Share

BAB 6 FERRO ALEXANDER

Di sebuah perusahaan besar yang berpusat di Indonesia, Seorang pria yang sangat tampan tapi dingin dan tak tersentuh, di gilai banyak wanita tapi tidak ada satupun yang bisa menaklukan pria tampan ini. Dia sangat anti kepada wanita yang berani menggodanya. Usianya sudah 28 tahun tapi dia masih saja sendiri.

Dia tidak pernah menjalin hubungan bahkan dekatpun dengan seorang wanita juga dia tidak berminat sekali. Dia adalah Ferro Alexander menjabat sebagai Ceo di perusahaannya yaitu Horace Group perusahaan yang besar di negara ini yang bergerak dalam berbagai bidang yaitu teknologi, industri, perdagangan dan perhotelan. Dia adalah orang terkaya di negara ini.

TOK

TOK

"Masuk" ucap pria tampan yang duduk dikursi kebesarannya sambil membaca berkas.

"Tuan 10 menit lagi rapat akan di mulai" ucap asisten nya, Hedy.

"Hmmm" balas deheman Ferro, Lalu membereskan berkasnya dan beranjak keluar dari ruangannya menuju ruangan rapat.

"Tuan" ucap sekertaris Ferro, menunduk ketika melihat atasannya keluar dari ruangan. Setelah itu dia mengikutinya masuk dalam ruangan rapat.

Setelah masuk, ruangan yang tadi di penuh candaan dengan para kepala divisi menjadi tenang ketika Ferro memasuki ruangan. Seketika mereka semua berdiri dan menunduk hormat. Ferro langsung duduk di kursinya.

"Presentasikan laporan kalian masing-masing" ucap Ferro dengan tegas, begitulah dia saat menghadapi karyawannya.

Ferro memperhatikan satu-satu orang yang ada di ruangan rapat dengan tatapan tajam sehingga membuat semua orang merinding. Begitupula dengan manager keuangan yang gilirannya mempresentasikan membuat dia bergetar ketakutan.

Ferro memang sangat tegas dan kejam ketika ada kesalahan terjadi membuat tidak ada satupun yang berani bermacam-macam kepadanya.

"Baiklah, sekarang laporkan apa ada kendala atau masalah yang kalian hadapi ?" ucap Ferro lagi dengan tegas.

Beberapa karyawan membeberkan masalah yang mereka hadapi walaupun itu hanya masalah kecil karena Ferro memang menyuruh karyawannya memberitahunya sedetail mungkin apa yang terjadi dalam perusahaan.

"Maaf sebelumnya Tuan, saya ingin memberitahukan ada klien dari Singapura dari perusahaan Chiragh Company, Mereka memesan bahan kain melebihi yang biasa mereka pesan Tuan" ucap manager marketing.

"Cukupkan yang mereka pesan" jawab Ferro.

"Kain yang kita produksi tidak mencukupi pesanan mereka tuan." ucap lagi manager marketing.

"Berapa persen penambahan pesanan mereka ?" tanya Ferro yang penasaran berapa persen penambahan pesanan mereka sedangkan pabriknya memproduksi sekali dengan jumlah yang banyak.

"50 persen Tuan"

"Wah sungguh hebat" ucap Ferro yang memuji, membuat para peserta rapat juga terkejut dengan pemesanan dari perusahaan Chiragh Company.

"Manager produksi ? Pergilah ke pabrik sampaikan kepada mereka untuk produksi kain 2x lipat dari yang mereka buat" ucap Ferro kepada Manager produksi.

"Baik tuan" jawab Manager produksi.

Beberapa menit kemudian rapat selesai, Ferro keluar dari ruangan di ikuti oleh asisten dan sekertarisnya. Begitupun dengan peserta rapat mereka juga keluar sambil mengobrol.

"Bukankah Ceo Chiragh Company seorang wanita ?"

"Yang aku dengar juga begitu, dia sangat cantik dan menawan"

"Eh dia juga masih muda"

"Aku penasaran seperti apa wajahnya, katanya tidak ada yang tau kecuali karyawannya"

Itulah yang mereka bahas. Telinga Ferro sempat mendengarnya lalu mengabaikannya.

