Share

Bab 154

Aku menggeleng pelan, mendengar alasan Tante Nur. Bagaimana pun juga uang lah yang membuat wanita paruh baya itu bertahan dan uang juga yang membuat matanya tertutup kenikmatan dunia yang terkadang menyesatkan.

"Lalu kau meracuninya?"

"Ya, kupikir akan lebih baik ia mati saja dengan begitu aku tidak perlu lagi merasakan sakit hati karena sikapnya, apa aku salah jika mengharapkan kematiannya? Aku mencintainya tapi aku juga membencinya," ujar Tante Nur dengan mata yang tampak berkaca-kaca, sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya.

***

Erika memiringkan kepalanya, memandang ibunya dengan dengan pandangan yang seakan tak percaya. Sungguh, bukan hanya dirinya, tapi aku juga merasa kepalaku terlalu sulit untuk kuajak berpikir.

Ucapan Tante Nur yang entah mengapa mengingatkan aku pada Kania, wanita itu juga pernah mengatakan hal yang hampir sama. Mengingat Kania membuat suasana hatiku tiba tiba memburuk.

Terkadang mencintai seseorang memang sesakit itu, aku pernah mengalaminya ketika bagai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status