CENAYANG
“Puluhan tahun aku sangat merindukanya, Sejak kalian membawa pergi ke Luar Negri dan tinggal di sana,” ujar Rianti.“Aku sangat mengerti perasaanmu, Renata anak yang sangat baik, pintar, memiliki perasaan yang halus seperti dirimu, aku yakin jika sudah saat nya nanti, ia tidak akan memberi sikap yang mengecewakan kita,” papar Martha seraya menggenggam tangan Rianti.“Oiya… bagaimana kabar putra mu?” sambung Martha.“Sama dengan Renata, ia tumbuh menjadi laki-laki yang hebat, baik, halus budi pekerti, meski tidak satu prinsip dengan suamiku dan akhirnya ia memeilih tinggal dan hidup sendiri.”“Di mana dia tinggal?”“Di Indo hanya saja dia jarang sekali mengunjungi kami, darah seni yang mengalir dalam tubuhnya menjadikan ia seorang pelukis ternama dan menolak untuk meneruskan perusahaan kami.”Bersamaan dengan itu datang Renata menghampri mereka. “Mama aku cari-cari ternyata disini,” ucap Renata dengan senyum maniHADIAH MEWAH UNTUK RENATA“Renata belum bangun Bi?” tanya Davin kepada bi Imah pagi ini.“Belum Tuan Muda, mungkin Nona Muda terlalu lelah acara tadi malam,” jawab bi Imah, Davin mengangguk kecil sambil berlalu meninggalkan dapur.Bi Imah berlari kecil menuju pintu setelah mendengar suara bell berbunyi. “Sudah Bi, biar saya saja yang buka,” ucap Davin yang sedang duduk di Ruang tamu.Kanza sudah berada di balik pintu dengan senyum menggodanya setelah ia tahu yang membukakan pintu untuknya adalah Davin. “Hai… honey… kenapa tidak menelponku sepanjang malam?” ucap Kanza sedikit merajuk.“Aku sibuk sekali, makan malam kemarin menyita banyak waktu ku,” kilah Davin.Davin dan Kanza berbincang di runag tengah yang menghubungkan semua ruangan di rumah besar tersebut.Pandangan Davin menoleh ke arah tangga di mana Renata sedang berjalan menuruni anak tangga, wajah khas bangun tidur, Rambut diikat sembarangan dan terkesan berantakan, n
MENEMUKAN FAKTA“Siang Mbak Re…” sapa salah seorang karyawan setelah Renata tiba di Butiq.“Siang… Mama sedang ada tamu ya?” tanya Renata setelah mendengar suara orang berbincang di ruangan sang mama.“Iyah Mbak, Nyonya Rianti,” jawab karyawan butiq tersebut.Renata tersenyum sambil berjalan menuju ruangan namun langkahnya terhenti tatkala lamat-lamat mendengar perbincangan dua wanita paruh baya di dalam sana.Tangan yang sudah memegang handle pintu pun diurungkan untuk membukanya.“Martha, aku mohon beri aku kesempatan untuk memeluknya sebagai putriku,” suara Rianti sambil terisak.“Aku tidak melarangnya, Cuma kondisi dan situasi sedang tidak memungkinkan untuk saat ini,” timpal Martha memberi pengertian.“Siapa yang sedang mereka bicarakan, putri Tante Rianti siapa?” gumam Renata di balik pintu.“Kamu tau, puluhan tahun aku merindukannya, puluhan tahun aku hidup dalam penyesalan,” kembali suara Rinati terd
TUJUH BULANANWanita cantik dengan perut yang mulai membesar menambah keanggunannya sebagai ibu muda.Renata sibuk mempersiapkan acara tujuh bulanan yang tepat di hari ulang tahunnya.Tidak ada pesta yang meriah, hanya pesta kebun di tepi kolam renang belakang Rumah dengan menghadirkan bebrapa anak-anak dari panti asuhan terdekat.Acara tujuh bulanan berlangsung dengan di iringi lantunan doa dan naeshat dari bebrapa ulama yang diundang. Begitu sakral dengan beberapa rangkaian tradisi dalam acara tujuh bulanan.Renata nampak anggun dengan kebaya hamil Rancangan disainer ternama, rambut sanggul modern, bunga ronce melati yang menghiasi kepala sebagai bandana menambah aura kecantikan seorang Renata. Di dampingi Davin Erlangga sang suami menggunakan kemeja batik warna senada dengan Renata, nampak sangat serasi dengan ketampanan yan Davin miliki.Senyum yang selalu menghiasi bibir mungilnya. Renata menyambut kedatangan para tamu hingga ran
