Bukan hal mudah bagi Veronica Prawira memulai hidup baru di kota yang baru. Dia sengaja meninggalkan kota asalnya ingin melupakan tragedi kehilangan suami dan anak semata wayangnya karena kecelakaan. Tidak disangka, dia bertemu rekan bisnis, CEO yang berkharisma, baik hati, dan penuh pesona. Sayangnya, Georgio Hendrick, duda beranak tiga yang dingin. Julukan CEO Sedingin Kulkas yang disematkan pada pria itu tampaknya memang tepat. Apa daya, hati Veronica perlahan luluh karena sang CEO membuat Veronica nyaman dengan usaha dan kehidupan baru yang dia jalani. Di sisi lain, Veronica tanpa sengaja bertemu gadis remaja yang sangat mirip dengan mendiang putrinya. Mereka kemudian menjadi dekat dan gadis ceria, Maureen, meminta agar Veronica bersedia menjadi ibu sambungnya, karena ibu Maureen telah meninggal sejak dia berusia 9 tahun. Veronica diambang kebingungan. Dia mulai dekat dengan CEO dingin yang mampu menawan hatinya, tetapi dia pun ingin menjadi ibu baru bagi Maureen yang seolah membawa mendiang putrinyan kembali. Bagaimana cerita akhir dari perjalanan Veronica? Langsung saja, ikuti kisah Keluarga Hendrick dalam Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas.
View MoreSeandainya bisa, Gio ingin menghilang dan langsung muncul lagi di depan distro. Dia tidak sabar untuk bertemu Veronica dan bicara dengannya. “Jadi, Veronica minta putus setelah mendapat kiriman foto-foto dari Shiany? Lalu dia mau membuka hatinya pada Jodi karena berpikir aku hanya menipunya? Gila! Shiany ternyata benar-benar gila,” kata Gio geram. Jalanan masih lumayan padat, Gio tidak bisa meluncur dengan cepat seperti yang dia harapkan. Kesal rasanya dan perjalanan pun terasa sangat lambat. “Ayo, cepat cepat …” ucap Gio gusar. Setelah bergelut dengan penuhnya lalu lintas, akhirnya Gio berhasil masuk ke jalanan perumahan. Beberapa menit lagi, dia akan sampai di distro. Dada Gio mulai berdetak sangat kuat. Wajah cantik Veronica mulai terpampang di pikirannya. Dia rindu, sangat rindu pada Veronica. Tapi rasa marah dan kecewa menutupi semuanya. Distro tampak cukpu ramai. Padahal sudah hampir jam delapan malam. Gio tidak begitu memperhatikan. Dia memarkir mobil dan dengan cepat masu
Gio melihat sekelilingnya. Beberapa pegawai yang pulang lambat memperhatikan dia dan Shiany. Sangat tidak bagus mereka melihat Gio dengan seorang wanita yang sedang menangis. Lebih baik Gio mengajak Shiany pergi dan mencari tempat untuk menenangkan dirinya. “Bu Shiany, kita pergi. Jangan menangis di sini,” kata Gio. “Aku bingung, Pak. Aku harus gimana.” Shiany menyahut tapi tidak membuka tangannya. “Oke. Kita pergi ke tempat yang kamu maksud,” ujar Gio dengan berat hati. “Sungguh? Pak Gio mau ikut denganku?” Shiany membuka kedua tangannya. Wajahnay basah dengan air mata. Sorotan sedih tampak di sana. “Ya, ayo.” Gio makin tidak enak beberapa orang terus memperhatikan dia dan Shiany. Gio cepat masuk ke mobil. Shiany pun beranjak, masuk ke dalam mobilnya sendiri. Di dalam mobil dia menghapus air matanya dengan tisu. Senyumnya melebar. “Berhasil. Aku tidak akan berbuat kebodohan kali ini. Lihat saja, Pak Gio, tinggal sedikit lagi kamu akan takluk sama aku,” kata Shiany dengan senyu
