KECEMASAN KANZA
“Kamu kelihatan gelisah, ada apa?” tanya Davin melihat sikap Kanza tidak seperti biasanya.“Tidak apa-apa, mungkin hanya lelah saja,” kilahnya.“Permisi, dengan keluarga Nyonya Renata?” tanya seorang Suster disela perbincangan Davin dan Kanza.“Iya Sus, saya sumainya,” jawab Davin sambil berdiri.“Bisa keruang perawatan Bayi Pak, ada informasi yang ingin Dokter samapaikan,” papar sang Suster.“Baik sus,” ucap Davin sambil mengikuti langkah Suster dan memberikan isyarat agar Kanza menunggu.“Siang Dok, saya Davin suami dari Renata,” ucap Davin setelah berada di ruagan Dokter.“Baik, Pak Davin silahkan duduk.”“Begini Pak, mengenai bayi dari Nyonya Renata, saya ingin menginformasikan perkembangannya. Mengingat bayi Nyonya Renata lahir secara prematur.”“Untuk saat ini kami sedang melakukan bebrapa pantauan terhadap alat vital, seperti detak jantung, pernafasan pada paru-parunya, karenaREYNALDI vs BIMANTARAReynaldi, berdiri di balkon kamar, menatap lekat rumah Renata yang nampak sepi tak berpenghuni, beberpa hari lalu rumah itu ramai penuh kegembiraan. kebahgiaan terpancar dari senyum nyonya rumah yang ramah.“Istirahatlah Re, Aku akan melakukan sesuatu untukmu,” ucapnya seraya mengepalkan tangan. Kemudian Reynaldi bergegas ke luar rumah. Ia menemui seseorang di sebuah kaffe.“Apa kamu sudah mendengar kabar tentang Putri ibu, yang selama ini dicari?” tanya Reynaldi kepada Bimantara, adik tirinya.Bimantara adalah salah satu putra Wicksana hasil pernikhan siri dari wanita lain, yang kini tinggal bersama Rianti dan Wicaksana.“Iya, Mas, ibu sudah menceritakannya, tapi aku belum pernah bertemu dengan orangnya,” jawab Bimantara.“Namanya Renata, dia tinggal di sebelah rumahku bersama dengan suaminya,” jelas Reynaldi.“Sekarang ia sedang terbaring koma, karena melahirkan,” sambung Reynaldi.“Lalu?” tan
Pernikahan DAVIN dan KANZA.Satu bulan sudah Renta terbaring koma, Bayi laki-laki yang ia lahirkan masih terus di bawah pengawasan dokter-dokter specialis di Rumah Sakit.Martha dan Rianti rutin menugnjungi sang putri, mengajaknya bicara meski Renata belum menunjukan respon apapun. Sesekali Riana sang mertua ikut mengunjunginya.“Re… bangun Nak, kami sangat merindukanmu,” ucap Martha lirih seraya menggenggam tangan Renata, air mata yang selalu membasahi pipi setiap kali rasa rindu akan kembalinya Renata berkumpul di tengah keluarga.Sementara Rianti sedang berada di ruang NICU. Duduk menghadapi inkubator di mana sang cucu terbring.“Cucu, Nenek, kamu tampan sekali” ucapnya tersenyum. “Kamu anak yang kuat, berjuanglah bersama Bunda ya, Nak,” sambungnya lirih.Bayi mungil yang di beri nama Arkana Mahardika, menggerakan tubuh, mulut mungilnya menguap lalu tersenyum ke arah Rianti. Seakan merasakan kehadiran seseorang di dekatnya.
RENATA SADAR DARI KOMAMartha baru saja menerima telpon dari pihak Rumah Sakit memberitahukan perkembangan Renata.Tanpa menunggu lama Martha langsung menelpon suaminya Gunwan yang sedang berada di kantor ia pun bergegas ke Rumahh Sakit.Gunawan dan Martha tiba di rumah sakit secara bersamaan.“Apa yang tadi Dokter katakan Mah?” tanya Gunawan meminta penjelasan.“Kita ke ruang dokter saja agar lebih jelas,” ajak Martha.Mereka pun berjalan menuju ruangan Dokter yang menangani Renata.“Siang, Dok,” sapa Gunawan setelah mendapatkan ijin masuk oleh Suster yang bertugas.“Siang, Bapak, Ibu Gunawan, silahkan duduk,” sambut Dokter.“Bagaimana dengan kondisi Putri kami Dok,” tanya Gunawan.“Dari hasil pemeriksaan, ada respon positif dari pasien, meski belum sadarkan diri namun semua alat vital dalam tubuh pasien sudah mengalami peningkatan,” papar sang Dokter.“Saran kami, agar keluarga lebih
TERBONGKARNYA PERNIKAHAN Davin dan KanzaSebelum Riana dan Erlngga ke Rumah Sakit, mereka singgah dulu ke rumah Davin dan Renata. karena Martha minta tolong diambilkan bebrapa baju ganti untuk Renata.Setelah tiba di rumah Davin, bi Imah membukakan pintu dengan raut wajah sedikit kebingungan.“Davin belum pulang Bi?” tanya Riana.“Belum Nyonya, tapi…” jawab bi Imah sedikit bingung.“Owh, tidak apa, mungkin ia akan ke Rumah Sakit sepulang dari kantor nanti.”“Saya mau ambil beberapa baju Renata untuk dibawa kerumah sakit,” lanjut Riana seraya menaiki tangga menuju kamar Davin.“Kenapa Bi? Kok kelihatan bingung? Buatkan dulu teh buat Tuan, setelah itu susul saya ke kamar Renata ya,” papar Riana.memerintahkan bi Imah membuatkan teh untuk Erlangga yang menunggu di ruang tamu. “Baik Nyonya,” ucap bi Imah patuh.Riana membuka kamar Davin tanpa mengetuk pintu, sosok wanita di kamar Davin membuat Riana terkeju
