Seharian ini kegiatan Mars dan Suci cukup padat.Mereka puas menikmati suasana pantai berhias pasir putih yang membentang dari ujung ke ujung.Berselfie ria dengan berbagai spot menarik.Hampir semua aktivitas di Maldives terasa menyenangkan jika dilakukan bersama sang pasangan tercinta.Itulah yang dirasakan Suci saat ini. Perhatian Mars dengan segala keromantisan lelaki itu membuat hati Suci kian meleleh.Meski pun kegiatan mereka hanya berlayar di perairan biru dengan perahu atau sekedar berjalan-jalan santai di pantai, namun bagi Suci tak ada pengalaman yang lebih indah dari hari ini. Suci sangat menikmati kebersamaannya dengan sang Suami.Ada sejumlah pulau cantik di Maldives, seperti Pulau Male, Pulau Hulhumale, Pulau Biyadhoo, Pulau Finalhohi, Pulau Maafushi, dan masih banyak lagi. Setiap pulau memiliki daya tarik tersendiri. Seperti halnya pulau yang sesorean tadi berhasil di eksplor oleh Mars dan Suci.Menjelang waktu maghrib, perahu layar mereka pun beranjak dari tepi pantai
Liliana baru saja memasuki ruang therapy mental di salah satu rumah sakit terkemuka di Swiss.Seperti biasa, Adhiguna tak pernah absen menemani sang istri tercinta untuk menjalani pengobatan penyakit langka yang di derita Liliana.Adhiguna menunggu dengan sabar di ruang rawat inap sang istri sambil mengecek gawainya.Dia tampak menghubungi seseorang."Halo, Bi Lia?""Ya Tuan, ada apa?" sahut suara Bi Lia di seberang."Venus dan Suci sedang apa?" tanya Adhiguna.Cukup lama Bi Lia tidak menyahut. Hingga Adhiguna mengulang pertanyaannya."Ada apa Bi? Semua baik-baik sajakan?" cecar Adhiguna, hati lelaki paruh baya itu mendadak resah."Ng...ng... Se-sebenarnya, saya tidak ikut pergi ke Maldives, Tuan. Sebab, Tuan Venus yang melarang saya untuk ikut. Tuan Venus bilang, dia sudah meminta Roger, asisten pribadinya untuk menemani mereka di sana," jawab Bi Lia, suaranya terdengar takut.Adhiguna sungguh terkejut. Kedua bola mata lelaki itu melotot marah."Kenapa kamu tidak lapor pada saya? Say
Malam itu Suci tidak bisa tidur karena Suaminya tak kunjung kembali ke penginapan.Sudah berulang kali Suci menghubungi Venus maupun Roger, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mengangkat telepon Suci.Saat itu yang bisa dilakukan Suci hanyalah menunggu dan menunggu dengan diliputi perasaan gelisah yang teramat sangat.Kalau pun dirinya harus terpaksa keluar, tapi dia harus kemana?Bahkan Suci tak tahu sama sekali arah pintu keluar dari penginapan yang cukup besar itu. Hingga akhirnya, Suci bisa bernapas dengan lega ketika di dengarnya suara pintu kamar yang terbuka.Akhirnya suaminya pulang."Mas? Katanya sebentar, kok lama banget sih?" tanya Suci sambil berjalan, meraba dengan tongkat menuju ke arah suara pintu yang terbuka.Suci tak mendengar suara apa pun lagi setelah pintu itu berhasil ditutup."Mas? Mas Venus?" panggil Suci.Hening.Ruangan itu kembali hening dalam sekejap.Tak ada tanda-tanda bahwa ada manusia lain selain dirinya di dalam ruangan itu.Bahkan langkah kaki pun
Pagi harinya, Mars terbangun dengan tubuh yang jauh lebih segar meski nyeri di kepalanya masih sedikit terasa.Kedua matanya mengernyit tatkala sinar matahari mengena tepat ke wajahnya. Sang raja langit rupanya sudah berada di atas singgasananya.Untuk sejenak, Mars masih terdiam dalam posisinya. Berbaring telentang dengan tubuh yang tertutup selimut. Dia menatap lurus langit-langit kamar itu sambil berujar dalam hati.Apa iya malam tadi aku benar-benar mimpi basah bersama Jasmine?Kenapa terasa begitu nyata?Mars tersenyum miring, berusaha menyingkirkan segala pikiran kotor yang sempat hinggap di kepalanya saat itu.Lelaki itu menggeleng masih dengan senyumnya yang terkembang. Dia menoleh arah jam dinding, sudah pukul sembilan pagi waktu Maldives.Mars merasa perutnya keroncongan. Lelaki itu pun hendak bangun dari tempat tidur untuk mencari Suci, lalu sarapan.Dan betapa terkejutnya Mars, ketika didapatinya bahwa tubuhnya saat itu tengah dalam keadaan polos.Mars pun menarik selimutn
