WANITA PANGGILAN 46 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Dengan bibir yang membentuk lengkungan bulan sabit, Marvin mengangguk tanda setuju. "Ya udah. Besok sebelum kamu berangkat kerja kita ke tempat Lian dulu. Kita akan lakukan semuanya untuk mereka. Aku nggak mau Yesha berakhir sendiri, sementara ada pria seperti Lian yang mencintainya begitu dalam. Kita sekarang tidur, udah malem banget," ujar sang pria sembari merengkuh erat tubuh wanitanya ke dalam dekapan. Satu kecupan hangat di pucuk kepala mengawali segala mimpi untuk kebahagiaan semua orang terkasih.
Keduanya memejamkan kedua mata dengan hati melega karena telah mendapat cara untuk menebus kesalahan lalu. Bagi mereka, melihat Yesha bahagia bersama Lian adalah tujuan utama setelah bersatu dalam ikatan berlabel halal.
~
Sebelum matahari menampakkan sinarnya, pasangan yang b
WANITA PANGGILAN 46 COleh: Kenong Auliya ZhafiraKeya yang sejak tadi diam juga ingin menyampaikan sesuatu. Bibirnya terasa gatal sejak memutuskan menemui ibunya Lian."Ucapan Marvin benar, Tante. Semua itu gara-gara aku yang berhubungan dengan Marvin di belakangnya. Dulu, Marvin sempat bertunangan dengan Yesha. Kami adalah sahabat sejak duduk di SMA. Namun, semuanya kandas saat aku mulai menyukai Marvin. Karena keegoisan kami yang tidak meminta maaf padanya, membuat Yesha terluka sangat dalam dan memilih tersesat dalam kegelapan. Aku tahu dia wanita baik. Karena setelah bersama Lian, Yesha berhenti menerima tamu. Jadi, tolong pertimbangkan lagi hubungan mereka. Apalagi sekarang dia rela pergi seperti ini untuk menjaga hubungan Tante dengan Lian. Aku yakin ia tidak akan tega melihat Lian bertengkar dengan ibunya, sebab ibunya tidak pernah tahu ada di mana. Aku moho
WANITA PANGGILAN 46 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraSelama perjalanan menuju swalayan, entah kenapa pikirannya tertuju pada keadaan Elena–teman yang menemani wanitanya dalam berbagai keadaan.Lian segera membelokkan arah ke kiri jalan, lalu melesat membelah jalanan pagi yang lumayan padat kendaraan. Lima menit berlalu, ia bisa melihat Elena tengah menyirami bunga-bunga yang menghiasi pelataran rumah. Dari wajahnya sudah terlihat lebih baik."Syukurlah kalau kamu kuat, El ... kita harus sama-sama kuat menunggu kehadiran Mayasha lagi. Meskipun tidak tahu kapan. Rawatlah rumah itu hingga nanti pemiliknya kembali datang," batin Lian dalam hati, lalu pergi meninggalkan rumah yang menyimpan beberapa kenangan manis.Hatinya lega bisa memastikan teman wanitanya baik-baik saja. Sekarang giliran dirinya untuk bersikap sekuat baja menghabisk
WANITA PANGGILAN 47 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerasaan berbeda dari biasanya terkadang menyiratkan kesimpulan yang tidak sama di anggota keluarga. Begitu juga cara menyampaikan kekecawaan bisa berbeda pula di setiap penghuni rumah, termasuk Lian dan ibunya. Keduanya memiliki trik yang berbanding terbalik. Sang ibu lebih cenderung diam dan menyimpan, tetapi sekali bicara langsung ke titik permasalahan tanpa ada penawaran.Berbeda dengan Lian, ia lebih mengeluarkan resahnya lewat kesibukan diri dan berpura-pura kuat. Baginya menyibukkan pikiran mampu melupakan sejenak tentang kondisi hatinya. Akan tetapi, semua itu kini terlihat buruk di mata wanita yang tengah menatap dengan sorot mata tajam.Lian masih mengendalikan ego agar tidak terpancing, meskipun ulah sang ibu kadang membuat kewarasannya menghilang. Rasa lelah yang tersisa seakan memaksa Lian k
