WANITA PANGGILAN 20 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Penyesalan dalam hidup memang selalu datang paling akhir. Merubah masa lalu juga adalah hal yang tidak mungkin. Ibarat kata 'Tidak mungkin merekatkan kembali serpihan gelas yang pecah.'
Meskipun bisa, fungsi dan rasa akan jauh berbeda dari keadaan sebelumnya. Karena merubah takdir Tuhan adalah hal yang sia-sia. Menerima dan menjalani adalah satu-satunya jalan untuk tetap bertahan menghirup oksigen di alam jagad raya yang kian penuh sesak problema.
Permohonan maaf yang jelas terlambat juga tidak akan mengembalikan retaknya hati kembali seperti dulu. Sebagai pion dalam permainan catur, maka mereka hanya harus berjalan sesuai arahan-Nya.
Keresahan menentukan langkah selanjutnya seakan menghambat pekerjaan yang ada. Keya bimbang memilih meminta maaf atau menghilang ta
WANITA PANGGILAN 20 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sementara di luar ada yang gelisah menunggu, Mayasha justru tengah asyik mendengarkan musik sambil memakai baju. Celana pendek sepaha dan kaos membalut tubuh indah wanita yang memilih jalan gelap menjadi wanita panggilan. Rambut basahnya masih berantakan karena handuk baru saja terlepas dari kepala. Saat lagu berganti, Mayasha mendengar suara ketukan pintu. Meski samar tapi lumayan jelas tertangkap rungunya. Mayasha sedikit berlari dari kamar menuju ruang tamu. "Maaf, Mas ... cari siapa?" tanyanya setelah membuka pintu. Lian yang tengah menunggu sembari melihat keadaan jalan sekitar langsung berbalik. "Selamat pagi, May ...," ujar pria yang telah menawarkan jutaan rasa tanpa ragu. "Li--lian?! Ada apa pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Mayasha sedikit bingun
WANITA PANGGILAN 21 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha melepaskan pelukan sahabatnya. Menatap kedua mata itu yang seakan memberi keyakinan bahwa dirinya pantas bahagia dan bisa menerima semua takdir Tuhan. Termasuk tidak lagi menyalahkan Kai Marvin dan Keya. Bagaimanapun mereka pernah memberikan sisi manis dalam hidupnya. Meskipun sebagian besar sisa hidupnya berada dalam kegelapan. "Kalau kamu beneran cinta sama Lian, perjuangkan! Aku akan membantu sebisa mungkin mencari alasan jika ada orang yang memanggilmu. Bahkan kalau perlu aku akan memberi pengertian dan permintaan maaf untuk ini," ulang Elena sembari mengelus rambut Mayasha yang sedikit berantakan. Mayasha menatap lekat sahabatnya. Ucapannya sungguh terdengar penuh keyakinan. Membuat sisa rasa yang ada kembali menyala. "Mulai sekarang aku akan mencoba berdamai dengan
WANITA PANGGILAN 21 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika kabar itu menyebar, orang-orang hanya menyimpan sendiri. Gosip itu dibicarakan secara bisik-bisik oleh karyawan wanita. Ada yang bahagia, ada yang sedih, ada juga yang menyayangkan. Namun, kandasnya kisah mereka sudah menjadi kehendak Tuhan yang harus dijalani.Meski menjadi buah bibir di tempat kerja, Lian merasa tidak terganggu. Baginya selama apa yang dilakukannya tidak merugikan orang lain, maka ia tidak peduli apa kata orang. Karena semenjak mengenal Mayasha semua masalah yang ada menjadi tidak berarti. Melihatnya menangis adalah hal yang membuatnya bermasalah. Ia tidak ingin ada air mata yang menetes dari kelopak matanya. Apalagi jika hati Mayasha sampai terluka. Maka, dirinya akan merasakan sakit yang lebih parah.Bergelut dengan pekerjaan membuat Lian menghabiskan waktu lebih cepat. Semua lapora