Hari ini tak banyak aktifitas yang dilakukan Suci dan Mars karena mendadak Suci mengatakan bahwa dirinya kurang enak badan.Suci memutuskan untuk menghabiskan waktunya di kamar usai mereka berjalan-jalan santai di tepi pantai Maldives, itu pun di temani Roger.Roger yang sempat bingung ketika mendapati kebekuan antara Mars dengan Suci. Meski setelahnya dia tak ambil pusing soal itu. Tugasnya di Maldives hanya memastikan bahwa Mars senantiasa ada di sisi Suci dan menjalani tugasnya dengan baik. Selebihnya Roger lebih asik berkutat dengan ponselnya, asik Chat-chatan sex dengan salah satu wanita penghibur yang baru dikenalnya malam tadi di Club.Senja di tepi pantai Maldives baru saja berakhir. Kelamnya langit malam mulai menggelayut di pelupuk mata.Sudah sejak dua jam yang lalu, Mars masih saja bertahan dari posisinya.Duduk di atas pasir putih di tepi pantai Maldives. Memandang hamparan laut luas yang membentang di sepanjang mata memandang.Lelaki itu terlihat sangat frustasi.Berkali
Seharian ini pikiran Suci tak lepas dari kejadian tadi malam.Bayangan ketika dirinya mendengar nama wanita lain disebut oleh suaminya setelah mereka bercinta, membuat mood Suci kian hancur berantakan.Bahkan seharian ini dia tidak semangat melakukan hal apa pun di luar.Hingga dirinya hanya berakhir dengan mengurung diri di kamar.Dalam kekalutannya itu, Suci teringat akan perkataan Bi Lia padanya sewaktu dirinya dan Bi Lia sedang membuka beberapa hadiah pernikahan saat sedang mempersiapkan pakaian untuk dibawa ke Maldives.Suci buru-buru membongkar kopernya mencari-cari sesuatu di sana, tak butuh waktu lama, apa yang di cari Suci pun ketemu juga.Suci menyimpan lingerie itu di kamar mandi untuk dia kenakan malam nanti.Sekarang waktu masih sore, ada baiknya Suci istirahat terlebih dahulu sebelum Venus kembali. Sebab, suaminya itu bilang bahwa dirinya akan berlayar bersama Roger ke sebuah pulau di Maldives yang jaraknya cukup jauh dari penginapan.Ada kemungkinan Venus akan pulang ma
"Beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku pantas untukmu, Mas..." ucap Suci seraya bangkit dari duduknya.Suci meraba ke arah dada Mars yang terbalut piyama tidur lalu mulai membuka satu persatu kancing piyama itu."Suci," tangan Mars menghentikan kegiatan Suci."Aku nggak mau mendengar penolakan Mas. Ijinkan aku melayanimu dengan sungguh-sungguh, malam ini..."Suci menarik perlahan tangan Mars yang memegangi jemarinya. Dia tersenyum manis. Selimut yang tadinya menutupi tubuhnya bahkan sudah tersingkap sebagian.Mars terus menarik napas panjang setiap kali kulit lembut tangan Suci bersentuhan dengan kulitnya. Sengatan-sengatan aneh itu kian menjadi menguasai seluruh tubuhnya. Menggelitik hingga ke bawah perut.Rasanya, sudah sangat lama, Mars tidak pernah berada dalam keadaan seintim ini dengan seorang wanita. Setelah malam panas dan panjang yang pernah dilaluinya bersama Jasmine dahulu.Sebagai seorang lelaki normal, Mars tidak ingin munafik bahwa sebenarnya dia pun mengingink
Seorang wanita dengan pakaian sexynya terlihat keluar dari sebuah taksi online.Usai membayar dan sang supir taksi mengeluarkan barang bawaannya dari bagasi mobil, si wanita tampak susah payah menarik kopernya menuju sebuah apartemen mewah di Jakarta.Wanita itu masuk ke loby gedung berlantai 57 itu. Berjalan menuju lift dan menekan tombol angka 25.Tak lama, lift sampai di tempat tujuan.Wanita itu mengeluarkan key card dari mini clutchnya dan mulai membuka pintu apartemen bernomor 50 di hadapannya.Seorang lelaki yang sedang berkutat dengan laptop di depan ruang TV menoleh ke arah pintu apartemennya yang terbuka."Abis dari mana lo? Bawa-bawa koper segala," tanya Venus pada Hanni yang kini menjatuhkan tubuhnya di atas sofa yang letaknya berhadapan dengan Venus."Gue abis dari apartemen Daren," jawab Hanni dengan wajah berseri-seri."Asik dong abis main kuda-kudaan," ledek Venus yang memang tahu bahwa Daren adalah salah satu sephianya Hanni.Hanni tersenyum manis. "Kenapa emang, hah?