"Apa jadwal aku selanjutnya ?" tanya Ferro ketika memasuki ruangannya.

"Untuk siang ini tidak ada Tuan, tapi jam 3 nanti ada rapat di sebuah restoran dengan klien Tuan." jawab sekertaris Ferro, Dina.

"Baiklah, Hedy kita pulang ke mansion mommy sebentar" ucap Ferro berdiri mengenakan jasnya kembali.

"Baik tuan" jawab Hedy, Mengikuti Ferro keluar dari ruangan begitupun dengan sekertarisnya Dina kembali ke mejanya.

Di tempat lain. Hari ini adalah hari berangkatnya Azela ke Indonesia.

"Kakek nenek, Aku berangkat dulu" ucap Azela sambil memeluk kakek dan neneknya.

"Hati-hati sayang" ucap Nada.

"Jika terjadi sesuatu disana kabari kakek ya sayang" ucap juga Smit.

"Iya kek" jawab Azela dengan tersenyum.

"Kamu tidak mengajak asistenmu untuk menemanimu sayang ?" tanya Nada yang tahu Azela berangkat sendiri.

"Aku sendiri saja nek, mereka aku suruh menghandel perusahaan dan butik." jawab Azela.

"Sampai disana juga nanti aku ada asisten kok nek" lanjut Azela yang tau neneknya mencemaskan dirinya berangkat sendiri, Padahal sudah biasa bagi Azela.

"Ya sudah ketika tiba nanti jangan lupa kabari kami" ucap Nada.

"Iya, dah nek kek" ucap Azela pamit dengan melambaikan tangannya sambil masuk ke dalam mobil.

Setelah sampai di bandara Azela langsung masuk di jet pribadi kakeknya, karena Smit mengharuskan Azela berangkat menggunakan jet pribadi.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh dari Singapura ke Indonesia akhirnya Azela sampai. Azela menggunakan taksi menuju apertemennya. Apertemen yang dia beli sewaktu dia berumur 20 tahun ketika dia mulai mengambil ahli butik dan restoran mommynya.

Tiba-tiba di jalan terjadi penembakan. Mobil di depannya di tembak terus oleh mobil di sampingnya.

"Nona terjadi penembakan di depan, apa kita berhenti dulu Nona ?" tanya supir taksi.

"Jangan pak, jalan saja" jawab Azela masih memperhatikan mobil di depan.

"Tapi Nona ini bahaya" ucap supir taksi lagi.

"Dia hanya menyerang mobil di depan kita pak. Bapak bisa melihatnya sendiri kan. Jadi kita tetap jalan saja tapi pelan-pelan" ucap Azela.

"Baik Nona." jawab supir taksi yang sebenarnya sudah mulai ketakutan.

Mobil depan masih di tembak membuat mobil di depan oleng. Tiba-tiba seseorang melompat keluar arah samping kiri sehingga mobil di samping kanan tidak melihatnya. Orang itu berguling-guling ke rumput.

"Pak berhenti" ucap Azela tiba-tiba.

"Untuk apa Nona ? Kalau untuk menolong orang itu jangan Nona, mungkin dia seorang teroris yang sedang di kejar" ucap supir taksi yang tak ingin mengabil resiko.

"Berhenti saja pak"

Akhirnya supir taksi mengalah. Azela menghampiri orang tersebut. Setelah dekat orang itu sudah tidak sadarkan diri dan terdapat luka penembakan di daerah lengannya.

"Pak tolong" panggil Azela kepada supir taksi.

"Kita bawa ke rumah sakit. Cepat pak angkat dia" ucap Azela lagi membuat supir taksi mau tidak mau mengangkatnya kedalam mobil dan dibaringkan dipaha Azela.

Mobil menuju rumah sakit. Di perjalanan tiba-tiba pria yang di tolong Azela itu bangun dan melihat Azela.

"T-olong ja-ngan bawa aku ke rumah sa-kit" ucap pria tersebut.

"Tapi lenganmu tertembak" ucap Azela dengan heran.

"To-long jangan" ucap lagi pria itu dan langsung pingsan kembali, Membuat Azela pasrah mengikuti perkataannya.

