Share

MISI

"Apa!?"

Tentu saja Mela menolak mentah-mentah tawaran Madam. Ia pun ingin turun dari tempat tidur, meskipun dengan susah payah. Namun, gerakannya terhenti saat Madam menyentuh lengannya dengan lembut.

"Pikirkan baik-baik," ucap wanita dengan riasan mencolok tersebut. "Dengan tubuh dan kecantikanmu, kamu pasti bisa langsung mendapatkan uang melimpah untuk membalas ibu tirimu yang semena-mena itu."

Mela menoleh pada Madam setelah mendengar apa yang dikatakannya.

"Tapi aku tidak mau menjual diri!" tegas Mela. "Aku mau melakukannya pertama kali dengan pria yang benar-benar kucintai."

Seketika Madam di hadapan Mela memasang wajah sedih. Wanita itu mengelus rambut Mela dengan lembut.

"Anak cantik," ucap wanita itu pelan. "Namun … kamu sudah tidak perawan."

Sepasang mata Mela sontak membeliak, terkejut. Secara berangsur, ia bisa mengingat kejadian sebelum ia jatuh pingsan, bahwa ada segerombolan pria yang mengepungnya, dan mendengar salah satu pria mengatakan hal senonoh.

"Aku menemukanmu di pinggir jalan, dalam keadaan yang menyedihkan," lanjut Madam kemudian dengan hati-hati.

Bulir air mata jatuh membasahi kedua pipi Mela, merasa kotor dengan keadaannya sekarang, yang sudah tidak perawan lagi.

Di sisi lain, Madam diam-diam merasa senang, karena Mela sudah percaya dengan ucapannya. Padahal saat ia menemukan Mela, gadis itu masih baik-baik saja.

Tapi dengan Mela percaya pada ucapannya, Madam yakin. Mela akan mudah diseret ke dunia malam. Dan membuat Madam semakin banyak mendapat pundi-pundi uang. Dengan menjual Mela yang masih perawan ke pria hidung belang berkantong tebal.

"Percuma menangis, semua sudah terjadi!" Kali ini, Madam berucap tegas. "Yang bisa kamu lakukan saat ini adalah, bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak. Agar kamu tidak lagi menderita seperti sekarang ini, ingat! Di dunia ini yang kamu butuhkan hanya uang, dan uang. Karena uang adalah segalanya."

Mela mendengar semua yang Madam katakan di sela-sela isak tangisnya dan ia juga membenarkan ucapan tersebut.

Mengingat lagi, kehidupan pahit yang ia alami sekarang, karena ia tidak memiliki uang. Berbeda saat sang ayah masih hidup dan bergelimang harta, hidupnya sangat sempurna.

Belum lagi … ya. Ia harus membalas ibu tirinya.

Wanita itulah yang membuatnya sengsara, kehilangan semuanya termasuk hal yang selama ini ia jaga dengan baik.

"Aku bisa memastikan, seratus juta bisa kamu dapatkan dalam semalam. Jika kamu mau menjadi wanita penghibur." Kata Madam yang kini beranjak dari duduknya. "Pikirkan tawaran ini baik-baik, kapan lagi kamu bisa mendapat uang yang cukup banyak dalam semalam, dengan keadaan kamu yang tidak perawan lagi,"

Mela perlahan menghentikan tangisnya, kemudian memanggil Madam yang ingin meninggalkannya, membuat wanita seksi itu diam-diam tersenyum.

"Tunggu!"

***

"Malam ini aku tidak ingin menghabiskan malam dengan siapa pun."

Wanita cantik itu berujar dengan fokus mata tetap ke arah layar ponsel di tangannya. Tiga tahun telah berlalu. Mela yang dulu polos dan awam dengan dunia luar ini menjelma menjadi sesosok wanita seksi dengan penampilan glamor usai ia terjun ke dunia malam.

Meski awalnya masih sedikit ragu, tapi usai uang mengalir ke kantongnya saat ia mendapatkan pelanggan pertamanya, Mela merasa ini benar jalannya.

"Aku belum mengatakan apa pun padamu, Mel," balas Madam, wanita yang Mela anggap sebagai seorang yang berjasa dalam hidupnya.

