WANITA PANGGILAN 15 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Setelah membalas pesan Mayasha, Lian bangkit untuk bersiap-siap lari pagi seperti biasanya. Karena suasana hati sedang gembira, mungkin cukup satu kali keliling kompleks.
Udara dingin langsung menembus pori-pori kulitnya. Telapak tangan pun mengepal erat ketika mulai menyusuri jalanan. Tubuh sehat dan bugar adalah salah satu modal kedua setelah wajah.
Hari ini mungkin keberuntungan Lian, karena tidak bertemu dengan Marvin. Ia pasti tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya. Padahal kalau bertemu, Lian ingin memukulnya sekali lagi.
Peluh sebesar biji jagung membasahi kening. Detak jantung pun berubah semakin cepat. Lian memilih untuk pulang dan menyudahi lari paginya. Duduk selonjoran di depan teras sembari menunggu keringat mengering. Setelah kondisi lumayan aman, Lian langsung
WANITA PANGGILAN 16 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika orang jatuh cinta maka ia akan dengan suka reka ikut menanggung beban jiwa sang kekasih. Bahkan tubuhnya bersedia menjadi tameng dari segala hantaman badai dunia. Ia juga akan berjuang sekuat tenaga membuat sang kekasih tersenyum. Tangan dan pundak selalu siap apabila sang kekasih membutuhkan sandaran. Seperti itulah perasaan yang ditawarkan Lian untuk wanita bernama Mayasha. Lian sendiri tidak tahu seberapa besar cinta yang ingin diberikan, tetapi melihat Mayasha gelisah dan bimbang seakan membuat riuh kepalanya. Lian memilih menulis pesan sebelum matanya menutup karena rasa kantuk. Biarlah lelahnya raga terabai sejenak, asal dirinya bisa memastikan keadaan Mayasha baik-baik saja. Lian [Kuburlah masa lalu itu sedalam mungkin.
WANITA PANGGILAN 16 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha menatap arah jalan yang sepertinya menuju perumahan elit nomor satu di kota. Sahabat Lian pasti orang berpunya. Akalnya membayangkan bagaimana perasaan Lian saat nanti bertemu dengannya dan juga mantannya. Rasanya pasti sakit. Namun, melihat Lian begitu semangat hadir dan mengucapkan selamat, pastinya ia telah mempersiapkan hatinya sedemikian rupa.Semilir angin yang mulai terasa sejuk membuat Mayasha mengeratkan pegangan di sela baju kemeja sang pria. Lian menyadari kalau tangan wanita di belakangnya pasti mulai kedinginan. Meski mentari sudah terlihat, tetapi embusan angin tidak mampu berbohong kalau maish berkuasa. Tanpa seizin yang punya, Lian menuntun tangan Mayasha agar melingkari perutnya. Bahkan memasukkan di area perut lewat celah bajunya.Mayasha mematung merasakan sensasi kehangatan pe
WANITA PANGGILAN 17 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTidak ada suatu hal yang bisa disembunyikan selamanya. Baik rahasia atau pun luka, waktu akan mempertemukan kembali hingga mampu memberi penawar untuk semua lara.Menghadapi adalah cara terbaik untuk mendamaikan luka dengan diri sendiri. Sejauh mana pun menghindar, suatu saat nanti pasti waktu akan memberikan kesempatan untuk menghukum atau mengingatkan sang pemberi luka. Walaupun masa itu kadang seperti kotak pandora yang penuh misteri.Seperti halnya yang tersirat dari sorot mata Mayasha di mata Lian. Ia tahu kalau di antara mereka ada hubungan yang masih belum ada penyelesaian. Namun, ia tidak mungkin membahas semuanya di sini. Lian tahu di balik keburukan pekerjaan Mayasha tersimpan cerita pahit di dalamnya. Entah kenapa firasatnya mengatakan demikian.
