Rupanya dia membuka blokiranku. Huh, rindu juga dia. Dasar munafik! Pesona Ela tak mungkin semudah itu dilupakan sebab terlalu luar biasa.Oh, shit! Ternyata undangan pernikahan!Kurang ajar sekali pamer padaku. Oh, jadi ingin menunjukan kalau dirinya sudah laku? Huh, mana selera perempuannya burik begitu. Pantasnya jadi pembantu bukan nyonya Saputra.Tunggu! Pasti, dong Adnan mengundang keluarga Jim. Aku berseru dengan kata yes saat terbersit ide brilian.Jim, aku akan menunggumu di pesta. Biar kuberitahu dunia seperti apa hubungan kita. Kalau perlu aku akan konfersi pers untuk menyiarkan kabat kehamilan ini.Dan, ini juga kesempatan bertemu calon mertua. Dia pasti senang akan dapat cucu sebab menantunya alia Cindy belum hami sampai saat ini.Ela, oh, Ela! Keberuntungan kembali menyapamu kali ini. Kamu memang keren.Hai, bocah, dengar, ya jangan nyusahin mama. Ayo kerjasama biar kamu jadi pewaris harta keluarga Pratama.*Pada pesta pernikahan Adnan dan Lestari aku tampil cetar memba
Baiknya tak jadi, deh. Aku takut dia penyuka sesama jenis. Gaya gemulainya itu, loh. Dan, dia tak bawa pasangan wanita. Hohoho mending kabur. Oke, pria yang brewokan itu saja. Terlihat macho dan perkasa. Pasti hebat di ranjang. Hmm, otakku langsung liar. Ish, kenapa akhir-akhir ini aku jadi makin binal. Eh, what si brewok menghampiri si klimis. Oalah, mereka itu pasangan kekasih sepertinya. Duh, perutku langsung memberontak ingin keluar isinya. Nak, diam, dong. Bantu mama kerja cari papa. Jangan bikin mamamu mual. Aku elus sebentar perut untuk meredakan rasa yang hampir saja membuatku lari ke toilet. Seleraku menggoda para pria langsung runtuh seketika. Aku pun memutar badan dari kerumunan mereka, lalu mencari tempat duduk yang pas untuk memerhatikan Jim. “Boleh gabung?” Eh, bangsat! Kenapa cowok bajingan ini mendekatiku lagi. Rupanya hukuman dari keluarga sudah berakhir jadi bisa berkeliaran lagi cari mangsa. “Lama tak jumpa, Sayang. Kamu masih saja seksi dan menggodaku,” bisi
Kevin diam, tapi aku yakin dia setuju dengan rencana ini. Ia pasti ingin namanya bersih kembali. Menurut Adnan, Jim dan Kevin itu saingan dari dulu. Maka mengadu domba mereka adalah jalan menuju kesuksesanku. Aku pura-pura ke toilet. Aku yakin Jim akan mengikuti. Dia pasti ingin membungkam sekingkuhannya ini. Dan tentu akan membuat janji-janji manis lagi. Setelah melepas hajat, aku segera keluar toilet. Dan hohoho di ujung lorong sudah berdiri ayah bayiku. “Rindu padaku?” tanyaku saat jarak kami sudah sangat dekat. Ia tak berkata, malah membawaku ke tempat lebih tersembunyi. “Mengapa memblokirku lagi, Sayang. Mau membuangku, ya. Apa kau tak rindu malam-malam indah kita?” Jim tak bicara. Ia seperti sedang menyusun kata untuk mengatakan hal penting. Barulah setelah sekian detik diam, mulutnya terbuka. “Aku akan memberimu sepuluh miliar. Anggap sebagai ucapan maafku. Kita tak bisa melanjutkan hubungan ini.” Kata-katanya seperti batu yang dilempar ke dalam cerukan hatiku. Lalu, men
“Sepertinya jangan, kita pulang saja. Lihatlah suasana pesta mantanmu jadi ricuh, ” usul Kevin dengan suara tak terlalu pelan. Mungkin karena suasana ramai jadi harus berlomba dengan kegaduhan. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Benar saja apa kata Kevin. Suara teriakan Cindy masih terdengar meski orangnya sudah tak terlihat. Keluarga Pratama satu per satu keluar ruangan. Dan, orang-orang saling membicarakan kejadian ini. Sudah tak berbisik lagi, tapi terang-terangan. Satu hal lagi yang tak kalah nengerikan, para tamu undangan mengarahkan pandangannya padaku. Melihat hal itu, nyaliku ciut juga. Kurapatkan tubuh pada Kevin agar dia mengerti bahwa mantan selingkuhannya ini butuh perlindungan.. “Bawa aku keluar dari sini, cepat!” pintaku. Tak mungkin saat ini masih berada di pesta. Bisa-bisa aku akan jadi bahan tontonan manusia. Bahkan lebih mengerikan dicibir dan direndahkan. Kevin memapahku menuju pintu keluar. Di bawah tatapan sinis orang-orang, aku melangkah. Rasan