"Tidak perlu mengatakan apa pun padaku, aku sudah tahu tujuan Madam mendatangiku," sahut Mela. Ia tahu persis jika Madam mendatanginya, pasti ada pria hidung belang yang ingin menghabiskan malam dengannya.

Sebagai pelayan kelab yang kadang menerima klien, hal tersebut sudah terlampau biasa untuk Mela.

"Malam ini aku tidak ingin menghabiskan malam dengan siapa pun," ulang Mela lagi. "Madam tahu sendiri, baru seminggu lalu aku melayani pelanggan. Madam sendiri yang setuju agar aku memilih sendiri pelanggan yang kulayani dan tarif yang kuinginkan agar aku tetap menjadi produk eksklusif Madam."

Karena paling cepat, satu bulan sekali ia akan bermalam dengan pria hidung belang, itu pun jika pria itu wangi, tampan dengan tubuh atletis dan tentunya bayarannya harus tinggi.

Madam mengambil ponsel yang ada di tangan Mela, membuatnya mendengus kesal.

"Dia hanya mau denganmu, Anak Cantik," ucap Madam meskipun dengan lembut, Mela menangkap ada ketegasan yang tidak dapat dibantah di sana.

Mela mendengus. "Tunggu satu bulan lagi!"

"Dia mau malam ini juga dan dia bersedia membayar kamu dua kali lipat dari biasa yang kamu dapatkan."

Mendengar apa yang dikatakan oleh Madam, alis Mela terangkat. Heran.

"Dua kali lipat dari biasanya?" tanya Mela yang begitu tergiur dengan uang yang tidak sedikit baginya.

"Ya, dia juga bisa memberikan lebih dari itu, jika kamu mau melayaninya,"

"Benarkah?" tanya Mela yang langsung beranjak dari duduknya. "Di mana aku harus menemui pria itu?"

Dan untuk malam ini Mela akan dengan senang hati melayani pria yang berjanji memberi bayaran dua kali lipat dari biasanya. Kapan lagi ia bisa mendapat bayaran yang sungguh fantastis untuk semalam.

Madam pun, langsung memberi tahu di mana pria itu berada. Membuat Mela langsung menuju ruang VIP dimana pria itu sedang menunggu kedatangannya.

Mela yang baru saja memasuki ruang VIP yang diberi tahu oleh Madam, langsung mengumpat dalam hati, melihat sosok pria yang ada di ruangan tersebut.

Karena pria tersebut sangat jauh dari kriteria pria yang selama ini selalu menghabiskan malam dengannya, karena pria tersebut sudah tua, dengan kepala botak dan juga perut buncit.

"Sial, apa Madam lupa kriteria pria yang aku mau, dasar menyebalkan!" batin Mela sambil menatap pria yang kini beranjak dari duduknya ketika melihat kehadirannya. "Tapi, oke. Demi dua ratus juta…."

"Mela," Mela memperkenalkan diri kemudian.

"Iya," hanya itu ucapan yang keluar dari mulut pria tersebut, yang sudah tahu siapa Mela dari Madam yang tadi ia temui. Beberapa saat yang lalu, pria tersebut meminta wanita penghibur yang paling spesial, dan Madam langsung menunjukkan foto Mela.

"Apa kamu sudah siap?" tanya pria tersebut.

Mela mengangguk. "Tentu."

Mela tak lupa mengukir senyum, tapi senyum itu hilang ketika Mela ingin memeluk lengannya, tapi pria tersebut menjauh.

"Bukan aku yang harus kamu layani malam ini," ucap pria tua tersebut, membuat Mela mengernyit. Heran, tetapi juga lega.

"Maksud Anda?"

"Aku punya misi untuk kamu, jika kamu berhasil, lima ratus juta pun, akan aku berikan padamu,"

Mendengar uang yang sangat banyak, tentu saja membuat Mela tergiur, kapan lagi dalam semalam ia bisa mendapat lima ratus juta.

"Misi apa yang harus aku lakukan?"

"Menggoda pria impoten."

"Apa?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status