WANITA PANGGILAN 17 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Mendengar isak tangis dari wanita di belakangnya membuat Lian ingin menepi sejenak mencari tempat nyaman dan aman. Namun, suara deru mesin di jalanan membuatnya tidak punya pilihan.
Lian berhenti di tepian jalan yang sedikit aman buat berbicara. Hanya ada tumbuhan pembatas jalan yang keberadaanya tidak pernah dianggap orang.
Mayasha menatap pria yang kini berada di depannya dengan mata memburam. Logikanya baru menyadari kalau Lian menghentikan motornya di jalanan. Membuatnya menengok kanan kiri mencari alasan untuk pria yang menatapnya tajam.
"Siapa Yesha? Kenapa kamu bisa nangis karenanya? Tolong jelaskan agar kepalaku tidak berpikir kalau kamu adalah Yesha. Jawab, May ...," cecar Lian tanpa henti.
Bukannya menjawab, Mayasha malah berjongkok sambil menutup
WANITA PANGGILAN 18 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Serius menjalani hubungan asmara adalah satu keharusan yang diambil oleh seoang pria. Berani memulai maka harus berani mengakhiri. Bagi pria sejati sudah semestinya menepati janji dan menjaga cinta agar selalu utuh. Itulah salah satu keyakinan pria yang kini telah menemukan kembali separuh hatinya–Lian Erza. Meskipun wanita yang diperjuangkan memiliki masa kelam, tetapi cinta mencerahkan hati dan jiwa untuk masa depan lebih indah. Begitu juga bagi kaum wanita, keseriusan pasangan bisa dijadikan pertanda seberapa besar cintanya. Bukan tentang ciu-man dan berbagai macam sentuhan, melainkan mengikatnya dengan janji suci di hadapan Tuhan. Mayasha masih tidak tahu harus menjawab apa. Meski sikap Lian adalah lelaki hebat, tetapi mentalnya belum terlalu berani bertem
WANITA PANGGILAN 18 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika selesai berfoto, Keya mematung melihat tamu yang berdiri di depannya. Wanita hebat yang pernah menyayangi setulus hati saat anaknya menjalin hubungan dengannya. "Tan--tante Elsa?" sapa Keya terbata. "Selamat, Key ...," ucapnya tanpa ada peluk apalagi ciuman pipi kanan kiri seperti biasa. "Makasih, Tan." Marvin menjawab ucapan dari ibunya Lian. Dalam hati ia tahu kalau ibunya Lian pasti kecewa terhadapnya. Namun, kedatangannya memberi selamat membuktikan kalau Tante Elsa memang wanita luar biasa. Lian pun selalu begitu, selalu datang memberi selamat untuk membuktikan diri kalau dirinya pejantan tangguh yang siap berjalan meski hati terluka. Senyum merekah tidak sempurna di bibir berwarna merah muda itu ketika menjauh dari kedua mempe
WANITA PANGGILAN 19 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMenjalani hidup dengan bayang masalah yang belum usai memang akan selalu merasa tidak tenang. Seolah ada sesuatu hal yang mengganjal hati. Walaupun mencoba hidup seperti biasa, nyatanya rasa itu akan mampu menggerogoti hati tanpa disadari.Setelah mengetahui semua kebenaran yang ada, Lian memutuskan untuk menyelesaikan langsung agar tidak ada lagi luka yang tertinggal di hati Mayasha. Melihatnya menangis seperti tadi siang adalah hal yang tidak ingin dilihatnya lagi. Ia berjanji dalam hati setelah ikatan bernama hanya akan memberi air mata kebahagiaan. Berjanji selalu menemani dalam berbagai hantaman badai kehidupan.Lian ingin menjalani kisahnya tanpa beban berat moral dan psikis. Inilah salah satu cara untuk membuat hatinya melega, yakni menemui Marvin. Entah meminta permintaan maaf dari mulutnya atau pun memberinya pukulan kedua kali.
