Sekalipun Jhonatan sudah melepaskan jabatan tangannya dari Lilian, tapi Lilian masih merasakan betapa hangatnya tangan laki-laki itu ketika menggenggam tangannya. Hal itu membuatnya tak fokus ketika berbicara dengan Jhonatan."Nona? Halo?" Jhonatan melambaikan tangan di depan wajah Lilian yang sedari tadi menatapnya tak henti."Ah, iya. Maafkan aku. Aku melamun, ya?" Lilian tertunduk malu begitu kepergok Jhonatan. "Sampai di mana kita tadi, Jhonatan?"Jhonatan menghela napasnya, "Kita bahkan belum mulai sama sekali. Sedari tadi kau hanya memperhatikan aku. Memangnya ... ada yang salah dengan penampilanku? Apa masih terlihat seperti seorang agen asuransi?""Ya ampun, kau masih membahasnya!" Lilian menepuk jidatnya. "Tidak. Kau tidak terlihat seperti agen asuransi. Penampilanmu hari ini membuatku cukup terkesan."Mendengar pujian dari Lilian, seketika laki-laki itu agak tersipu malu. "Ah, terima kasih."Lilian berusaha untuk bersikap cuek di depan Jhonatan. Dia juga mencoba merangkai ka
Jhonatan sudah berhasil membawa Lola pergi ke luar mansion. Mereka langsung berkendara menuju ke Wichita menggunakan mobil yang dipinjam oleh Jhonatan dari Lilian. Lilian memberikan mobilnya secara cuma-cuma untuk dipinjam dengan alasan karena dia jarang menggunakan mobil itu."Jho, aku membutuhkan banyak penjelasan darimu. Kenapa kau bisa .... " Lola mencoba mengutarakan pertanyaannya. Akan tetapi, Jhonatan memotongnya begitu saja."Lola, biarkan aku menjelaskan pelan-pelan. Aku sengaja membawamu pergi karena ini adalah kesempatan yang aku punya." Jhonatan mulai menjelaskan. "Kau tak perlu tahu dari mana aku mendapatkan segala informasi. Jika aku tidak bergerak pada saat sekarang, aku ragu kelak akan bisa membawamu pergi lagi dari tempat itu."Penjelasan Jhonatan tadi sama sekali tak bisa membuat gadis itu merasa lega. Dia sangat takut dengan reaksi Luther."Bagaimana jika ... Luther mengetahui kepergianku? Aku takut dia .... ""Lola, dengarkan aku! Kau tidak perlu mengkhawatirkannya
Lola berusaha untuk bersikap biasa saja di depan Jhonatan, sekalipun dirinya sudah mengetahui isi hati sang kakak tiri. Bukan tanpa alasan Lola melakukan itu. Dia hanya ingin melihat sejauh mana hubungan mereka akan berjalan. Lalu dia pun masih mencari apa yang sebenarnya dia inginkan."Lola, maaf ya. Karena aku sudah membawamu pergi dari mansion itu dan malah membuatmu hidup dalam pelarian seperti sekarang. Kita nampak seperti buronan yang berpindah-pindah motel." Jhonatan tiba-tiba mengatakan hal yang sama sekali Lola tak sangka.Lola pun mengulas sebuah senyuman tipisnya sambil berusaha menenangkan Jhonatan. "Tidak apa-apa, Kak. Aku sama sekali tidak menyesali kepergianku dari sana. Yang lebih kutakutkan adalah kehilangan ibuku dan tak dapat menemuinya seumur hidup."Jhonatan kini menatap Lola dengan tatapan yang sedih. "Aku berjanji, besok kita akan sampai di Wichita tepat waktu. Sekarang kau berisitirahatlah dulu, ya."Lola beranjak berbaring dan menarik selimutnya, akan tetapi d
"Lola apa yang telah terjadi padamu? Apa ada yang menakutimu? Ada perampok di sini?" Jhonatan menjadi merasa takut jika ada orang jahat yang menyergap Lola di rumah itu."Aku ... aku .... ""Ya? Katakan Lola. Apa yang mengganggumu?" Jhonatan kini melepaskan pelukannya dan menatap lekat pada Lola. "Oh iya, sebentar. Aku ambilkan dulu air putih untukmu."Jhonatan menghilang dengan cepat di balik pintu sementara Lola terduduk lemas di tempat tidurnya. Napasnya masih sangat memburu. Dia sangat bersyukur jika hal yang barusan dialaminya hanyalah mimpi, walaupun terasa sangat nyata baginya.Jhonatan kembali sambil membawakan air putih untuk Lola. Dengan cepat Lola meneguk air itu sampai habis tak bersisa lagi. Jhonatan masih menatap dirinya khawatir. Mereka duduk bersebelahan di sisi ranjang."Jadi ... bisa kau jelaskan apa yang terjadi, Lola?" Jhonatan mulai bertanya lagi secara perlahan setelah Lola agak tenang.Lola masih bungkam di tempatnya. Dirinya ragu dan tak tahu bagaimana harus me
