Lilian merasakan kehampaan di hatinya semenjak bertemu dengan Jhonatan hari itu. Mereka berpisah dengan akhir yang sudah pasti, yaitu tak akan pernah bisa bersatu. Gadis itu menangis sejadi-jadinya di kamar hotel, meluapkan rasa kecewa."Tuhan, mengapa nasib percintaanku seperti ini?"Walaupun dirinya sudah yakin untuk kembali ke Hungaria, tapi sejujurnya ada sedikit keraguan di sana. Dia takut ibunya menjodohkannya dengan sembarang pria yang tak sesuai dengan kriterianya.Bahkan akhir-akhir ini, ibunya selalu mengirimkan profil laki-laki kandidat jodoh untuk Lilian. Lilian diminta untuk memberikan keputusan secepatnya."Ya ampun, tidak bisakah aku bernapas dulu, Ibu?"Dari sekian banyak profil pria yang akan dijodohkan dengannya, ada satu yang menurutnya cukup masuk ke dalam kriterianya. Pria itu berusia tak terlalu jauh dengannya. Profesinya sebagai seorang model dan pegiat fashion.[Kau memilih dia? Baiklah, Nak. Ibu akan atur pertemuan kalian ya. Kau harus segera kembali. Ibu menu
Barbara terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh Daniel."Da ... dari mana kau mengetahui soal itu?"Daniel tertawa renyah. "Kau lupa jika aku adalah seorang wartawan? Aku adalah paparazi handal. Mencari informasi mengenaimu tidak sulit untukku."Barbara tak dapat berkata-kata. Padahal dia sudah berusaha menyembunyikan diri serapi mungkin, juga tentang kehamilannya. Salah dirinya karena memutuskan untuk tinggal di apartment lamanya dengan Abby dulu."Jadi ... mengapa kau begitu yakin aku mengandung anakmu? Jangan-jangan ... kau sudah merencanakan semuanya? Iya?"Daniel tersenyum simpul. "Kan sudah kukatakan jika aku akan bertanggung jawab. Aku juga sudah sejak lama menginginkanmu. Syukurlah keberuntungan berpihak padaku sekarang.""Apa maksudmu?" Barbara memandang Daniel dengan tatapan yang sengit."Sepertinya ... kau telah dicampakkan oleh Luther ya?" Daniel sedikit menyindir Barbara.Barbara langsung melotot. Dia tak terima jika dirinya disebut telah dicampakkan oleh Luther. Pad
"Barbara, lebih baik kau mengemasi barangmu. Kita pindah dari sini. Lebih nyaman tinggal di penthouse milikku," ajak Daniel kemudian."Kenapa? Aku nyaman tinggal di sini." Barbara malah balik bertanya.Daniel menyesap minuman dinginnya sejenak. "Iya. Tapi apa kau yakin akan terus tinggal sendirian seperti sekarang? Kau juga pasti tidak memiliki cukup uang untuk bertahan hidup. Makanya kau berupaya mencari pekerjaan."Barbara terasa tertampar di dalam hatinya. Memang benar dia sudah kehabisan uang. Dulu ketika hidupnya masih berjaya, dia sama sekali tidak memikirkan masa depannya sehingga tak memiliki cukup tabungan untuk hidup mandiri.Tiba-tiba, sebuah sentuhan dia rasakan di perutnya. Rupanya Daniel tengah mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit."Sebentar lagi usia kandunganmu menginjak empat bulan. Kau harus lebih sering beristirahat di rumah. Makananmu harus terjamin. Agar tumbuh kembang bayi kita nanti bagus."Barbara sebenarnya ingin menolak sentuhan Daniel di perutnya. Me
Luther merasakan hidupnya hancur. Naik turun bagaikan roller coaster dalam waktu yang sekejap. Padahal dia sedang merasakan bahagia, merasakan jatuh cinta lagi. Tapi dengan mudah juga kebahagiaan itu hilang dari dirinya.Lola, gadis yang dia cintai kini pergi entah ke mana. Penyemangat hidupnya telah hilang. Padahal tinggal selangkah lagi baginya untuk merengkuh bahagia. Dia hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk memohon restu agar dapat menikahi Lola dan menjadikan gadis itu sebagai satu-satunya."Lola ... mengapa kau pergi dariku?" desah Luther frustasi.Jeremy yang saat itu sedang ada bersama Luther, menatap pria itu dengan tatapan yang sangat sedih. Dia sudah berusaha untuk melarang bosnya itu agar tidak terlalu banyak minum, namun rupanya larangan Jeremy sama sekali tak digubrisnya."Bos, sudahlah! Jangan minum lagi!" Jeremy merebut gelas wine kosong yang ada di tangan Luther.Luther terlihat tak senang dengan sikap Jeremy. Dia berusaha untuk merebut gelasnya dari tangan J
