Share

Bab 0011

Saat Nathan berpikir bahwa ibunya di rumah memerlukan kecap, Nathan mempercepat langkahnya. Saat dia tiba di rumah, hari sudah mulai gelap. Nelson juga sudah pulang. Dia meletakkan sebuah kursi bambu di halaman dan sedang merokok dengan santai. Setelah berpikir sejenak, Nathan mengeluarkan sekotak rokok dan berjalan menghampiri Nelson sambil menawarkan sebatang rokok untuk ayahnya.

Tadi, Nathan terus berpikir sepanjang perjalanan. Dia tidak boleh hanya bergantung pada satu jalan. Shawn memiliki pendukung yang sangat kuat. Jika Marissa kalah dalam pertarungan ini, Nathan masih harus pergi mencari pekerjaan. Kalau tidak, dari mana dia harus mencari uang?

Nathan mengambil jurusan arsitektur, tetapi sekarang, dia tidak bisa menemukan perusahaan konstruksi yang layak tanpa relasi yang baik. Dia pun kembali memikirkan kebun buah yang tidak dijaga oleh siapa pun di Desa Kosar.

Saat Nelson melihat kotak rokok itu, dia menatap Nathan dengan tatapan heran. Rokok jenis ini jarang sekali dijual di desa, harganya puluhan ribu per kotak, jadi jarang ada yang mau membelinya. "Kamu ini, berapa penghasilanmu tiap bulan? Kamu bahkan lebih hebat dariku, ya! Coba katakan, apa maumu dariku?"

"Aku hanya menawarkan rokok ini pada para pemimpin di kelurahan, hanya ada sisa beberapa batang. Ayah, aku mau tanya. Berapa kira-kira tabungan keluarga kita?" Nathan melihat sekilas ke arah Linda yang sedang sibuk di dapur. Ibunya tidak boleh mendengar percakapan ini. Kalau tidak, ibunya pasti akan mengomel lagi.

"Kamu mau ngapain?" Nelson yang tadinya masih berbaring dengan santai seketika bangkit dan duduk. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Kamu juga sudah dewasa, jadi sudah harus tahu tentang hal-hal keluarga kita. Kalau dihitung dari uang yang aku dan ibumu dapatkan dari bertani, menjual biji-bijian dan menyewa tambak ikan, mungkin ada sekitar 100 juta."

"Setelah bertahun-tahun, hanya sedikit, ya?" Nathan merasa agak kecewa. Dia menghitung dalam benaknya, kira-kira ada tiga bukit di kebun buah di Desa Kosar. Bahkan jika tidak ada yang menjaganya, dia memerlukan setidaknya 60 juta untuk mengambil alih tempat itu.

Jika dia mengambil alih kebun itu, dia masih harus melakukan penjualan. Di sekolah, Nathan sering mendengar tentang penjualan di internet. Nathan juga ingin mempelajari hal itu, jadi dia harus memiliki sebuah komputer.

Pada masa sekolahnya, seorang temannya yang datang dari kota pernah membeli satu, dengan konfigurasi yang biasa-biasa saja, tetapi harganya juga sudah sekitar 10 juta. Jika dia melakukan promosi di internet, dia juga harus melakukannya di dunia nyata.

Jika Nathan menjalankan bisnis ini sendiri, dia harus menghitung biaya transportasi, mengundang tamu untuk makan, dia juga harus memberikan hadiah saat diperlukan. Dengan begitu, uang 100 juta tidak akan menghasilkan apa pun.

"Sedikit?" Nelson memelototi putranya dan berkata, "Coba kamu hitung uang sekolahmu selama tiga tahun, lalu biaya hidupmu di kampus, bukankah kamu harus pakai uang, ya? Dulu, aku dan ibumu sudah menyarankan agar kamu nggak pergi ke sekolah tinggi yang buruk itu, tapi kamu bersikeras mau pergi. Biaya kuliahmu enam juta per semester, ditambah lagi dengan biaya hidupmu di kamus, kamu hitung saja sendiri!"

"Baiklah, baiklah! Anggap saja aku nggak tanya!" Nathan tidak tahan mendengar omelan ayahnya. "Saat aku bekerja di kantor pemerintahan, aku pergi ke Desa Kosar. Sekarang, nggak ada yang merawat pegunungan yang penuh akan pohon buah di sana, buahnya juga nggak bisa dijual. Aku pikir, apakah aku harus pergi menyewa tempat itu dan menjual buahnya? Mungkin saja aku bisa dapat uang!"

"Kamu ini, jangan mimpi!" Entah sejak kapan, Linda sudah keluar dari dapur. Dia berkata, "Kalau kamu bisa mendapatkan uang dari sana, penduduk di Desa Kosar juga pasti sudah melakukannya dari awal! Nelson, menurutku, jangan lakukan hal ini. Selama beberapa tahun terakhir, Pak Fendi sudah bekerja sebagai tukang plester. Dengar-dengar, dia bisa mendapatkan 200-an ribu dalam sehari. Menurutku, saat Pak Fendi pulang, kita bisa memberinya dua ekor ikan mas yang besar dari kolam ikan kita dan juga beberapa bebek tua yang sudah kita pelihara selama empat tahun di rumah, agar dia bisa menerima Nathan sebagai muridnya ...."

