Barbara begitu murung di tempatnya. Dia sedih karena rencananya harus gagal dikarenakan Luther malah tidak pulang ke mansion dan tidak diketahui keberadaannya sekarang. Beberapa kali wanita itu terlihat menghela napasnya dengan berat.Lilian yang terus memperhatikan Barbara semakin merasa prihatin dengan hal ini. Apalagi dia tahu jika Luther pasti sedang menghabiskan waktunya bersama dengan Lola."Barbara, makanlah. Kau tidak ingin bayimu kekurangan nutrisi, bukan? Masalah Luther bisa kita tunggu lagi dia nanti.""Tapi ... aku sudah tidak sabar ingin sekali memberitahunya tentang bayi ini." Barbara kini terlihat sangat merajuk, tidak seperti dirinya yang biasa.Giliran Lilian yang kini menghela napas berat. "Ya, aku paham. Tapi kau juga harus makan. Ayo, makanlah. Mungkin sebentar lagi dia akan kembali.""Kau benar!" Barbara mendadak ceria. Moodnya berubah menjadi baik. "Oke, aku akan segera makan."Barbara kini menyuap makanannya dengan sangat lahap, bahkan terlihat bagaikan sedang
"Tak perlu melakukan itu!" tolak Luther cepat. "Aku percaya kau hamil. Hasil USG ini memang sudah membuktikannya. Tapi ... kau bilang jika kau mengandung anakku. Aku sama sekali tak percaya dengan hal itu!"Barbara terkekeh sekarang. "Masa kau melupakan malam panas kita berdua sekitar sebulan lalu? Oh, iya. Memang saat itu kau sedang mabuk. Padahal jika kau bisa mengingatnya, kau juga pasti akan merasakan betapa nikmatnya gelora asmara kita pada saat itu."Wajah Lola kian merah pada saat itu. Perasaannya begitu campur aduk dan sulit untuk dijelaskan. Dia hanya bisa terdiam menahan rasa amarah yang tidak dapat meluap. Sebelumnya dia merasa kecewa karena Luther masih belum bisa melupakan masa lalunya, sekarang dia kembali harus menelan kekecewaan karena Luther membuat Barbara hamil. Karena merasa tak bisa membendung emosi, Lola memutuskan pergi meninggalkan kedua orang itu."Lola!" panggil Luther cepat. Dia sangat tak mau Lola salah paham tentang dirinya.Barbara menghalangi Luther unt
Lola melotot di tempatnya. "Apa ... maksudmu? Mengapa Luther yang .... "Barbara berdecak. "Ck ck! Kasihan sekali kau. Mau-maunya dibohongi oleh pria itu. Haruskah aku katakan semua hal yang sebenarnya kepadamu mengenai kematian Abigail?"Lola berpaling menatap Barbara dengan tatapan serius dan mengiba. "Katakan semuanya! Aku ingin mengetahui semua!"Barbara tertawa lagi. "Ceritanya cukup panjang. Aku hanya akan menceritakan intinya saja. Jadi Luther dan Abby memiliki hubungan rahasia yang istimewa. Mereka sengaja merahasiakan hubungan itu agar karir Abby yang sedang bersinar tidak redup.""Lalu?" Lola kian penasaran dengan cerita Barbara."Ketika itu, Abby disandingkan dengan seorang aktor tampan asal Inggris bernama Ludwig. Mereka sering sekali terlibat project bersama. Hal ini membuat Luther cemburu dan berniat untuk menikahi Abby. Tapi wanita itu menolak bahkan tak memberikan jawaban pasti mengenai pinangan Luther."Lola mengerti akan hal itu. Apalagi dia sempat membaca email Luthe
Luther merasa harus meluruskan hal ini. Dia berniat berbicara empat mata dengan Barbara esok hari, sebelum mereka sarapan bersama. Dia ingin menuntaskan semua kesalahpahaman ini agar hubungannya dengan Lola bisa kembali harmonis.Akhirnya ketika sebelum makan siang, Luther menemui Barbara di kamarnya. Barbara terkejut dengan kedatangan Luther yang sudah lama tak pria itu lakukan."Luther? Akhirnya kau datang menemuiku." Wajah wanita itu dihiasi oleh senyuman yang merekah.Berbeda dengan Barbara, saat itu wajah Luther begitu menekuk. Tak nampak rona kebahagiaan di wajahnya."Aku tak mau berbasa-basi denganmu. Katakan padaku yang sebenarnya. Dengan siapa saja kau pernah bercinta dalam waktu terakhir ini."Kebahagiaan di wajah Barbara mendadak hilang tergantikan raut wajah yang gelisah. Dia sama sekali tak menyangka jika Luther akan menanyakan hal seperti ini padanya."A ... apa maksudmu? Aku ... hanya bercinta denganmu saja, Luther!"Luther menyeringai meremehkan wanita itu. "Kau pasti