KECELAKAANPestapun usai satu persatu para tamu sudah pamit untuk pulang, tanpa terkecuali Reynaldi dan Ibunya.“Re… selamat ulang tahun ya sayang, semoga panjang umur, sehat-sehat bersama Babynya, salam dari om Gunawan maaf tidak bisa hadir tapi titip doa yang terbaik untuk kamu,” ucap Rianti seraya mengelus perut Renata yang sudah mulai membesar.“Iya Tante terimakasih banyak sudah hadir dan turut mendoakan, Rey… terimakasih banyak juga ya… aku pikir kamu adalah orang asing tapi ternyata kita sedekat ini,” papar Renata yang telah mengetahui bahwa ia dan Reynaldi adalah beraudara, meski belum faham saudara seperti apa mereka yang sebanarnya.Rianti memutuskan untuk bermalam di rumah Raynaldi untuk pertama kalinya Rianti tahu tempat tinggal putranya, selain itu Rianti ingin sekali bercerita tentang siapa Renata.Kedua oarang tua Davin dan Renata pun ikut pamit setelah para tamu benar-benar sudah habis.“Bi Imah kami titip Renata
KOMA“Jadi Renata butuh pendonor darah?” tanya Rianti dan dijawab dengan anggukan lemah olah Martha.“Golongan darah Renata sama dengan Mas Wicaksana, aku akan menelphonenya.”Rianti pun menjauh dari semua orang, mencari tempat yang lebih kondusif untuk menelphone suaminya.“Mas aku mohon pulang lah. Untuk saat ini Renata membutuhkan bantuanmu,” ucap Rianti menephone sang suami.“Aku tidak bisa pulang untuk saat ini,” timpal suara dari seberang sana.“Demi Renata Mas, jangan samapai kita menyesal di kemudian hari,” isak Rianti mulai terdengar.Bersamaan dengan itu Reynaldi mendekati Rianti tanpa sepengetahuan Rianti Reynaldi mendengar semua percakapan telpohone mereka.“Bu… apa maksud percakapan Ibu sama Ayah tadi?” tanya Reynaldi setelah komunikasi mereka selesai.Rianti langsung menghamburkan diri ke pelukan Reynaldi dan menumpahkan tangis dalam pelukan sang putra.“Renata, Rey… dia harus dioperas
KECEMASAN KANZA“Kamu kelihatan gelisah, ada apa?” tanya Davin melihat sikap Kanza tidak seperti biasanya.“Tidak apa-apa, mungkin hanya lelah saja,” kilahnya.“Permisi, dengan keluarga Nyonya Renata?” tanya seorang Suster disela perbincangan Davin dan Kanza.“Iya Sus, saya sumainya,” jawab Davin sambil berdiri.“Bisa keruang perawatan Bayi Pak, ada informasi yang ingin Dokter samapaikan,” papar sang Suster.“Baik sus,” ucap Davin sambil mengikuti langkah Suster dan memberikan isyarat agar Kanza menunggu.“Siang Dok, saya Davin suami dari Renata,” ucap Davin setelah berada di ruagan Dokter.“Baik, Pak Davin silahkan duduk.”“Begini Pak, mengenai bayi dari Nyonya Renata, saya ingin menginformasikan perkembangannya. Mengingat bayi Nyonya Renata lahir secara prematur.”“Untuk saat ini kami sedang melakukan bebrapa pantauan terhadap alat vital, seperti detak jantung, pernafasan pada paru-parunya, karena
REYNALDI vs BIMANTARAReynaldi, berdiri di balkon kamar, menatap lekat rumah Renata yang nampak sepi tak berpenghuni, beberpa hari lalu rumah itu ramai penuh kegembiraan. kebahgiaan terpancar dari senyum nyonya rumah yang ramah.“Istirahatlah Re, Aku akan melakukan sesuatu untukmu,” ucapnya seraya mengepalkan tangan. Kemudian Reynaldi bergegas ke luar rumah. Ia menemui seseorang di sebuah kaffe.“Apa kamu sudah mendengar kabar tentang Putri ibu, yang selama ini dicari?” tanya Reynaldi kepada Bimantara, adik tirinya.Bimantara adalah salah satu putra Wicksana hasil pernikhan siri dari wanita lain, yang kini tinggal bersama Rianti dan Wicaksana.“Iya, Mas, ibu sudah menceritakannya, tapi aku belum pernah bertemu dengan orangnya,” jawab Bimantara.“Namanya Renata, dia tinggal di sebelah rumahku bersama dengan suaminya,” jelas Reynaldi.“Sekarang ia sedang terbaring koma, karena melahirkan,” sambung Reynaldi.“Lalu?” tan
Pernikahan DAVIN dan KANZA.Satu bulan sudah Renta terbaring koma, Bayi laki-laki yang ia lahirkan masih terus di bawah pengawasan dokter-dokter specialis di Rumah Sakit.Martha dan Rianti rutin menugnjungi sang putri, mengajaknya bicara meski Renata belum menunjukan respon apapun. Sesekali Riana sang mertua ikut mengunjunginya.“Re… bangun Nak, kami sangat merindukanmu,” ucap Martha lirih seraya menggenggam tangan Renata, air mata yang selalu membasahi pipi setiap kali rasa rindu akan kembalinya Renata berkumpul di tengah keluarga.Sementara Rianti sedang berada di ruang NICU. Duduk menghadapi inkubator di mana sang cucu terbring.“Cucu, Nenek, kamu tampan sekali” ucapnya tersenyum. “Kamu anak yang kuat, berjuanglah bersama Bunda ya, Nak,” sambungnya lirih.Bayi mungil yang di beri nama Arkana Mahardika, menggerakan tubuh, mulut mungilnya menguap lalu tersenyum ke arah Rianti. Seakan merasakan kehadiran seseorang di dekatnya.