Share

Chapter 11 - Luka yang Kembali Terbuka

"Dikurung dalam cermin sebagai kutukan?"

"Hmm."

"Kekuatan sihir jahat itu juga termasuk?"

"Hmm."

"Lalu bunga mawar hitam itu, sebagai apa?" Bara melirik bunga mawar berwarna hitam yang tidak pernah Rose lepas dari tangannya, seakan memiliki arti yang begitu besar. 

Sejenak Rose ikut melirik bunga mawar itu, kemudian membawanya lebih dekat ke hadapan wajah untuk ditatapnya lebih lekat. Senyum getir terukir di bibir tipisnya, namun pancaran nertranya terlihat sendu. Helaan nafas pun terdengar amat berat.

Kini rupanya Bara memiliki kesempatan untuk lanjut menginterogasi gadis itu kembal. Sekuat tenaga ia hilangkan rasa takutnya, mengajak Rose bercengkrama setelah gadis itu usai menangis sebab terhimpit sesal yang begitu besar. 

"Papa yang memberikan, sebagai hadiah ulang tahunku sebab diriku teramat menyukainya." Ingatan Rose menerawang pada titik saat detik di mana papanya memberikan satu tangkai bunga mawar berwarna hitam itu. 

"Saat Papa memberikannya, bunga cantik ini tidak berwarna hitam, ia suci dengan warna putihnya." Matanya perlahan beralih menatap senja di hadapannya, yang terlihat jelas melalui jendela besar kamar baru milik Bara. 

"Sebelum akhirnya penyihir itu datang dan merubah segalanya," pungkas Rose dengan nada suara melemah seakan menahan gejolak sesak di dada, setelah membuka luka lama yang selalu ia tekan untuk bertahan di detik ini. 

Jujur, jika boleh Bara memilih, Bara ingin kembali sulit untuk mempercayai penjelasan Rose barusan, tapi nyatanya ia melihat dengan jelas melalui mata kepalanya sendiri, bukan sekedar mendengar isu semata. 

Ia melihat bagaimana Rose keluar dari cermin, pun melihat bagaimana sihir itu bekerja lewat bagian tubuh gadis mungil itu. 

Dari sisi kiri Rose, Bara berdiri dengan tangan bersedekap, memaku tatapannya pada wajah gadis yang begitu mirip dengan boneka, tak berkedip sedikitpun. 

Pahatan di wajah itu sangat sempurna. Sempat terlintas di pikiran Bara, mungkinkah Tuhan tengah bahagia kala menciptakannya? 

Tapi pemikiran itu harus ia singkirkan untuk saat ini, mengagumi bukan waktunya. Jangan sampai hatinya tertarik pada gadis polos namun aneh tersebut, hatinya harus tetap terjaga untuk Lily seorang, sang gadis pujaan yang tidak pernah sekalipun melirik apalagi membuka hati untuknya. Bara menggeleng kecil, mulai kembali pada kenyataan. 

Sungguh bodoh memang, ia rela membuang waktu hanya untuk gadis yang sama sekali tidak terlintas niat menanam namanya dalam hati. 

"Kenapa penyihir itu ngutuk lo?" tanya Bara kemudian, rasa keingintahuannya bertambah saat memaksakan diri untuk percaya. 

"Karena dia mencintai Papa, tapi Papa mencampakkannya," jawab Rose tanpa menoleh. 

"Oh, dia dendam sama Papa lo?"

Rose hanya mengangguk. 

Bara mengernyit heran. "Lah terus kenapa lo yang jadi sasaran empuknya? Kenapa nggak langsung ngutuk bokap lo aja kalo gitu?" tanya Bara dengan sarkasnya. Lidahnya sangat licin, tidak berfikir lagi sebelum membicarakan siapa kepada siapa. 

"Karena dengan begitu, dia lebih dapat menghancurkan perasaan Papa dan Mama sehancur-hancurnya. Sebab dia tahu, bahwa Papa sangat mencintaiku, begitupun dengan Mama."

Bara mengangguk paham. "Terus tempat tinggal lo di mana? Nggak mungkin, kan, di dalem cermin juga ada kota?"

Rose merasa bosan lama-lama menatap senja, ia bukan termasuk seorang penikmat senja, dengan gerakan lembut Rose berbalik lantas melangkah menuju ranjang. Seperti ekor, tanpa sadar Bara mengikuti langkah Rose. 

"Memang tidak mungkin." Rose duduk di tepian kasur lalu menoleh ke arah lemari, seketika senyum tercetak manis di bibirnya. sedangkan Bara tetap berdiri, sedikit melirik pada pusat perhatian Rose. 

"Aku tinggal di kota yang tidak akan tampak di belahan bumi manapun."

Kening Bara mengerut sedang berpikir kuat, sepertinya ia pernah dengar kalimat tersebut. "Dunia paralel?" cetusnya setelah mengingat. 

Rose mengangguk membenarkan. Melihat respon Rose, terpancar binar takjub di matanya beriringan dengan senyum yang mengembang lebar. Ternyata salah satu video yang membahas tentang keberadaan dunia pararel dan membuat ia membuang waktu dengan berandai-andai jika benar dunia tersebut ada, kenyataannya memang benar ada dan kehadiran Rose yang menjawab semua itu. 

Saking takjubnya, Bara tidak menyadari dan tidak mau peduli bahwa gadis yang diajaknya bicara enggan menoleh padanya sedari tadi, dan kini gadis itu malah memberi isyarat pada sesuatu di bawah lantai untuk mendekat. 

Di samping Bara masih digeluti perasaan takjub, paman tikus melompat ke atas ranjang dan naik ke pangkuan Rose, membuat Rose tersenyum senang karenanya. 

"Namanya Angelands," imbuh Rose memutus perhatian Bara dari rasa kagumnya. Tangannya dengan lembut mengelus kepala si paman tikus, menarik paman tikus untuk tersenyum dan memejamkan mata. 

"Angelands?"

Lagi, Rose hanya mengangguk.

"Namanya aneh."

Tatapan Bara kemudian turun ke pangkuan Rose, ia baru menyadari ada sosok tikus di pangkuan Rose, tikus yang membuat ia hampir berhenti bernafas hanya karena melemparinya dengan bantal. 

Ah, seharusnya Bara berterimakasih pada paman tikus. Walaupun Bara bersikap buruk padanya, paman tikus tetap berbaik hati dengan menghentikan kemarahan Rose pada Bara yang meletup. 

Meski rasa takut dan jijik kembali tumbuh, namun Bara lebih memilih menahan demi kelangsungan hidupnya. Tidak lucu, kan, jika ia tewas terkena sihir akibat bertengkar dengan tikus! 

"Lo tau jalan pulang ke sana?"

"Sepertinya," Rose sibuk bersalaman dengan paman tikus melalui jari telunjuknya saja. 

"Yaudah mending balik aja."

Tatapan Rose yang semula sempat ceria, dengan pasti berubah kembali sendu. "Sayangnya kota itu telah hancur."

"Hancur?" ulang Bara bermimik tak percaya. "Kok, bisa?"

"Gunung meletus dan memusnahkan segala yang hidup. Termasuk ... keluargaku."

Satu tetes air mata yang sebelumnya menggenang di pelupuk mata, akhirinya jatuh membasahi pipi tirus Rose. Paman tikus yang melihatnya ikut bersedih. Makhluk kecil itu rupanya sudah sangat menyayangi Rose, kaki kecilnya melangkah pelan, semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Rose lantas memeluknya penuh kasih. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status