Share

BAB 7 BERTEMU RENA

Hedy datang ke apertemen yang Ferro kirimkan alamatnya untuk menjemputnya, namun saat Ferro dan Hedy ingin pergi, Ferro tidak melihat Azela dan mengira Azela berada di dalam kamarnya. Ferro memilih menunggu sebentar, dia ingin pamit dan berterima kasih telah menolongnya.

"Tuan apa kita pergi sekarang ?" tanya Hedy.

"Tidak, kita tunggu wanita itu keluar, dia sudah menyelamatkanku" jawab Ferro.

Setelah 1 jam menunggu, pintu kamar Azela terbuka dan Azela keluar dari sana. Dia baru bangun dari tidurnya, melihat orang asing di apertemennya dia berteriak.

"Siapa kau ?" tanya Azela sambil menunjuk Hedy.

"Dia asistenku" jawab Ferro berbalik ke arah Azela.

"Oh" hanya itu yang Azela balas, lalu dia ingin berjalan menuju dapur namun langkahnya terhenti saat mendengar perkataan Ferro.

"Aku akan pergi sekarang, terima kasih telah membantuku" ucap Ferro.

Azela hanya menganggukkan kepala. Ferro berjalan mendekat, membuat Azela mengerutkan keningnya.

Katanya mau pergi, malah mendekat, mau apa dia ?

Ferro semakin dekat, memperhatikan Azela yang membuatnya terpesona pertama kali. Memperhatikan seorang wanita, dari matanya, hidung yang mancung dan bibirnya yang sedikit tebal.

"Kamu mau apa ?" tanya Azela ketika Ferro sudah di depannya.

"Ini kartu namaku, jika butuh sesuatu kamu bisa katakan padaku sebagai balas budiku" ucap Ferro memberikan kartu namanya dan masih memperhatikan wajah Azela.

Azela mengambilnya dan melihatnya.

"Aku pergi" ucap Ferro lalu berbalik badan menuju pintu keluar apertemen, di ikuti Hedy di belakangnya.

Dia Ferro Alexander, wah aku menyelamatkan orang nomor 1 di negara ini.

Setelah melihat Ferro dan asistennya benar menghilang di balik pintu, Azela pun kembali melanjutkan langkahnya ke dapur, tapi sebelum itu dia menyimpan kartu nama Ferro di atas meja begitu saja.

**

"Cepat selidiki kejadian tadi" ucap Ferro dengan dingin, dia tidak bisa melukan saja kejadian tadi, jika dia tidak lolos dari penembakan itu dan di selamatkan wanita tadi, mungkin Ferro tidak akan seperti sekarang ini.

"Baik Tuan" jawab Hedy.

Selama perjalanan menuju pulang ke mansion, Ferro kembali teringat dengan wajah Azela, Tiba-tiba dia tersenyum.

Sangat cantik.

Hedy yang melihat Tuannya di balik kaca mematung melihat Tuannya tersenyum. Ini pertama kali dia melihat tersenyum tanpa keberadaan orang tuanya di sampingnya.

Apa karena wanita itu Tuan Ferro tersenyum.

Kembali ke apertemen, Azela sementara menelpon asistennya Mala, yang merupakan asisten Mommynya dulu.

"Halo Nona" jawab Mala.

"Aku ada di Indonesia, tolong kirimkan beberapa pakaian ke apertemen" ucap Azela.

"Baik Nona, Apa Nona akan berkunjung besok ?" tanya Mala.

"Aku akan datang besok, tolong kirimkan mobil"

"Baik Nona, ada lagi ?" tanya Mala lagi.

"Aku mau berkunjung di restoran besok, sampaikan kepada semua pegawai aku tidak mau seperti biasanya aku datang"

"Baik Nona"

Kemudian, sambungan telpon berakhir. Azela membawa makanan yang telah dia buat ke dalam kamar, dia akan menonton film sambil makan.

Keesokan harinya, Azela sudah siap akan berkunjung ke butiknya. Dia mengenakan celana jeans hitam yang ketat di padukan dengan tanktop berwarna hitam juga lalu mengenakan blazer warna biru membuat dia sangat elegan walaupun pakaiannya model sederhana tapi kecantikannya bertambah, membuat siapapun yang akan melihatnya tidak akan bisa berpaling pada wajah Azela.