Lilian meminta izin untuk mengikuti Barbara. Kini dia sampai di kamar Barbara dan melihat Barbara hampir sudah selesai mengemas semua barangnya. Lilian menatap wanita itu dengan sangat iba."Barbara, kau yakin akan pergi dari sini? Bagaimana kehidupanmu di luar sana? Mengapa tidak kau katakan saja siapa ayah dari bayi yang kau kandung? Luther pasti akan memaafkanmu.""Tidak semudah itu, Lilian!" sergah Barbara cepat. Matanya terlihat begitu sembab saat itu. "Hal ini tidak semudah yang kau kira. Bukan berarti dengan aku mengaku pada Luther, semua masalah akan selesai! Justru nantinya malah akan menambah masalah baru."Lilian hanya bisa menunduk sedih. Dia sama sekali tak mengerti dan tak mengetahui beban yang dipikul oleh Barbara."Lalu ... ke mana kau akan pergi? Kau akan tinggal bersama ayah dari bayi itu? Apa yang kau butuhkan? Biar aku bisa membantumu!" Lilian bersikeras ingin mengetahui rencana Barbara setelah meninggalkan mansion."Aku tidak tahu. Mungkin aku akan kembali ke apar
Lola awalnya ragu apakah dia harus bercerita atau tidak kepada Jhonatan. Dia khawatir Jhonatan akan terbawa emosi dan bertindak nekat kepada Luther. Tapi karena Jhonatan terus memaksanya untuk menceritakan semua, Lola akhirnya menyerah juga."Apa? Dia melakukan hal itu padamu? Tak kusangka pria itu begitu jahat!" Jhonatan mengomentari dengan menggebu-gebu.Lola kini merasa semakin sedih. Bagaimana pun juga, Luther adalah sosok pria yang sempat dia cintai."Makanya aku memutuskan untuk berpisah dan pergi dari sisinya. Apakah aku terlalu jahat melakukan hal ini terhadapnya?""Tidak! Kau sudah melakukan hal yang tepat. Justru jika kau tetap bertahan di sampingnya, kau akan menderita dan menyesal seumur hidupmu," ujar Jhonatan yang mendukung langkah Lola sekarang."Oh, begitu ya." Lola sedikit tersenyum lega. Meskipun begitu, dia belum merasakan kelegaan sepenuhnya. Ada sisi di mana dia merasa sedih karena harus berpisah dengan Luther.Jhonatan tiba-tiba menyenggol Lola, membuat gadis itu
"Kakak, kau bercanda, 'kan?" Lola sedikit tertawa menanggapi ucapan Jhonatan."Tidak, aku serius, Lola. Kupikir ini adalah hal yang bagus untuk kita sekarang. Tempat ini sudah tidak aman lagi. Ancaman dari Ayah bisa datang kapan saja. Belum lagi mungkin dalam waktu cepat kita bisa terusir dari sini." Jhonatan menjelaskan panjang lebar.Lola kini termenung. Ucapan Jhonatan memang ada benarnya. Selama Noah berkeliaran bebas, pria tua itu pasti akan mudah datang lagi ke Wichita. Bisa jadi dia akan melakukan tindakan yang sama atau mungkin lebih berbahaya lagi untuk ibunya."Jhonatan .... " Anneliese terlihat ragu dengan usul putra sambungnya."Ibu, tidak usah mengkhawatirkan apa pun. Di Singapura, aku sudah memiliki usaha sendiri yang sedang dalam proses ekspansi agar bisa lebih besar. Aku juga memiliki tempat tinggal yang cukup nyaman untuk kita semua," tambah Jhonatan, berusaha meyakinkan ibunya."Kalau kalian pindah ke Singapura, bagaimana dengan nasibku?" Joyce tiba-tiba terlihat pas
"Jho, apa kabarmu?" Lilian memberikan diri menelepon sang pujaan hati setelah sekian lama tidak menghubungi."Hai, Lily. Maaf ya aku jarang menghubungimu. Kau tahu sendiri 'kan jika sejak saat itu aku sibuk merawat ibuku." Jhonatan terdengar menyesal dari ujung telepon.Lilian tetap mencoba untuk tersenyum walaupun sebenarnya hatinya sangat sedih."Tidak apa-apa, Jho. Aku bisa mengerti. Oh iya, apa yang sedang kau lakukan?""Aku sedang mengecek laporan perusahaan. Sejujurnya karena aku untuk sementara tinggal di Amerika, pekerjaanku di Singapura jadi terbengkalai."Lilian cukup terkejut. Dia berpikir jika Jhonatan tinggal di Amerika. Dirinya baru mengetahui perihal Jhonatan yang sebenarnya tinggal di Singapura."Oh, jadi kau selama ini bekerja di Singapura?""Iya. Aku belum pernah menceritakannya ya padamu?"Lilian merutuki kebodohannya. Dia yang salah karena tidak bertanya secara detail mengenai Jhonatan."Belum. Mungkin karena kita belum sempat mengobrol banyak. Umm ... kapan kau ad