Luther bergegas kembali ke San Francisco akibat kabar yang diberikan padanya dari Barbara. Pikirannya benar-benar sangat kalut, bahkan sampai harus membuat dirinya menunda banyak project dan kesempatan baru. Jeremy sampai geleng-geleng kepala melihat sikap Luther yang terlihat bagaikan orang sedang kasmaran."Bos .... ""Jeremy, jangan ganggu. Aku sedang berpikir," tolak Luther yang sedari tadi sibuk menatap keluar jendela mobilnya.Jeremy menghela napas berat. Dirinya justru merasa miris dengan kisah percintaan sang bos yang terasa terjal, tak pernah berjalan mulus."Ke mana kira-kira laki-laki itu membawa Lola?" gumam Luther resah."Bos, sebenarnya saya ingin menyampaikan kabar yang disampaikan oleh informan. Dia mengkonfirmasi jika Noah sepertinya mencuri surat tanah itu dari mantan istrinya."Ucapan Jeremy tadi membuat mata Luther terbelalak. "Lanjutkan, Jer.""Iya, Bos. Karena menurut pelayan rumah tangga keluarga Harris, Noah melakukan penganiayaan terhadap Nyonya Anneliese yang
"Cepat katakan! Kami tidak memiliki waktu lagi!"Noah benar-benar terdesak saat dia telah merasakan dinginnya pisau yang menempel di kulitnya. Karena masih menyayangi nyawanya, Noah pada akhirnya mengalah dan mau bekerja sama dengan perampok itu."Baik-baik! Kalian bisa ambil semua barang berhargaku di dalam brankas itu!"Ketua gerombolan memberikan kode tangan pada beberapa anak buahnya untuk mencari brankas. Mereka mengobrak-abrik area kamar Noah, tapi tak juga menemukan di mana brankas itu berada."Di mana brankasnya? Kau membohongi kami, ya?""Tidak! Aku sama sekali tidak berbohong!" sanggah Noah cepat. "Brankas itu ada di ... balik tumpukkan kardus kosong di gudang."Kali ini mereka mencari sesuai yang diarahkan oleh Noah. Benar saja, salah seorang perampok menemukan brankas itu."Bos! Brankasnya ketemu!""Sekarang, berapa kodenya?" tanya ketua gerombolan lagi.Noah agak terbata-bata dalam menjawabnya. Masalahnya, jika dia memberitahukan kodenya, maka raib lah semua barang dan ha
"Benar dugaanku, Noah memang licik dan pintar. Dia menyimpan sebagian besar uangnya di kartu tabungan ini," decak Luther kesal."Sepertinya saya memiliki kenalan peretas akun, Bos. Jika Anda mau, saya bisa menghubunginya." Jeremy menawarkan.Luther berpaling memandang Jeremy. "Iya, tentu. Aku sangat membutuhkan itu. Yang penting semua uangku bisa kembali. Lakukan dengan cepat, Jer. Sebelum orang itu melakukan sesuatu dengan rekening bank nya.""Baik, Bos." Jeremy menyanggupi. Dia langsung pergi meninggalkan Luther sendirian.Luther masih belum bisa merasa tenang. Selain karena uangnya yang diambil Noah belum kembali semuanya, dia juga terpikirkan terus dengan keadaan Lola. Dirinya takut jika Lola lepas dari pengawasannya maka Noah akan dengan mudah menyakitinya."Apa yang gadis itu sedang lakukan sekarang? Apa dia baik-baik saja? Dia belum bertemu dengan Noah, 'kan?"Selanjutnya Luther mulai memeriksa jejak digital yang tertinggal di mansionnya melalui CCTV. Karena hal itulah dia meng
Jhonatan yang melihat berubahnya sikap Lola menjadi kembali khawatir terhadap adiknya itu."Lola, ada apa? Kamu gemetar?" Jhonatan berusaha mempertanyakan."Tidak apa-apa, Kak .... " Lola sebisa mungkin berusaha menormalkan kembali perasaannya agar Jhonatan tak mencurigainya lagi.Jhonatan masih tetap memperhatikan Lola dengan perasaan khawatir. "Kau yakin? Apa mungkin kau sakit?""Sepertinya begitu, Kak. Sudah jangan khawatirkan aku. Segera jemput dia." Lola beralasan.Dengan sangat berat hati Jhonatan harus meninggalkan Lola sendirian di rumah sakit karena Joey bertugas kembali di rumah mereka. Sepeninggalan Jhonatan, badan Lola mendadak lemas. Dirinya terduduk di samping sang ibu dengan wajah yang pucat."Lo ... la?" Ibunya ternyata memperhatikan apa yang terjadi. Dengan secepat kilat, gadis itu berusaha mengulas senyum seraya menenangkan sang ibu."Aku tidak apa-apa, Bu. Jangan khawatir."Sementara itu Jhonatan tergesa-gesa dalam menyetir mobilnya. Dia merasa terganggu oleh panggi