Ponsel Azela tiba-tiba berdering,

"Halo kek" jawab Azela.

"Halo sayang, kamu baik-baik saja kan ? Kenapa tidak kabari kakek dan nenek ?" tanya Smit.

"Maaf kek aku lupa, kemarin ada kejadian kecil terjadi" jawab Azela.

"Kejadian apa sayang ?" tanya Smit lagi dengan penasaran.

"Hanya kejadian kecil kek, aku baik-baik saja, sekarang aku mau ke butik" Azela sambil keluar dari apertemen.

"Baiklah, Ya sudah kamu hati-hati di jalan sayang"

"Iya kek" sambungan telponpun berakhir.

Kini Azela sudah berada di loby apertemen, mobil yang di minta pada asistennya sudah berada di parkiran, Azela menaiki mobil, melakukan mobil meninggalkan apertemen menuju butik.

Tiba di butik, Azela berjalan memasuki butiknya yang merupakan peninggalan mommynya. Butik paling terkenal di Indonesia. Pelanggannya adalah pejabat, artis dan pelanggan dari luar kota pun mampir ke sini. Butik ini makin berkembang setelah Azela ambil ahli walaupun bekerja dari jauh tidak mengurangi perkembangan butiknya.

Azela keliling melihat pakaian-pakaian rancangannya terlebih dahulu, pegawainya yang melihatnya hanya diam saja, mereka tau kalau itu bosnya. Mereka tidak ada yang menegur sapa Azela karena mereka tau, mereka cukup diam saja ketika bosnya datang.

Tiba-tiba,

"Hey hey ngapain kamu di sini anak pembawa sial" ucap Rena tiba-tiba datang dari belakang Azela.

Azela berbalik dan melihat Rena yang menatapnya sinis, menatapnya dari bawah sampai ke atas, Azela diam saja dengan wajah datarnya.

"Apa kamu mampu membeli pakaian disini, dasar orang miskin" ucap Rena sinis.

Azela hanya diam saja lagi dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hey apa kamu tuli ?" ucap Rena ingin menampar Azela karena dari tadi di acuhkan saja setiap perkataannya, namun Azela menahan tangan Rena sambil menatap tajam.

Asisten Azela, Mala datang di antara mereka.

"Maaf Nona, jangan membuat keributan didalam butik ini" ucap Mala, sedangkan pegawai lainnya geram memperhatikan bosnya di perlakukan seperti itu.

"Nona itu tidak tau apa kalau butik ini punya Miss Azela"

"Iya keterlaluan sekali dia"

"Padahal kalau dibanding dengan dia, seorang model tidak ada tandingannya dengan Miss Azela yang punya segalanya"

"Dia memang model sombong dan angkuh"

Bisik-bisik karyawan Azela, tapi tidak ada satupun yang mendengarnya karena jarak mereka berjauhan dengan Rena dan Azela.

"Usir wanita ini, dia tidak mampu belanja di sini" ucap Rena sinis, sedangkan Mala yang mendengarnya tertawa dalam hati.

Mengusir Nona Azela di butiknya sendiri, dasar model sombong.

"Maaf Nona kami tidak bisa mengusir orang dengan alasan tidak jelas" ucap Mala.

Azela sebenarnya ingin sekali memberikan tamparan pada mulut Rena, namun dia juga mau melihat sejauh mana kesombongan Rena.

"Panggilkan pemiliki butik ini, aku ingin berbicara kepadanya" ucap Rena lagi.

Miss Azela di depanmu Nona.

"Maaf Nona, atasan kami tidak berada di butik" jawab Mala sambil melirik Azela yang menganggukkan kepala.

"Awas ya kamu, kalau saja ada pemilik butik ini, dia pasti akan mengusirmu, dasar wanita miskin" ucap Rena, lalu berlalu keluar dari butik.

Azela hanya menggelengkan kepala melihat kepergian Rena, setelah itu Azela berjalan menuju ruangannya yang berada di lantai 2 di ikuti Mala di belakangnya.

"Silakan Miss" ucap Mala membukakan pintu Azela, dan Azela pun berterima kasih dengan tersenyum.

Azela dan Mala membahas pekerjan mengenai butik, bagaimana perkembangannya 3 bulan terakhir ini dan membahas model baru yang akan segera keluar.