"Kita menuju ke alamat di awal pak, tidak usah kerumah sakit" ucap Azela kepada supir taksi.

"Baik Nona" jawab supir taksi.

Setelah 15 menit kemudian kini mereka sudah sampai di apertemen Azela, supir taksi dan penjaga apertemen membawa pria itu masuk ke apertemen Azela.

"Makasih ya pak, dan ini" ucap Azela memberikan uang taksi yang sudah membantunya membawa orang itu ke dalam apertemennya.

"Makasih Nona, saya permisi" ucap supir taksi lalu berlalu, dia sebenarnya heran kenapa bukan dibawah ke rumah sakit tapi karena tidak ingin ikut campur supir taksi itu diam saja.

Azela kemudian masuk ke dalam kamar sambil membawa kotak P3K dan sebaskom air.

Dia masih pingsan.

Lalu Azela menggulung lengan baju pria itu. Di bersihkannya darah yang menempel di sela-sela yang di tembak. Peluru masih tertancap di lengannya, Azela meringis melihatnya.

Bagaimana ini, peluru itu harus di keluarkan segera.

Saat masih mengelap darah. Tiba-tiba pria tersebut bangun.

"Aakkhh" ringisnya, dengan perlahan membuka matanya.

"Hemm maaf aku hanya membersihkannya" ucap Azela spontan berhenti.

Pria tersebut melihat Azela, sejenak dia diam, ada kekaguman dalam dirinya saat melihat Azela.

"Tolong cabut pelurunya" pinta pria itu yang tak lain Ferro Alexander.

"Bagaimana caranya ?" tanya Azela, karena memang dia tidak pernah melakukan itu.

"Apa ada pinset di kotak P3K ?" tanya Ferro.

"Ada, tunggu sebentar" Azela lalu mengambil pinset dalam kotak P3K.

"Ini" Azela memperlihatkan pinset itu pada Ferro.

"Cabut pelan-pelan, ketika sudah mulai bisa terangkat langsung tarik dengan paksa" beritahu Ferro.

Dengan ragu Azela mencabut peluru itu, ketika sudah bisa di tarik seperti yang di katakan Ferro, Azela langsung menariknya keluar dengan paksa.

"Aaaakkkkhhhh" teriak Ferro setelah peluru itu keluar.

"Hemmm akhirnya, tahan sebentar, aku membersihkannya dulu baru membalutnya" ucap Azela merasa lega karena bisa melakukan itu.

Ferro kembali menutup matanya, dia mau tidur, sakit dilengannya bertambah dan dia juga lelah karena pekerjaannya. Sedangkan Azela, setelah membalutnya dan melihat Ferro tidur, dia berjalan keluar kamar.

1 jam kemudian, Ferro bangun dari tidurnya, dia menyenderkan kepalanya di sandaran ranjang sambil melihat sekeliling kamar.

Mana wanita itu.

CEKLEK

"Kamu sudah bangun, ini aku buatkan makanan" ucap Azela lalu menyimpan makanan di atas meja nakas.

Ferro hanya diam melihatnya.

"Aku keluar dulu, tolong dimakan agar kamu bisa cepat sembuh" ucap lagi Azela. Membuat Ferro merasakan perasaan aneh dalam dirinya tiba-tiba.

Setelah Azela keluar, Ferro melirik makanan di atas meja dan mengambilnya.

Aku sangat lapar, gara-gara penembakan itu aku jadi kelaparan.

Sangat enak.

Setelah makan Ferro mengeluarkan ponselnya dari balik celananya.

"Halo Tuan, apa Tuan baik-baik saja ?" jawab Hedy, dia berada di rumah sakit memeriksa lukanya.

"Aku baik-baik saja, kamu dimana ?" tanya Ferro.

"Saya berada di rumah sakit Tuan, apa sekarang Tuan mau di jemput ? Tuan berada dimana ?" cecar Hedy.

"Periksa lukamu setelah itu jemput aku, nanti aku kirimkan alamatnya" jawab Ferro, lalu langsung mematikan sambungan telpon.

Sedangkan di luar Azela lagi makan karena peristiwa tadi dia juga belum makan. Setelah makan dan mencuci piringnya Azela kembali ke dalam kamarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status