Share

Tak Bisa Lagi Mengelak

Perut kenyang, tapi hati tidak tenang. Setelah mengetahui kenyataan bahwa Vivi benar-benar memblokir nomorku, hatiku dirundung nyeri tanpa alasan.

Masih berada di balik tembok, aku membuang napas secara kasar, tetapi pelan. Menatap pesan chat yang masih centang satu abu-abu.

“Oh, ya? Ha ha ha.”

Bahkan terdengar tawanya begitu kencang seolah ia begitu bahagia bercakap dengan seorang laki-laki yang tak kutahu siapa itu. Mungkin Rama. Sebab yang kutahu hanya dia yang dekat dengan Vivi begitu akrab.

“Sudahlah. Harusnya aku tahu diri. Sebab Vivi memblokirku jelas ada alasan kuat. Dia membenciku.” Aku bergumam tak berguna. Lantas, segera menggeser tampilan layar ke menu utama. Setelahnya itu ponsel langsung masuk kantong.

Daripada terus berdiri di balik tembok sambil nguping, lebih baik aku masuk ke kosan untuk tidur. Ya, ini lebih baik. Bahkan sangat baik.

Akan tetapi, nyatanya tak semudah saat lidah berkata. Setelah diam-

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status