“Sekarang waktunya makan.” Maureen berkata dengan mata setengah melotot pada kakaknya."Suapin," jawab Felipe dengan gaya dibuat-buat."Ih, manja!" Maureen gemes rasanya dengan tingkah Felipe."Katanya ga boleh ngapa-ngapain," ujar Felipe beralasan."Pintar memanfaatkan suasana," Maureen menggeleng-geleng."Biar aku yang suapin, Reen," kata Randy."Oya, bagus. Terima kasih banyak mau membantu kakakku." Maureen minggir dan mempersilan Randy yang membantu Felipe.“Yaaa, Reen …” Felipe pura-pura kecewa.“Aku ada urusan lain. Selamat makan!” Maureen berjalan keluar kamar.Randy dan Felipe tertawa."Kamu tega ya sama adikmu." Randy geleng-geleng. Felipe kembali tertawa.“Dia gemesin kalau kesal. Hehehe …” ujar Felipe.Lalu dia melihat pada nampan di atas meja."Sini, piringnya, aku makan sendiri," pinta Felipe.Randy mengambil nampan dengan piring di atasnya dan memberikannya pada Felipe. Felipe menerimanya ditaruhnya di pangkuannya. Lalu dia mulai makan.“Kamu camping biasa sama siapa?” t
"Tunggu dulu! Ini waktunya aku pergi. Adegan selanjutnya ga perlu pemain figuran, kan?" Maureen berdiri dan langsung berjalan keluar kamar. "Hee ... hee ..." Felipe terkekeh mendengar kata-kata adiknya. Maureen tidak menutup pintu, dia biarkan terbuka. "Biasanya papa ga kasih teman lawan jenis masuk kamar. Tapi kali ini terpaksa, Wuri. Soalnya aku ga boleh ngapa-ngapain. Harus bedrest," kata Felipe. "Om Gio ga akan marah? Tante Ve?" tanya Wuri. "Udah diijinkan. Ini kasus khusus," jawab Felipe. Wuri tersenyum. Masih canggung rasanya hanya berdua dengan Felipe di dalam kamar seperti itu. Felipe memandang Wuri. Semakin hari Wuri semakin berbeda. Percaya diri dan terlihat berani dengan orang lain. "Kamu cantik." Felipe spontan mengucapkan itu. Tapi dia serius. Wuri tersenyum dengan hati berdebar mendapat pujian dari Felipe dan tidak tahu harus bereaksi bagaimana. "Apa yang terasa sakit?" tanya Wuri. Dia mengalihkan situasi, tidak mau Felipe fokus dengan dirinya. "Perut, karena b
Naik ke lantai 3, duduk di sofa, tangis Veronica meledak. Dia tengkurap di atas sofa dengan kepala menelungkup pada bantal. Sedih, sangat sedih. Tidak terbayang, sebuah hubungan yang manis, pernikahan yang akan segera dia lewati, dan keluarga bahagia yang akan dia rengkuh, lenyap begitu saja. Gio mempermainkannya, sebaliknya Gio pun menilai yang sama. "Tuhan ... kenapa begini? Aku ... aku ..." Veronica bahkan tidak bisa berkata-kata. Hanya menangis dan menangis, entah berapa lama. Dalam hati dia tidak rela melepas kebahagiaan yang harusnya segera jadi bagian hidupnya. Anak-anak Gio sangat erat mengikat dirinya. Mendengar Felipe sakit, Veronica tidak bisa menunda, dia mau melihat dan merawatnya. Tetapi, saat bertemu Gio, dia hanya menjadi pengganggu. Gio kembali memakai sisi dirinya sebagai CEO dingin seperti kulkas lagi. Dia sama sekali tidak mau mendengar Veronica. Tanpa Gio sadari, justru dia yang lebih dulu menyakiti Veronica dengan diam-diam. Mengapa keadaan malah sebaliknya di
Gio meninggalkan mal. Marah dan kecewa membalut seluruh hatinya. Dia ternyata salah mengira pada Veronica. Wanita itu tidak sungguh-sungguh sayang padanya. Selama ini mungkin karena dia lebih dulu mendekat, makanya Veronica membuka hati.Begitu ada yang lain datang, dia punya pilihan yang berbeda. Bisa jadi Jodi lebih menarik dan muda. Lebih bisa memahami Veronica. "It:s fine. Tidak apa-apa. Semua selesai. Aku akan fokus pada anak-anak. Mereka kebahagiaanku. Keinginan bersama yang lain, kurasa hanya sesaat. Aku pasti akan baik-baik saja." Gio memutuskan dia tidak akan menanyakan apapun tentang urusan hati pada Veronica.Setelah ini, urusan kerja pun akan Gio serahkan pada pegawainya, tidak perlu Gio ikut campur."Maafkan aku, Vicky. Aku ingin menggantikan kamu dengan yang lain. Ternyata tidak ada yang seperti kamu, tulus sayang padaku." Hati Gio berbisik.Gio terus membawa kendaraannya kembali pulang. Dia akan melihat seperti apa kondisi Felipe. Dia berharap sudah mulai stabil. Gio m