WANITA PANGGILAN 47 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMarvin menepuk punggung pria yang menurutnya hebat. "Kamu pasti bisa, Li ... anggap saja jika Yesha kini tengah liburan sebelum memutuskan apa yang terbaik untuk semua. Soal ibumu hanya perlu waktu. Itu saja. Ya udah, aku pulang duluan. Nanti harus nganter Keya kerja," pamitnya kembali ke rumah.Lian pun ikut masuk rumah untuk mempersiapkan diri bergelut dengan ide yang pernah terlintas dalam benaknya beberapa minggu lalu. Kini saatnya mengisi hari patah hati bersama kegiatan yang bermanfaat. Selain itu untuk merayu Tuhan agar mengembalikan Mayasha ke dalam pelukan yang diiringi restu sang ibu.Setelah berpakaian rapi, Lian menuju ruang makan yang masih dalam keadaan sama seperti hari sebelumnya. Hening. Sang ibu tetap menyiapkan sarapan tanpa banyak bicara. Begitu juga dengan Lian, ia menghabiskan makanan dalam
WANITA PANGGILAN 47 COleh: Kenong Auliya Zhafira"Jika waktu telah lama berlalu, dan perasaan itu tidak berubah, mungkin Ibu akan mencoba menyerah demi kebahagiaan putera kesayangan," batinnya dalam hati, lalu tenggelam dalam lautan mimpi bersama malam.~Tepat jam setengah lima pagi, wanita bergelar ibu itu sudah terjaga dari tidurnya. Ia bergegas melangkah ke dapur setelah keadaan hati dan kepalnya terasa segar. Mengerjakan tugas rumah untuk mengisi kegiatan paginya akan cepat terlewati.Akan tetapi, saat melewati kamar Lian, langkahnya terhenti begitu saja karena telinganya mendengar lantunan ayat suci Al Quran. Suaranya pun terdengar merdu. Dari celah pintu yang terbuka, wajah Lian tampak berkali-kali lipat lebih tampan.Entah kenapa mendengar Lian mengaji terasa seperti mendapat hujan salju di gersangnya h
WANITA PANGGILAN 48 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraEnam bulan kemudian ...Sebagai wanita yang memiliki tempat tertinggi di hati anak lelakinya membuat keinginan selalu ada untuk menemani dan menyaksikan rencana besar itu secara langsung meski dari jarak jauh. Hanya itu yang bisa ia lakukan karena pandangan masih belum satu tujuan. Selain itu hati juga belum memiliki kepastian penuh tentang bagaimana kelanjutan asmara sang anak dengan Mayasha—wanita panggilan yang telah melumpuhkan seorang Lian Erza.Sejak hari itu melihat kesungguhan Lian—anaknya mengisi hari dengan kegiatan positif, ia bisa percaya kalau yang dikatakan anak itu benar adanya. Bahwa ia tidak merusak diri hanya untuk melupakan seorang wanita. Pembuktian itu kini menghasilkan sesuatu yang luar biasa untuk kemajuan swalayannya."Kamu memang lelaki se
WANITA PANGGILAN 48 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang ibu menatap bayang anaknya yang tidak terlihat lagi dengan perasaan entah. Ia berharap bisa melihat Lian menemukan wanita yang selalu menghuni di peraduan terakhir."Ibu janji akan merestui hubungan kalian jika nanti tahu keberadaan Mayasha. Ibu tidak tega melihat hidupmu yang tidak melirik cinta satu pun setelah kabar kepergiannya," janjinya dalam hati.Memikirkan dua orang sekaligus dalam satu waktu membuat kepalanya terasa ditusuk puluhan jarum. Sakit dan berdenyut. Karena itulah ia memutuskan untuk melihat perkembangan swalayan sekaligus ingin menikmati area taman terbarunya.Wanita yang mulai bangga akan sikap Lian—anaknya langsung bersiap untuk berangkat ke swalayan. Namun, ibunya Lian memilih sarapan lebih dulu sebelum berangkat.~&n
WANITA PANGGILAN 48 COleh: Kenong Auliya ZhafiraNamun, semua itu menguap berjalannya waktu. Sayang seribu sayang, Mayasha tidak bisa melihat ketulusan mereka karena kini memilih bersembunyi entah di mana."Terima kasih semuanya. Aku baru sadar kalau persahabatan yang kalian jalin dulu pasti sangat erat, hingga bisa saling merendah dan memohon pada kesalahan di masa lalu. Aku tahu kalau Mayasha juga tidak sepenuhnya membenci kalian. Nyatanya dia tidak pernah menyumpahi atau memaki kalian saat jiwanya terpasung lara. Ya udah, aku balik duluan. Sekali lagi terima kasih semuanya." Elena berpamitan dengan meninggalkan kata-kata yang membuat semua orang terdiam tanpa kata.Ingatan Lian bahkan kembali terbuka lebar saat wanitanya hanya bisa menangis saat dulu bertemu dengan Keya dan Marvin di pelaminan. Bibirnya memang tidak pernah