Nick terpaksa mengakhiri perbincangan bersama pihak WO yang akan mengurus acara pernikahannya. Ketika mendengar kabar kecelakaan yang menimpa Mela calon istrinya.Bergegas Nick menuju rumah sakit, dimana sang kekasih berada."Buruan bodoh!" seru Nick pada Daniel. Salah satu sahabatnya yang hari ini menemaninya."Sabar Nick, tidak lama lagi kita sampai di rumah sakit.""Kamu menyuruh aku sabar, kamu tahu apa yang terjadi pada Mela kan?!" dengan nada emosi Nick mengucapkannya.Diam, hal terbaik yang bisa Daniel lakukan saat ini. Jangan sampai membuat sahabatnya tersebut marah, setelah mendapat kabar buruk tentang sang kekasih.Setibanya di rumah sakit, Nick segera berlari menuju tempat yang di beri tahu Vian. Kakak tiri dari sang kekasih yang memberi tahunya tentang kecelakaan yang meninpa wanita yang sangat dicintainya.Tentu saja Daniel yang tidak ingin tertinggal sang sahabat, segera mengikuti Nick yang berlari terburu-buru.Sampai akhirnya Daniel harus menghentikan langkahnya, mengi
Kebahagian tidak bisa lagi Bara tutupi, setelah ia menerima dengan ikhlas jika sang istri tidak bisa hamil. Dan ia beserta sang istri sempat berniat untuk mengadopsi anak.Sekarang tanpa mengadopsi anak, Bara ada juga Sasa akan mempunyai anak dan itu darah daging keduanya.Tentu saja kebahagian itu membuat Bara menghujani ciuman pada wajah sang istri. Dimana Sasa kini sudah di pindah ke ruang perawatan.Tentu saja Sasa yang sedang terbaring di ranjang perawatannya. Bingung dengan sikap Bara, meskipun ia tahu suaminya sangat masum."Sayang, aku baik-baik saja. Dokter juga bilang tidak butuh waktu berbulan bulan kakiku bisa normal kembali." ujar Sasa mengira sang suami begitu mengkhuatirkannya. Karena memang, Sasa belum tahu jika dirinya sedang hamil. Dimana usia kandungannya sudah memasuki usia lima minggu.Bara menatap wajah sang istri. " Aku tahu sayang," ucapnya menimpali perkataan sang istri. "Dan terima kasih, sayang." Bara kembali mencium setiap inci wajah sang istri.Ucapan teri
Hari bahagia yang di tunggu Nick dan juga Mela akhirnya tiba juga.Hari dimana keduanya akan menjadi sepasang suami istri dalam beberapa menit lagi.Tentu saja bukan hanya keduanya yang bahagia, tapi semua orang yang dekat dengan Nick maupun Mela juga merasakan hal bahagia tersebut.Seperti apa yang ketiga sahabat Nick mau, pernikahan hari ini diadakan cukup megah.Sorakan begitu meriah dari semua yang menghadiri acara tersebut terdengar di setiap sudut diadakan acara, setelah Nick dan juga Mela sama-sama mengikat janji suci sehidup semati, dan sekarang sudah resmi menjadi suami istri.Tangis haru tidak bisa Nick tahan, untuk mengungkapkan betapa bahagianya ia saat ini. Setelah perjalanan cinta yang sangat rumit dengan Mela. Akhirnya ia bisa menjadikannya sebagai istrinya.Begitu pun dengan Mela, yang juga menitikan air mata kebahagiaan. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan sebahagia ini bersama dengan pria yang sangat mencintainya, dan tidak peduli dengan masa lalunya."Hei, in
Nick menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Bara.Yang menanyakan apakah dirinya mengundang seseorang yang Nick anggap sebagai kakaknya meskipun keduanya lahir dari ibu yang berbeda.Tentu saja Nick tidak mengundang pria tersebut, karena ia telah berkomitmen untuk tidak berurusan dengan Noah lagi.Nick pun juga bingung kenapa Noah menghadiri acara pernikahannya."Ada yang tidak beres Nick," ujar Bara yang terus menatap pada Noah.Dimana pria itu juga berjalan menggunakan dua tongkat, karena memang mengalami patah tulang, dan yang Noah alami lebih serius di banding dengan Sasa sang istri."Kamu tetap berada disini, aku yang akan menghadapinya Nick."Bara segera meninggalkan sahabatnya, dan berjalan menuju dimana Noah berada. Yang datang tidak hanya seorang diri, tapi juga dengan Fred."Acara ini tidak di peruntukan untuk orang yang tidak punya hati sepertimu, lebih baik kamu pergi. Jangan sampai aku memanggil security untuk menarik kalian keluar dari sini." kata Bara ya