"Belajar jadi tukang plester?" Begitu Nathan mendengar ucapan ibunya, dia langsung kehilangan minat. Jika dibandingkan dengan bertani, penghasilannya memang jauh lebih tinggi, tetapi pekerjaan itu melelahkan dan akan membuatnya terbakar karena sinar matahari.

"Memangnya kenapa kalau jadi tukang plester?" Linda memukul Nathan sambil berkata, "Dua ratus ribu sehari, dalam sebulan, selain kalau nggak bisa kerja karena hujan, kamu bisa mendapatkan setidaknya enam juta!"

"Nggak mau!" seru Nathan sambil mengambil botol kecap dan berjalan menuju dapur. Linda sudah memasak mi, Nathan pun mengambil mi di panci ke mangkuknya sendiri dan menuangkan sedikit kecap dan cabai ke minya, lalu pergi ke ruang utama untuk makan.

"Semuanya nggak mau, kamu mau apa? Sudah dewasa, tapi kamu mau hidup bergantung pada kami?" kata Linda sambil berjalan ke ruang utama sambil berkacak pinggang.

"Ibu, aku nggak bergantung pada kalian!" kata Nathan dengan santai. Jika dia mau mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dengan jujur, menjadi tukang plester memang merupakan jalan yang sangat bagus. Namun, Nathan tidak ingin bekerja sebagai tukang plester. Selama dia bekerja di kantor pemerintahan pun dia sudah didiskriminasi karena dia berasal dari desa.

Hari ini, di rumahnya Jasmine, harga dirinya juga sudah diinjak-injak oleh orang-orang yang meremehkannya. Nathan berpikir bahwa dia harus memulai bisnisnya sendiri untuk melampiaskan semua amarahnya hari ini. Lagi pula, perihal dia disiram dengan minuman ringan oleh Jasmine sepertinya akan menyebar ke telinga semua penduduk desa.

Linda menjulingkan matanya pada Nathan dan tidak lagi berbicara. Dia pergi mengambil mi di dapur, lalu duduk dengan Nelson di halaman untuk makan. Kemudian, setelah beres-beres, kedua orang ini pergi ke kamar mereka.

Nelson berpikir sejenak di atas ranjang, lalu berkata, "Sayang, bagaimana kalau kita berikan saja tabungan kita untuk Nathan? Sepertinya, hari ini, bocah itu dipermalukan. Sekarang, dia lagi menahan api amarah dalam hatinya, dia mau mendapatkan kembali harga dirinya!"

"Siapa yang mempermalukannya?" tanya Linda. Dia baru mandi, jadi dia hanya mengenakan sebuah singlet. Meskipun dia sudah berusia 40-an tahun, tubuhnya masih kencang.

Nelson langsung tersenyum licik sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh badan istrinya. Perhatian Linda seketika teralihkan. Dia pun menepis tangan suaminya yang kasar dan berkata, "Jangan berulah dulu! Aku lagi bertanya!"

"Tadi, dia pergi ke rumahnya Jasmine ...." Tadi siang, di ladang, Nelson mendengar beberapa kerabat Keluarga Gabriel membahas bahwa Nathan dikatai oleh teman-teman sekelasnya dan disiram dengan minuman oleh Jasmine.

"Aih, bocah ini memang baik, tapi dia picik," kata Linda. Mendengar cerita ini, dia merasa sedih. Siapa pun yang anaknya diperlakukan seperti ini oleh orang lain pasti tidak akan merasa senang.

"Tapi, tetap nggak boleh! Mencari uang itu nggak gampang! Dia bahkan belum cukup dewasa. Kamu nggak tahu, tapi aku pernah dengar. Pohon buah di Desa Kosar itu dari program pengentasan kemiskinan. Bahkan pemerintah kelurahan dan kecamatan juga sudah pergi membantu mencari cara penjualannya, tapi buahnya masih saja nggak terjual. Sehebat apa pun Nathan, memangnya dia bisa lebih hebat dari pemerintah? Kalau uangnya dipakai habis olehnya, semua usaha kita selama ini akan sia-sia. Biar kuperingatkan, jangan macam-macam!" kata Linda dengan suara kecil.

"Aku juga punya pemikiran yang sama, lihatlah kamu, kenapa cemas sekali?!" Nelson tersenyum menyeringai sambil melirik tubuhnya Linda. Kemudian, dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh tubuh istrinya, sedangkan tangannya yang lain sudah langsung melepaskan celana pendek yang dipakai Linda.

"Pelan-pelan .... Nathan ada di rumah ...." bisik Linda.

"Kamu takut apa?!" Napas Nelson terdengar kasar. "Aku sudah minum arak dari akar maca selama tiga bulan, mari kita lihat khasiatnya ...."

"Hmm ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status