Pria dan wanita itu saling pandang, lalu kembali mengarahkan wajahnya padaku. Menurut prediksiku tuan Pratama telah menerima, tapi istrinya belum. “Kita buat kesepakatan. Kami akan menjamin hidupmu dengan kemewahan, tapi hubunganmu dengan Jim harus berakhir. Setelah anak itu lahir, dia akan menjadi anak Cindy.” Kata-kata nyonya Pratama seperti palu yang menghantam dadaku. Jadi, ini maksud sesungguhnya aku dipanggil. Kurang ajar sekali mereka berani mempermainkanku. “Maaf, saya tidak bisa menerima kesepakatan itu. Saya takkan menyerahkan anak ini pada siapapun. Kalau Anda tak bisa menerima saya, tak apa, saya akan membesarkannya sendiri. Saya masih muda dan bisa bekerja!” gertakku. Kalian harus tahu bahwa Ela tak mudah diperdaya. Enak saja mau menyingkirkanku, lalu mengambil bayinya. Aku tidak sebodoh itu. “Lalu, apa maumu?” tanya tuan Pratama. “Saya ingin anak ini punya status yang jelas. Saya takkan menjual anak pada siapapun. Kalau memang tak diterima, tak apa, biar saya besar
CINDY Pria yang kupuja ternyata pendusta. Jim memang bajingan. Rupanya dirinya tak benar-benar berubah. Selihai itukah ia memperdayaku setahun lamanya? Atau aku yang terlampau tolol telah percaya kembali padanya? Ini mungkin yang disebut buta karena cinta.Kata maaf hanya polesan bibir belaka. Mengapa aku begitu bodoh percaya pada mulut manisnya. Hingga saat sadar akan tipu daya, semua telah terlambat. Sebucin itu aku padanya. Bahkan, mereka tiap saat melakukan hubungan laknat. Aku tak bisa menerima kenyataan kini wanita binal itu mengandung anak Jim. Keputusanku telah bulat, cerai. “Kita tak harus cerai, Cin. Kita perbaiki segalanya dari awal. Aku akan berubah!” terang Jim yang terus berusaha meyakinkanku. Aku menepis kasar tangan Jim yang hendak menyentuh pundak. Memperbaiki apa setelah tidur dengan wanita lain setahun lamanya. Hanya perempuan bodoh yang bisa memaafkan kelakuan bejat itu. Lelaki bukan hanya Jim di dunia ini. Aku masih muda dan bisa mendapat yang lebih segalanya
Aku tersentak dari lamunan masa lalu saat pintu kamar diketuk. Lembaran aibku cepat ditutup agar tak terus menertawakan kesialan saat ini, tepatnya balasan kedurhakaanku pada Afgan. Lelaki yang kutukar dengan bajingan. Bahkan, itu sampai mengorbankan darah daging sendiri. Sesal itu memang di belakang. Kebejatan Jim telah membuka mata buta ini. Nyatanya segala kebaikan Jim hanyalah topeng atas kebusukannya. Kini, wajah aslinya terpampang nyata. Dia hanyalah seorang pemuja syahwat sama seperti Kevin, sepupunya. Sekarang setelah semua terkuak, Afgan telah bahagia dengan istri barunya, sementara aku sedang menuju sebuah kehancuran. Jim mengatakan orang tuanya memanggil. Katanya mereka ingin bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan skandal anaknya. Meski enggan, aku tidak bisa menolak undangan tersebut. Bagaimanapun juga mereka masih mertuaku. Mau tak mau aku datang juga ke kediaman ayah dan ibu mertua. Sesampainya di sana aku disambut dengan hangat seperti biasa oleh mama mertua.
Nyatanya keluarga itu memang telah menistakan putrinya. Melegalisasi kebejatan Jim dan Ela. Bahkan, akan memaksaku berbagi posisi dengan wanita pezina terkutuk itu. “Perceraianmu akan papi urus hari ini. Namun, pembatalan kerjasama prosesnya bisa memakan waktu paling pendek tiga bulan. Dan itu pasti papi lakukan. Bukan hanya itu, papi akan menyiapkan serangkaian serangan mematikan!” Aku menghambur ke arah papi. Pria ini sangat menyayangiku. Tak mungkin dia membiarkan putri keduanya dihina orang lain. “Mungkin ini balasan atas pengkhianatanku pada Afgan. Sekarang aku baru sadar dialah pria terbaik sesungguhnya. Aku jahat, Pih sudah meninggalkannya dan menjadi jalan tak langsung meninggalnya anak kami!” Dalam pelukan papi kuluapkan sesal yang bergulung-gulung di hati. Kata demi kata terucap seiring airmata yang mulai mengalir. “Andai, andai aku tak sebodoh itu, membuang Afgan demi Jim, mungkin kami bahagia sekarang. Aku menyesal, Pi, menyesal!” Papi mengelus rambut dan punggungku.