"Liza," ucap Nick ketika melihat seseorang yang Mela tunjuk. Dimana Vian sedang berbicang dengan Eliza, dan sepertinya perbincangan itu tidak seperti perbincangan biasa. "Iya mantan pacar kamu, kan?" "Sayang, jangan bicara tentang masa lalu." "Maaf, refleks Sayang." ucap Mela sambil mengukir senyum. "Kamu yang mengundang dia?" "Tidak." jawab Nick benar adanya. Karena memang dirinya tidak mengundang Eliza. Tapi entah dengan Bara atau sehabatnya yang lain. "Mungkin Bara yang mengundang dia, sayang." Namun, Mela tidak menimpali ucapan dari sang suami. Karena kedua matanya masih menatap pada Vian dan juga Eliza. Dimana keduanya bukan lagi sedang berbincang, tapi beralih mengambil bayi Vera yang sedari tadi bersama dengan sang perawat. Lalu menggodongnya bergantian, sambil memanjakan bayi itu. "Mungkin Vian yang mengundang Liza, sayang." kata Mela. Dirinya masih mengingat beberapa hari lalu, Vian menceritakan jika sedang dekat dengan seorang wanita, setelah mengalami kecelakaan motor
"Siapa suruh kamu makan!?"Bantingan piring keramik terdengar nyaring memenuhi seluruh sudut rumah sederhana, membuat Nikitamela, gadis yang baru saja kehilangan semua–nya mulai dari orang tersayang hingga kehidupan mewahnya, begitu terkejut dengan hal tersebut.Mela sapaan Nikitamela yang sedang duduk untuk menikmati makan malam setelah seharian pontang-panting mengurusi berbagai macam pekerjaan rumahan yang tiba-tiba dibebankan padanya oleh ibu tiri dan putrinya."Ma, aku lapar." Dengan nada gemetar, Mela menanggapi ucapan dari Mama Mira yang beberapa tahun belakangan ini menjadi mama tirinya."Aku tidak peduli!" sahut Mama Mira. Wanita setengah baya itu lantas menarik rambut Mela, membuat gadis itu sontak berdiri sembari memegangi rambutnya."Ma, sakit!" pekik Mela."Terserah! Yang jelas, kamu harus kerja dulu baru bisa makan!" tanpa belas kasihan, Mama Mira menarik rambut Mela dan membawa gadis itu ke luar rumah. "Di sini tidak ada yang gratis! Paham!?"Rasa sakit yang dirasakan
"Apa!?"Tentu saja Mela menolak mentah-mentah tawaran Madam. Ia pun ingin turun dari tempat tidur, meskipun dengan susah payah. Namun, gerakannya terhenti saat Madam menyentuh lengannya dengan lembut. "Pikirkan baik-baik," ucap wanita dengan riasan mencolok tersebut. "Dengan tubuh dan kecantikanmu, kamu pasti bisa langsung mendapatkan uang melimpah untuk membalas ibu tirimu yang semena-mena itu."Mela menoleh pada Madam setelah mendengar apa yang dikatakannya. "Tapi aku tidak mau menjual diri!" tegas Mela. "Aku mau melakukannya pertama kali dengan pria yang benar-benar kucintai."Seketika Madam di hadapan Mela memasang wajah sedih. Wanita itu mengelus rambut Mela dengan lembut. "Anak cantik," ucap wanita itu pelan. "Namun … kamu sudah tidak perawan."Sepasang mata Mela sontak membeliak, terkejut. Secara berangsur, ia bisa mengingat kejadian sebelum ia jatuh pingsan, bahwa ada segerombolan pria yang mengepungnya, dan mendengar salah satu pria mengatakan hal senonoh. "Aku menemukanmu
"Kamu bisa menyebutkan berapa harga yang kamu mau jika kamu berhasil melakukan misi ini."Mela terdiam. Setelah pengalamannya selama tiga tahun, Mela yakin dirinya mampu. Tanpa pikir panjang lagi, karena iming-iming uang yang cukup besar, akhirnya Mela mau menjalankan misi dari pria tua yang tadi membawanya, dimana pria tua tersebut, bernama pak Johan, dan dia adalah tangan kanan dari pria yang harus Mela goda, dimana pria itu impoten. Dan ini misi yang cukup sulit untuk Mela, tapi ia merasa tertantang dengan misi tersebut. "Temui Pak Nick Carson, di kamar nomor 135," ucap Pak Johan memberi tahu Mela, dimana ia harus menemui pria yang harus ia goda agar tidak lagi impoten. "Tenang saja, kamu tinggal pergi ke meja reservasi dan sebut namaku, nanti kamu akan mendapat kunci cadangan untuk kamar yang baru aku sebut," kata Pak Johan yang sudah menghentikan laju mobilnya tepat di depan sebuah lobi hotel bintang enam yang begitu megah. "Buat senjatanya bisa berdiri," "Baik, Pak," hanya it