum geli mendengar pertanyaan Derick. Apa karena itu Derick marah?"Lah? Gimana ceritanya, aku cari perhatian? Ketemu saja baru tadi," balasnya tak mau kalah.Derick mengangkat sebelah alisnya. "Kan, Abang duluan yang ngajakin ke kantor! Udah gitu pergi sama cewek lain," imbuh Sandra membuat Derick mendelik."Heh! Dia istri Tuan Justin. Orang penting di perusahaan." Derick memberi alibi yang terdengar ngawur.Sandra terkekeh. "Impas, dong, aku dapat perhatian lebih dari anaknya. Bahkan Tuan J
"Cepat ke lantai dua!" Tak berapa lama dua orang sekuriti menghampiri Derick dan Nyonya Patricia. Keduanya menganggukkan kepala ke arah dua orang berpengaruh di perusahaan.Derick seketika memerintah. "Bawa wanita ini pergi! Jangan boleh naik ke ruanganku lagi!""Tapi, Tuan. Ini Nyonya Patricia," balas salah satu sekuriti. Derick tak menghiraukan apa pun dan langsung masuk dan menutup pintu.Derick mengepalkan tangan lalu menghantam cermin yang ada di pojok ruangan. Ia lantas berteriak meluapkan amarah yang sempat tertahan saat di luar tadi. Jika tidak ingat Nyonya Patricia adalah wanita maka ia sudah menghajarnya. Dering telepon segera menyadarkannya dari emosi barusan. Ia segera teringat dengan Sandra. Derick mengambil ponsel lalu melihat ada pesan masuk dari Tuan Justin Molen. Pria berkulit eksotis tersebut tersenyum sinis.Ia menunjuk pada layar ponsel. "Gua kaga takut semua saham lo tarik. Lo akan gua hancurkan kalo lo terhasut bini sekelas pelacur!"Derick bergegas beranjak dar
"Kronologinya gimana?"tanya Sandra dengan perasaan tak menentu. "Semua meninggal dalam keadaan terluka parah. Nyonya Patricia paling parah sendiri," ucap sekuriti dengan kedua mata berkaca-kaca."Perampok atau apa?" Sandra berpura-pura sambil mengorek keterangan."Ehm, menurut polisi itu akibat serangan binatang buas. Tapi, kami enggak melihat ada binatang berkeliaran di sekitar sini."Beberapa polisi yang sedang memeriksa seluruh ruangan tampak sibuk. Mereka tidak menemukan bukti apa pun. Sandra merasa lega karena telah berhasil membersihkan sebuah bekas kerusakan termasuk aroma khas siluman yang semula melekat di sekitar balkon. Mereka beranjak menuju ruang tamu lalu tersenyum kepada Sandra."Tolong sampaikan kepada Tuan Derick. Dimohon datang secepatnya ke kantor untuk memberikan keterangan," ucap salah seorang polisi."Baik, Pak. Begitu Tuan Derick datang akan saya beritahu," balas Sandra Tak beberapa lama, akhirnya polisi dan sekuriti meninggalkan ruangan. Sandra hanya terdiam
Berkali-kali sosok yang menindihnya telah mengobrak-abrik surga kenikmatan Sandra dan akhirnya mereka mencapai klimaks berbarengan. Sandra mendengar kelepak sayap raksasa."Aku telah membuktikan. Aku telah memilikinya." Terdengar suara khas yang membuat Sandra kaget.Ini suara Bang Vino, batin Sandra berusaha meraba sosok yang telah duduk di sampingnya. Ikatan mata Sandra telah dibuka. Wanita ini meihat Derick, lantas dia segera memeluknya."Bang, Sandra takut," ucap wanita tersebut sambil menangis. Derick pun langsung mencium bibir ranum Sandra dengan lembut."Iya, kita pulang sekarang, Sayang ...." Ada senyum ganjil terlukis dari kedua bibir Derick. Ia bermuka pucat.Mereka kembali ke apartemen dengan debar dada lain dalam diri Sandra. Pegangan tangan berhawa dingin dari Derick yang lain dari biasanya membuat keyakinan dalam diri Sandra semakin kuat. Pria bersamanya sekarang bukan Derick yang asli.Wanita ini terlalu percaya padanya, hingga tak mampu mengeluarkan kekuatan untuk seka