"Tetap handel semuanya dengan baik, sekarang aku mau ke restoran dulu. Apa kamu sudah sampaikan kepada mereka ?" tanya Azela, sebab ketika Azela datang di restoran selalu saja pegawainya menegur sapa dengannya, itu membuat Azela kesal.

"Sudah Nona" jawab Mala.

Azela lalu berdiri, berjalan keluar dari ruangannya. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit dia sudah sampai di restorannya yang berbintang lima. Ketika Azela sudah memasuki restoran, pegawainya langsung menunduk hormat, tanpa mengucap kata apapun.

Azela menjadi sorotan beberbagai pasang mata melihatnya, mereka terpesona dengan kecantikan wajah Azela yang sangat cantik, menawan dan penuh memikat. Sementara Azela sendiri cuek, dia terus melangkah mencari tempat duduk. Setelah duduk, seorang pelayan datang menghampirinya. Azela menatap tajam kepada pelayan itu membuatnya menunduk ketakutan lantas dia mengerti kalau Miss Azlea mau di layani seperti biasanya.

"Silahkan Nona" ucap pelayan sambil menyerahkan buku menu di depan Azela.

"Aku pesan seperti biasa" ucap Azela singkat.

Pelayanpun mengangguk lalu berlalu.

Azela memperhatikan sekitar restorannya yang cukup ramai di siang hari. Namun, tiba-tiba ada yang menyiramnya.

Byuurrrr

"Aakkhhh sial" lirih Azela.

"Wah wah mencoba mencuri di butik terkenal sekarang mau makan di restoran berbintang lima" ucap Rena tertawa, dialah yang menyiram Azela dengan gelas minumannya.

Azela mengepalkan tangannya, dia bisa saja membalas perbuatan Rena, tapi melihat sekeliling restoran yang ramai dan mulai melihat ke arah mereka, Azela menahan emosinya, dia tidak mau pelangganya menjadi tidak nyaman.

"Wanita miskin kenapa kau diam saja ha" ucap Rena lagi lalu ingin menyiram kembali Azela dengan air di gelas baru, namun tangan Rena di tahan oleh Azela, dia mendekat lalu membisikkan sesuatu pada Rena membuat Rena menarik tangannya.

Semua karyawan melihat Azela bahkan Manager pun hendak melangkah tapi berhenti ketika melihat tatapan mata Azela yang tajam. Rena kembali di mejanya, dia malah tertawa bersama teman-temannya sambil menatap Azela. Sementara Azela sendiri berjalan menuju toilet.

Di meja lain, sepasang mata menatap tajam melihat semua perbuatan Rena pada Azela. Dia kesal kenapa Azela tidak membalas perbuatan Rena yang malah diam saja. Dia adalah Ferro Alexander dia lalu membisikkan sesuatu kepada asistennya, dan asistennya pun mengangguk lalu berlalu.

"Rapat kita sampai disini, aku ada keperluan penting. Sisanya biar sekertarisku yang lanjutkan" ucap Ferro lalu melangkah keluar dari restoran.

Setelah membersihkan rambutnya, Azela ingin ke ruangannya di lantai atas untuk mengganti pakaiannya. Namun, saat keluar dari toilet dia terkejut melihat pria yang kedua kalinya dia lihat.

"Maaf Nona, saya asisten Tuan Ferro, Tuan Ferro ingin bertemu dengan anda di mobil" ucap Hedy.

"Maaf aku sibuk." jawab cuek Azela lalu berlalu saja, membuat Hedy mematung.

Ini pertama, ada yang menolak Tuan Ferro. Biasanya Tuan Ferro yang menolak, sekarang malah dia yang di tolak.

Hedy geleng-geleng kepala melihat sikap Azela yang cuek.

Setelah sampai di mobil, Hedy agak ragu menyampaikan penolakan Azela, dia cemas kalau Ferro akan marah.

"Mana dia ?" tanya Ferro, melihat tidak ada Azela datang bersama asistennya.

"Maaf Tuan, Nona itu menolak untuk bertemu" ucap Hedy.

Ferro mendengar Azela menolak untuk bertemu dengannya menjadi kesal namun, tiba-tiba dia tersenyum.

Barusan dia menolakku. Aku tidak percaya ini.

"Jalan"

"Baik tuan"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status