WANITA PANGGILAN 19 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKeya semakin bingung melihat sikap Marvin. Namun, ia akan sabar menunggu sampai keadaannya lebih tenang. Dengan hati-hati, ia duduk dan mengelus pundak Marvin. Kotak obat diletakkan di meja. "Vin ... aku obati dulu lukamu ya?" ujar Keya lembut hingga berhasil membuat Marvin menampakkan wajahnya.Tangan Keya terulur menghapus genangan air mata yang menetes di pipi. Kemudian mengoleskan salep di area bibir dengan hati-hati. Rasa perih mendadak menyadarkan kesadaran Marvin."Aw! Perih ...," keluhnya, lalu menatap Keya yang tengah meniupi bibirnya. Perhatian Keya mampu sedikit memberi kekuatan untuk hatinya yang tengah resah."Sekarang cerita ... kamu sebenarnya kenapa?" tanya wanita yang baru saja selesai mengobati luka di bibir suaminya."Lian tadi memintak
WANITA PANGGILAN 20 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan dalam hidup memang selalu datang paling akhir. Merubah masa lalu juga adalah hal yang tidak mungkin. Ibarat kata 'Tidak mungkin merekatkan kembali serpihan gelas yang pecah.'Meskipun bisa, fungsi dan rasa akan jauh berbeda dari keadaan sebelumnya. Karena merubah takdir Tuhan adalah hal yang sia-sia. Menerima dan menjalani adalah satu-satunya jalan untuk tetap bertahan menghirup oksigen di alam jagad raya yang kian penuh sesak problema.Permohonan maaf yang jelas terlambat juga tidak akan mengembalikan retaknya hati kembali seperti dulu. Sebagai pion dalam permainan catur, maka mereka hanya harus berjalan sesuai arahan-Nya.Keresahan menentukan langkah selanjutnya seakan menghambat pekerjaan yang ada. Keya bimbang memilih meminta maaf atau menghilang ta
WANITA PANGGILAN 20 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sementara di luar ada yang gelisah menunggu, Mayasha justru tengah asyik mendengarkan musik sambil memakai baju. Celana pendek sepaha dan kaos membalut tubuh indah wanita yang memilih jalan gelap menjadi wanita panggilan. Rambut basahnya masih berantakan karena handuk baru saja terlepas dari kepala. Saat lagu berganti, Mayasha mendengar suara ketukan pintu. Meski samar tapi lumayan jelas tertangkap rungunya. Mayasha sedikit berlari dari kamar menuju ruang tamu. "Maaf, Mas ... cari siapa?" tanyanya setelah membuka pintu. Lian yang tengah menunggu sembari melihat keadaan jalan sekitar langsung berbalik. "Selamat pagi, May ...," ujar pria yang telah menawarkan jutaan rasa tanpa ragu. "Li--lian?! Ada apa pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Mayasha sedikit bingun
WANITA PANGGILAN 21 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha melepaskan pelukan sahabatnya. Menatap kedua mata itu yang seakan memberi keyakinan bahwa dirinya pantas bahagia dan bisa menerima semua takdir Tuhan. Termasuk tidak lagi menyalahkan Kai Marvin dan Keya. Bagaimanapun mereka pernah memberikan sisi manis dalam hidupnya. Meskipun sebagian besar sisa hidupnya berada dalam kegelapan. "Kalau kamu beneran cinta sama Lian, perjuangkan! Aku akan membantu sebisa mungkin mencari alasan jika ada orang yang memanggilmu. Bahkan kalau perlu aku akan memberi pengertian dan permintaan maaf untuk ini," ulang Elena sembari mengelus rambut Mayasha yang sedikit berantakan. Mayasha menatap lekat sahabatnya. Ucapannya sungguh terdengar penuh keyakinan. Membuat sisa rasa yang ada kembali menyala. "Mulai sekarang aku akan mencoba berdamai dengan
WANITA PANGGILAN 21 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika kabar itu menyebar, orang-orang hanya menyimpan sendiri. Gosip itu dibicarakan secara bisik-bisik oleh karyawan wanita. Ada yang bahagia, ada yang sedih, ada juga yang menyayangkan. Namun, kandasnya kisah mereka sudah menjadi kehendak Tuhan yang harus dijalani.Meski menjadi buah bibir di tempat kerja, Lian merasa tidak terganggu. Baginya selama apa yang dilakukannya tidak merugikan orang lain, maka ia tidak peduli apa kata orang. Karena semenjak mengenal Mayasha semua masalah yang ada menjadi tidak berarti. Melihatnya menangis adalah hal yang membuatnya bermasalah. Ia tidak ingin ada air mata yang menetes dari kelopak matanya. Apalagi jika hati Mayasha sampai terluka. Maka, dirinya akan merasakan sakit yang lebih parah.Bergelut dengan pekerjaan membuat Lian menghabiskan waktu lebih cepat. Semua lapora