KERINDUAN RENATASelepas kepergian orang tuanya, Davin tertunduk lemas di sofa.“Orang tuamu sudah sangat keterlaluan kepadaku Mas,” ucap Kanza.“Apa yng sudah kita lakukan pun sudah keterlaluan terhadap Renata,” ucap Davin sambil mengusap wajah lelahnya.“Sekarang, aku juga isrtimu, Mas, aku punya hak yang sama dengan Renata,” ujar Kanza.“Sudahlah, jangan membuat kepalaku bertamabah pusing,” jawab Davin seraya bangkit dari duduknya.“Bersiaplah, aku antar kamu ke apartemen, aku mau kerumah sakit,” sambung Davin, sebelum ia berjalan menuju kamar di lantai dua rumahnya.“Tudak usah, aku ada janji dengan agency,” ujar Kanza dengan raut wajah kesal.Di rumah sakit Riana dan Anggara baru saja tiba, mereka langsung menuju kamar rawat Renata sesuai dengan pentunjuk dari Gunawan.Setiba di kamar rawat, Martha langsung memeluk menantunya, tangisny pecah menahan anatara bahagia dan sedih dengan keadaan Renata.
KERINDUAN REYNALDIReynaldi saat ini sedang berada di Luar Negeri. Mengikuti pameran lukis berskala Internasional.Saat tengah mengamati lukisan-lukisan dari peserta lain, tiba-tiba suara pesan Whtsapp mengalihkan konsentrasinya.Pesan masuk dari, Bimantara. “Sudah lihat hadline news hari ini?” “Ada berita apa?” balas pesan Reaynaldi.Kemudian Bimantara mengirimkan link berita online. Reaynaldi langsung membuka link berita internet tersebut setelah mendapatkan kursi untuk duduk.-RENATA, PUTRI PENGUSAHA GUNAWAN CAHNDRA, TELAH SADAR, SETELAH MENGALAMI KOMA SELMA DUA BULAN-Senyum mengembang di sudut bibir, Reynaldi, jari telunjuk mengusap layar Handphone dimana terdapat fhoto Renata tengah tersenyum.“Tuhan, sudah memberi waktu untukmu beristirahat, sekrang waktunya kembali, setelah ini jadilah wanita pintar. Aku merindukanmu wanita bodoh,” gumam Reynaldi masih dengan senyum penuh arti.Reynaldi kemudia
KEJUJURAN YANG MENYAKITKANPikiran Davin saat ini benar-benar kacau, pertengkaran dengan kedua orang tuanya, bayangan Renata dalam benaknya dan Kanza yang saat ini sudah menjadi Istrinya.Tiba di parkiran rumah sakit. Davin tidak lantas turun dari mobil, ia merenung sejenak memikirkan apa yang harus ia lakukan saat ini.Davin melirik buket bunga yang sempat ia beli di jalan tadi, ia ingin mwmberikannya kepada Renata, sengaja ia membeli bunga lily kesukaan Renata.Dengan memperbiki hubungannya bersama Renata. Secara otomatis hubungan dia dan kedua oraang tuanya pun akan membaik, begitu pikir Davin.Sepanjang perjalanan menuju kamar Renata, Davin terus berpikir untuk mencairkan suasana dengan Istrinya.Davin berdiri di depan pintu kamar rawat Renata.“Suara siapa di dalam?” gumam Davin seraya melihat waktu di pergelangan tangannya.Waktu menunjukan jam 9 malam. “Siapa yang masih bebas mengunjungi Renata di jam segini? Itu b
MURKA SANG MERTUAPintu ruangan Renata, tiba-tiba terbuka dengan keras, Davin yang hendak membuka pintu pun merasa terkejut dan mundur beberapa langkah.Rupanya, Gunawan dan Martha, saat itu baru tiba di depan pintu, mendengar percakapan anak dan menantunya. Hingga mereka urungkan untuk masuk.Tanpa bertanya apa-apa lagi Gunawan, langsung menghujamkan pukulan bertubi-tubi ke arah wajah dan perut Davin.“Dasar laki-laki tidak berperasaan!” seru Gunawan kembali memukuli Davin.Sementara Martha, langsung memeluk Renata, tangis Renata pecah dalam pelukan Martha, rasa sakit dan sesak yang ia tahan sejak tadi, luruh bersama belaian sang mama.Renata bukanlah wanita yang cengeng, ia adalah wanita yang kuat dan mandiri, namun ucapan Davin kali ini benar-benar mecabik hati yang semula lembut dan penuh pengertian.“Aku bisa jelaskan semuanya Pah,” ucap Davin, seraya bangkit dari lantai karena pukulan mertuanya.“Aku, tid