Luther kembali pingsan sebelum mereka menyelesaikan permainan panas mereka. Cassandra terlihat kecewa. Padahal dia ingin merasakan kenikmatan hakiki dari surga dunianya bersama Luther pada saat itu."Yah, sayang sekali. Terputus di tengah jalan," ucap wanita itu kecewa. Kini dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Luther sambil harus meredakan kembali hasratnya yang masih membara. Luther sepertinya terlalu mabuk sampai-sampai salah mengenali dirinya dengan wanita lain."Ngomong-ngomong, dia menyebut nama Lola. Seingatku ... Lola itu nama salah seorang gadis simpanannya ya? Duh, aku iri sekali pada wanita itu. Sepertinya dia yang paling dicintai oleh Luther."Cassandra berangan-angan indah mengenai kehidupannya jika berhasil menjadi wanitanya Luther juga. Dia akan mendapatkan double kebahagiaan. Selain hasrat biologisnya yang terpenuhi, dia juga akan mendapatkan kehidupan yang terjamin."Bagaimana ya caranya agar aku bisa menjadi salah seorang dari wanita simpanan Luther?"Memikirka
Luther pulang dengan tangan hampa. Awalnya harapan untuk bertemu Lola begitu besar dia rasakan, namun kenyataan berkata lain. Semakin sulit bagi Luther untuk mencari jejak Lola setelah ini."Bos .... " Jeremy merasa sedih. Sepanjang perjalanan kembali, Luther tak berkata apa-apa lagi. Dia paham betul bagaimana hancurnya perasaan sang bos pada saat itu. Makanya ketika Luther sudah sampai di mansion, dia menemani bosnya yang kembali bermabuk-mabukan."Jer, tambah lagi!" pinta Luther cepat.Jeremy menuang wine dengan hati-hati ke dalam gelas kosong milik Luther. Dengan cepat juga, Luther meneguk habis isinya. Jeremy jadi teringat akan hal serupa ketika bosnya baru saja ditinggalkan pergi selamanya oleh Abigail Allen, wanita yang pernah menempati hati Luther."Bos. Saya tahu Anda sedang kecewa. Tapi ... mabuk bukanlah jalan keluar dari segala permasalahan Anda.""Kau tahu apa, Jeremy? Hidupku sudah hancur! Aku ditinggalkan lagi oleh orang yang kucintai! Lalu apa yang harus kulakukan?" se
Cassandra dan Luther kembali ke kantor bersama, membuat semakin banyak pegawai yang menjadikan mereka sebagai bahan gosip. Mereka menduga jika bosnya itu ada hati kepada sang pegawai baru.Jeremy menghadang mereka di pintu masuk."Bos, Anda dari mana saja? Saya bingung mencari Anda ke mana-mana!""Santai, Jer. Tadi aku ada sedikit urusan." Luther menanggapi dengan santai.Jeremy melirik Cassandra yang kini tengah tersipu malu. Jeremy mengerti apa yang telah terjadi. Dia pun ikut tersenyum."Baiklah, ayo Nona. Lanjutkan kembali pekerjaanmu." Jeremy mengajak Cassandra untuk masuk.Cassandra kini terlihat riang dalam mengerjakan pekerjaannya. Luther diam-diam tersenyum melihat wanita itu sekarang. Dia pun bisa dengan tenang melanjutkan pekerjaannya kembali.Sesekali ingatannya melayang. Dirinya terpikirkan bagaimana dengan Lola saat ini. Apakah gadis itu baik-baik saja di sana? Apakah gadis itu kini sudah bahagia tanpanya?"Bos, saya sudah mendapatkan kabar terbaru dari pihak konstruksi
Luther tidak langsung menjawab ucapan Noah. Dia masih terlihat ragu dan menimbang-nimbang segala sesuatunya. Noah masih menunggu jawaban dari Luther."Bagaimana Tuan Luther? Dalam proyek ini, bukan hanya Anda yang mengeluarkan modal. Tapi aku juga." Noah mengungkapkan kesulitannya."Baiklah. Aku akan menuliskan cek untukmu. Untuk membantu operasional pelaksanaan mega proyek ini. Kuharap dalam tahun ini, gedung pencakar langit ini bisa selesai dan tidak terhambat lagi." Luther pada akhirnya mencoba untuk mempercayai ucapan dari Noah.Mata Noah terlihat berbinar pada saat itu. Dia tak sabar untuk bisa menarik uang pemberian dari Luther untuk dia persembahkan pada wanita kesayangannya yaitu Virginia.Luther pun memanggil kembali Cassandra untuk membawakan buku cek yang ada di laci meja kerja Luther. Cassandra datang membawakan buku cek itu beserta dengan penanya."Baiklah. Satu juta dollar, 'kan? Aku akan menulis ceknya untukmu." Luther beranjak menggoreskan nominal pada lembaran cek yan