WANITA PANGGILAN 22 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu orang spesial yang telah melahirkan pria seistimewa seperti Lian Erza membuat degup jantung tidak menentu. Darah seakan mengalir lebih cepat. Bahkan paru-parunya seakan sesak karena oksigen berkurang drastis. Udara di sekitar bahkan mendadak tidak terasa. Seakan habis entah ke mana.Dada seperti memanas karena banyak kerisauan merasuki pikiran. Bayangan penolakan ibunya Lian menyerbu tanpa henti saat mengingat pekerjaannya sebagai wanita panggilan.Mayasha tidak memungkiri kalau tidak ada orang tua yang membiarkan anaknya mencintai wanita seperti dirinya. Wanita yang jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, rasa egonya membutakan logika. Ia ingin selalu berada di sisi pria tersebut dan menua bersama dengan cinta yang tidak pernah lekang oleh waktu.Lian tah
WANITA PANGGILAN 22 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang ibu bisa menilai kalau Mayasha wanita baik yang mampu membuat Lian kembali bahagia setelah terluka. Ia sangat berterima kasih untuk itu. Mimpinya mendapat menantu yang sesuai keinginan Lian bisa segera menjadi kenyataan. Bukankah niat baik itu harus disegerakan?"Em ... May ... kalau kalian berdua segera menikah gimana? Tante takut kalau Lian tidak bisa mengontrol egonya," ujar wanita yang duduk di depannya tanpa basa-basi. Ia tidak mau anaknya kebablasan dalam bergaul.Mayasha hampir terbatuk mendengar permintaan ibunya Lian. Pria di sebelahnya pun sama. Ucapan sang ibu membuat tenggorokannya gatal dan mengering."Ibu jangan ngawur deh ... kita ini baru jadian tiga hari. Masa udah disuruh nikah?" tanya Lian sembari berusaha menahan gejolak dada yang kian bertalu. Meski hatinya juga s
WANITA PANGGILAN 23 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kehilangan sosok wanita yang biasa dijuluki ibu dalam jangka waktu lama mampu mengubah kebiasaan sehari-hari. Biasa hidup tanpa sandaran, tanpa belaian kasih sayang, dan tanpa teman bicara yang selalu mendukung jalannya. Mengingatkan saat kaki salah berpijak, lalu menghujani kata-kata bijak tanpa menggurui. Mayasha merindukan wanita seperti itu dalam hidupnya. Selama ini tidak pernah ada yang mengarahkan langkah kakinya meski berjalan di kegelapan. Dunia seakan menguji nyalinya tanpa henti. Kepergian sang ibu yang entah karena apa membuat Mayasha belajar dewasa sebelum waktunya. Bahkan setelah Ayah berpulang hidupnya lebih berantakan. Kedatangan Kai Marvin pun justru hanya menambah penderitaan batinnya. Rasa lelah bertahan untuk hidup membuat Mayasha menjalani garis Tuhan
WANITA PANGGILAN 23 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Menyusuri jalanan yang telah menggelap dibarengi kepala berkelana entah ke mana membuat perjalanan cepat sampai tujuan. Puluhan bintang di angkasa berkilau terang melihat kemesraan mereka. Mereka seakan ingin menjadi saksi malam indah keduanya. Lian mengantar wanita paling istimewa itu hingga ke depan pintu. Melihatnya lagi dan lagi untuk menyetok rasa rindu yang datang esok hari. Wajahnya sudah tidak setegang sebelumnya. Dua lengkungan manis di sudut bibir mulai terlihat jelas. Hal itu membuat hatinya melega ketika meninggalkannya. "Aku pulang ya? Kamu hati-hati di rumah. Aku tidak akan bertanya banyak kenapa tadi kamu menangis. Kamu mikirnya harus matang. Jika belum siap menikah denganku, aku akan mencoba sabar menunggu," ucap Lian sembari mengusap pipi lembut wanita yang tengah menatapnya.
WANITA PANGGILAN 24 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Pria yang telah selesai memakai baju itu langsung mengambil alih. Membantu mengaitkan bra hingga melindungi sempurna dua bulatan yang baru saja diberikan banyak tanda. Lian juga tidak lupa menaikkan kembali resleting gaun wanitanya. "Makasih, Li ...," ucap Mayasha. "Apa tidak apa-apa kalau hanya aku yang kamu puaskan?" tanyanya lagi setelah gaunnya kembali rapi. "Kamu santai saja. Aku bisa menahan itu sampai waktunya nanti. Mulai sekarang hanya aku yang boleh menyentuhmu ya?" tutur pria yang sibuk mencari sesuatu di saku celananya. Satu benda bulat berwarna kekuningan tergenggam di tangan. "Itu apa?" tanya wanita yang menatapnya heran. "Sini tanganmu," titahnya. Mayasha mengulurkan tangannya.