Felipe sudah bisa tidur nyenyak. Suhu tubuhnya mulai normal. Gio lega. Rencananya menemui Veronica tidak boleh ditunda.Dia berpamitan pada Reggy dan Maureen jika dia ada urusan dan mungkin agak lama. Tetapi jika ada apa-apa dengan Felipe harus cepat memberi kabar. Lalu Gio bergegas menuju distro. Hari sudah lewat jam tujuh malam dan distro tampak ramai. Gio masuk dan mendekati Lusi yang ada di kasir, sedang Titin tengah melayani pengunjung yang datang.*Pak Gio? Mbak Vero ga di rumah. Aku kira keluar dengan Pak Gio." Lusi bicara dengan wajah sedikit heran."Oh? Dia bilang ke mana?" tanya Gio."Ngga, Pak. Cuma bilang ada perlu keluar. Ga bilang juga kapan balik," jawab Lusi."Oke. Thanks, Lusi." Gio berbalik lalu keluar distro. Gio masuk ke dalam mobil, tapi tidak segera meninggalkan tempat. Dia berpikir apa yang terjadi. Aneh sekali tiba-tiba Veronica meminta putus.Pahadal persiapan pernikahan sudah dimulai. Gio sudah bertemu keluarga Veronica dan semua mendukung, siap hadir saat a
Tangan Veronica masih gemetar. Dia mencoba mengetik pesan pada Gio ingin mengakhiri hubungan mereka. Tetapi karena marah, kecewa, dan panik, tangan Veronica beberapa kali salah memencet huruf. Beberapa kali Veronica harus memperbaiki lagi kata-kata yang sudah dia ketik.Lalu Veronica membaca ulang pesan yang siap dikirim itu. Hati Veronica berdebar-debar tidak karuan. Nafasnya pun naik turun karena belum bisa mengontrol emosi."Apa ini sudah oke? Apa kalimat ini tepat?" Sekali lagi Veronica membacanya. Hatinya terasa berat. Tidak bisa dia pungkiri, dia memang cinta Gi. Dia juga cinta anak-anak Gio. Bersama mereka, Veronica menemukan keluarga yang sudah tidak dia miliki lagi. Di tengah-tengah anak-anak itu, Veronica merasa sangat berarti sebagai seorang wanita dan seorang ibu. Apalagi mengingat dirinya yang tidak mungkin bisa memiliki anak, bersama Gio, tiga anak yang luar biasa hadir dalam hidupnya. "Tapi ... aku ga bisa. Kalau hanya dimanfaatkan untuk anak-anaknya, tapi aku, dia tid
"Tidak bisa begitu, Gio. Proyek ini harus dikerjakan oleh tangan yang tepat. Sudah hampir satu bulan berjalan, gimana ceritanya kamu mau mundur?" Nelson menatap galak pada Gio. Dia sangat kaget Gio minta diganti posisinya sebagai wakil perusahaan menjadi tim dalam proyek bersama di kota. Tindak lanjut dari pertemuan di Surabaya yang lalu."Kali ini aku tidak akan terbujuk untuk mengalah. Situasiku sedang baik dan tidak baik. Tentu aku akan memilih yang baik dan menyingkirkan yang tidak baik." Gio mencoba memberi Nelson pengertian."Kamu bisa tidak ngomong yang lebih simple? Kayak mau kasih teka teki saja." Nelson mengerutkan kening sambil melipat kedua tangannya.Sepertinya Gio memang harus blak-blakan mengatakan apa yang terjadi. Mudah-mudahan dengan begitu Nelson akan menerima permintaan Gio."Aku sudah punya pasangan, Pak Nelson. Aku serius dengan dia. Aku tidak mau ada gangguan apapun." Gio mulai menjelaskan. "Pak Nelson kenal Bu Shiany, bukan? Dia mendekati aku. Makin berani. Dan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.