WANITA PANGGILAN 17 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar isak tangis dari wanita di belakangnya membuat Lian ingin menepi sejenak mencari tempat nyaman dan aman. Namun, suara deru mesin di jalanan membuatnya tidak punya pilihan.Lian berhenti di tepian jalan yang sedikit aman buat berbicara. Hanya ada tumbuhan pembatas jalan yang keberadaanya tidak pernah dianggap orang.Mayasha menatap pria yang kini berada di depannya dengan mata memburam. Logikanya baru menyadari kalau Lian menghentikan motornya di jalanan. Membuatnya menengok kanan kiri mencari alasan untuk pria yang menatapnya tajam."Siapa Yesha? Kenapa kamu bisa nangis karenanya? Tolong jelaskan agar kepalaku tidak berpikir kalau kamu adalah Yesha. Jawab, May ...," cecar Lian tanpa henti.Bukannya menjawab, Mayasha malah berjongkok sambil menutup
WANITA PANGGILAN 18 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Serius menjalani hubungan asmara adalah satu keharusan yang diambil oleh seoang pria. Berani memulai maka harus berani mengakhiri. Bagi pria sejati sudah semestinya menepati janji dan menjaga cinta agar selalu utuh. Itulah salah satu keyakinan pria yang kini telah menemukan kembali separuh hatinya–Lian Erza. Meskipun wanita yang diperjuangkan memiliki masa kelam, tetapi cinta mencerahkan hati dan jiwa untuk masa depan lebih indah. Begitu juga bagi kaum wanita, keseriusan pasangan bisa dijadikan pertanda seberapa besar cintanya. Bukan tentang ciu-man dan berbagai macam sentuhan, melainkan mengikatnya dengan janji suci di hadapan Tuhan. Mayasha masih tidak tahu harus menjawab apa. Meski sikap Lian adalah lelaki hebat, tetapi mentalnya belum terlalu berani bertem
WANITA PANGGILAN 18 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika selesai berfoto, Keya mematung melihat tamu yang berdiri di depannya. Wanita hebat yang pernah menyayangi setulus hati saat anaknya menjalin hubungan dengannya. "Tan--tante Elsa?" sapa Keya terbata. "Selamat, Key ...," ucapnya tanpa ada peluk apalagi ciuman pipi kanan kiri seperti biasa. "Makasih, Tan." Marvin menjawab ucapan dari ibunya Lian. Dalam hati ia tahu kalau ibunya Lian pasti kecewa terhadapnya. Namun, kedatangannya memberi selamat membuktikan kalau Tante Elsa memang wanita luar biasa. Lian pun selalu begitu, selalu datang memberi selamat untuk membuktikan diri kalau dirinya pejantan tangguh yang siap berjalan meski hati terluka. Senyum merekah tidak sempurna di bibir berwarna merah muda itu ketika menjauh dari kedua mempe
WANITA PANGGILAN 19 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjalani hidup dengan bayang masalah yang belum usai memang akan selalu merasa tidak tenang. Seolah ada sesuatu hal yang mengganjal hati. Walaupun mencoba hidup seperti biasa, nyatanya rasa itu akan mampu menggerogoti hati tanpa disadari.Setelah mengetahui semua kebenaran yang ada, Lian memutuskan untuk menyelesaikan langsung agar tidak ada lagi luka yang tertinggal di hati Mayasha. Melihatnya menangis seperti tadi siang adalah hal yang tidak ingin dilihatnya lagi. Ia berjanji dalam hati setelah ikatan bernama hanya akan memberi air mata kebahagiaan. Berjanji selalu menemani dalam berbagai hantaman badai kehidupan.Lian ingin menjalani kisahnya tanpa beban berat moral dan psikis. Inilah salah satu cara untuk membuat hatinya melega, yakni menemui Marvin. Entah meminta permintaan maaf dari mulutnya atau pun memberinya pukulan kedua kali.
WANITA PANGGILAN 19 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKeya semakin bingung melihat sikap Marvin. Namun, ia akan sabar menunggu sampai keadaannya lebih tenang. Dengan hati-hati, ia duduk dan mengelus pundak Marvin. Kotak obat diletakkan di meja. "Vin ... aku obati dulu lukamu ya?" ujar Keya lembut hingga berhasil membuat Marvin menampakkan wajahnya.Tangan Keya terulur menghapus genangan air mata yang menetes di pipi. Kemudian mengoleskan salep di area bibir dengan hati-hati. Rasa perih mendadak menyadarkan kesadaran Marvin."Aw! Perih ...," keluhnya, lalu menatap Keya yang tengah meniupi bibirnya. Perhatian Keya mampu sedikit memberi kekuatan untuk hatinya yang tengah resah."Sekarang cerita ... kamu sebenarnya kenapa?" tanya wanita yang baru saja selesai mengobati luka di bibir suaminya."Lian tadi memintak