Share

Bab 5 Bekerja Paruh Waktu

Saat Kevin masuk ke ruang kantor Alex karena ada pekerjaan yang harus dia laporkan, Shiera akhirnya baru bisa melarikan diri dari sana.

Alex melihat Shiera yang tunduk dan patuh saat berada di hadapannya, tetapi sehat dan energik saat berada di luar sana melalui kaca. Tanpa sadar, sudut bibirnya pun terangkat.

Kevin mengikuti pandangan Alex dan melihat Shiera yang sedang mencari sesuatu dengan terburu-buru.

Dalam hatinya berpikir, Shiera benar-benar ceroboh seperti biasanya.

Dia lalu menoleh dan menyerahkan sebuah amplop pada Alex dan berkata, “Pak Alex, sudah bisa dipastikan kalau Nyonyalah yang menyuruh orang untuk memasukkan obat tersebut.”

Saat dia baru saja melontarkan kata-kata tersebut, dia mendengar ada bunyi suara telepon.

Kevin menundukkan kepalanya dan melihat ada sebuah ponsel dengan bingkai kristal, jelas terlihat kalau itu bukan milik Alex.

Seketika itu, dia langsung tahu apa yang sedang dicari oleh Shiera.

Shiera ingin mengirim pesan pada Rachel dan mengatakan padanya kalau pekerjaannya sudah selesai, tetapi akhirnya, dia baru sadar kalau ponselnya ada di ruang kantor Alex.

Mau tidak mau, dia dengan terpaksa kembali ke kantornya untuk mencari ponselnya.

Namun, begitu dia berdiri di depan pintu ruang kantornya, dia mendengar Alex berkata dengan nada dingin, “Bagaimana dengan wanita itu?”

Shiera yang baru saja mau mengetuk pintu kantornya langsung diam membeku di tempat.

Ternyata, mereka masih mencari wanita malam itu!

Suara Kevin kembali terdengar, “Sepertinya Nyonya mau Anda menikah dengan orang pilihannya, jadi wanita itu pasti sudah disembunyikan olehnya!”

“Ha! Orang pilihannya?” Suara Alex terdengar semakin dingin.

Selanjutnya, yang terdengar hanya suara Alex yang dingin dan datar, “Dalam satu bulan, cepat temukan wanita itu! Kalau ada masalah, segera tangani dengan bersih.”

“Baik!” jawab Kevin dengan dingin.

Wajah Shiera langsung pucat begitu mendengar perkataannya, tidak ada yang tahu arti kata 'bersihkan' lebih baik dari dia.

Dari percakapan mereka, dia semakin yakin kalau hidupnya pasti akan berakhir dengan tragis kalau sampai mereka menemukannya.

Saat Kevin membuka pintu, dia melihat Shiera dan berkata, “Shiera?”

“Halo, Pak Kevin.”

Shiera segera membuang emosinya dan dengan hormat menyapanya.

Namun, saat ini, hatinya sudah sangat kacau seperti kuda liar yang menggila.

Kevin menatap wajahnya dan bertanya, "Apakah kamu sedang sakit? Mengapa wajahmu begitu pucat?”

“Aku sedikit demam,” ucap Shiera dengan gugup.

Kevin menganggukkan kepalanya, dia langsung pergi setelah menyuruh Shiera pergi ke klinik.

Karena pintu kantor Presiden direkturnya sedang terbuka lebar, Shiera bisa langsung melihat ponselnya di atas meja.

Dengan kedua kaki yang gemetaran, dia pun masuk ke kantor dan berkata, “Maaf Pak Alex, aku lupa mengambil ponselku.”

Selesai bicara, Shiera pun mengulurkan tangannya dan hendak mengambil ponselnya.

Namun Alex sudah terlebih dahulu mengambil ponselnya. Di saat dia masih merasa bingung, Alex sudah menekan layar ponselnya dan melemparnya ke hadapannya.

“Shiera, apakah ada hal yang ingin kamu katakan padaku?” ucap Alex dengan suara rendah.

Tadinya, wajah Shiera memang sudah sangat pucat, sekarang, begitu mendengar perkataannya, jantungnya hampir saja melompat keluar.

Terutama saat dia melihat pesan dari Rachel yang muncul di layar ponselnya yang berisi [Kenapa kerjaanmu belum selesai, apakah kamu ditahan oleh Pak Alex?].

Kata-kata setelah 'ditahan Pak Alex' hilang begitu saja karena saturasi layar.

Namun kata ‘ditahan’ tersebut langsung membuat kepala Shiera hampir meledak!

Shiera menatap Alex dengan tegang, begitu juga sebaliknya, pria itu lalu berkata, “Apa yang kamu lakukan hingga aku harus menahanmu?” Suaranya terdengar sangat dingin.

Saat ini, napas Shiera jadi semakin berat, dia lalu berkata dengan ketakutan, "Tidak, bukan begitu Pak Alex!”

Bibirnya gemetaran, dia hampir tidak bisa mendengar suaranya sendiri.

Apalagi saat dia teringat dengan percakapan antara Alex dan Kevin barusan, pikirannya jadi semakin bingung dan kacau.

Alex menatapnya dalam diam, dia jelas ingin mendapatkan penjelasan yang masuk akal darinya.

Shiera menahan tubuhnya yang lemas, dia menutup matanya dan menundukkan kepalanya. “Pak Alex, aku tahu aku sudah bersalah!”

“Oh? Kamu begitu rajin dan teliti dalam bekerja, kesalahan apa yang telah kamu lakukan?”

Mendapat pujian dari pria yang selalu menjunjung tinggi kata-katanya seperti emas dan jarang sekali memuji karyawan seperti ini, seolah seperti mendengar doa kematian darinya.

Di saat dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskanya, pesan Rachel kembali masuk [Kenapa kamu tidak bicara? Apakah Pak Alex sudah mengetahuinya ….]

Kata-kata setelah “mengetahuinya” juga hilang karena saturasi layar!

Pertama-tama muncul kata menahan, lalu mengetahuinya! Kemudian lagi dan lagi, ada banyak sekali informasi yang muncul!

Wajah Shiera semakin pucat, napasnya juga semakin memburu.

Dia berusaha mengangkat kelopak matanya dan bertemu pandang dengan tatapan tajam pria tersebut, kemudian berkata, “Saya bekerja paruh waktu saat liburan.”

“Apa?”

Shiera mengangkat alisnya, ada ketidakpastian yang melintas di matanya.

Dia mengepalkan tangannya erat-erat hingga kukunya hampir menancap di telapak tangannya dan memaksakan dirinya agar tetap tenang.

“Pak Alex, kerjaan sampingan yang aku ambil tidak ada hubungannya dengan perusahaan, aku jamin tidak akan merugikan kepentingan perusahaan.”

Shiera adalah asisten Presiden Direktur dari Grup Blackthorne, tetapi pada saat yang sama, dia juga adalah seorang pelukis relief.

Pada prinsipnya, perusahaan tidak mengizinkan karyawannya untuk bekerja paruh waktu di tempat lain.

Namun saat ini, bagi Shiera, pekerjaan paruh waktu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang terjadi malam itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status