All Chapters of Kisah Cinta Ludwina & Andrea: Chapter 11 - Chapter 20
58 Chapters
Bab 11 - Tubrukan Di Bandara
Andrea membalikkan badan setelah memastikan gate penerbangannya di layar dan tidak menyadari seorang gadis berjalan dengan menundukkan kepala tepat menabrak dadanya.Gadis itu mungil sekali, hanya setinggi bahunya, dan karena dorongan tubuh Andrea yang besar ia pun terpelanting jatuh. Andrea kaget sekali dan buru-buru membantunya berdiri."Maafkan saya, saya tidak sengaja... Sini saya bantu berdiri.""Nggak usaaaahh... gue bisa sendiri!!" Gadis itu galak sekali menepis tangan Andrea. Akhirnya Andrea hanya bisa mengangkat bahu dan berlalu. Gadis itu mencoba berdiri tetapi ternyata hak stiletto-nya copot sebelah dan ia jatuh kembali. Ia meringis sambil memijit kaki kanannya yang terkilir, "Eh, kamu! Sini! Tanggung jawab, kamu. Gue ga bisa jalan, tauk!"Beberapa orang tampak mencoba membantunya tetapi dengan keras kepala ia mengebaskan tangan-tangan yang terulur. Andrea berbalik lalu sambil geleng-geleng kepala menggendong gadis itu ke bangku terdekat, lalu
Read more
Bab 12 - Ludwina Yang Menggemaskan
Mereka terpaksa harus menunggu setengah jam. Teh dan kue-kue disajikan sambil mereka menunggu, dan kepala bandara asyik mengobrol dengan Ludwina tentang perjalanannya."Aku baru pulang dari Hong Kong, Oom. Ayah membuka hotel baru di Kowloon, jadi aku mau sekalian coba menginap di sana dan mencari inspirasi menulis. Oom punya koran kompas hari sabtu kemarin nggak?""Ada. Kenapa?""Artikel perjalananku ke Italia sudah terbit...ahahaha... aku senang banget. Susah lho menulisnya."Andrea mengambil koran Kompas yang dimaksud dari tumpukan koran di atas meja lalu membuka-buka halamannya sambil mendengarkan obrolan kedua orang itu. Ia menemukan artikel yang dimaksud Ludwina, ia lalu membacanya."Ini dokumen yang bapak minta," kata sekretaris yang baru datang dengan setumpuk dokumen. Kepala bandara akhirnya segera mengambil satu formulir dan mengisi beberapa data dan memberi cap, lalu menyerahkannya kepada Ludwina."OK, sudah beres, kalian serahkan
Read more
Bab 13 - Makan Malam Dengan Keluarga Ludwina
"Nggak usah, Pak. Harusnya saya wawancara kerja besok pagi di Middle Road. Nggak akan keburu."Semua orang di meja makan saling pandang. Ludwina menekap mulutnya dengan kaget."Wahh.. maaf, kamu jadi nggak bisa datang wawancara kerja...""Nggak apa-apa, serius. It's just a job interview. Nanti juga ada lagi." Memang Andrea tidak terlalu kuatir. Ada beberapa perusahaan yang sedang mendekatinya untuk bekerja bagi mereka.Keinginannya bekerja di Singapura tidak terlalu besar karena ia tidak ingin meninggalkan ibunya. Apalagi Singapura mengingatkannya akan rencana pernikahannya yang gagal 3 tahun lalu."Kamu kirim resume ke sini, deh. Nanti saya carikan posisi yang sesuai untuk kamu." kata Pak Kurniawan kemudian. Andrea menggeleng-geleng sambil tertawa ringan."Serius, nggak apa-apa, Pak. Buat saya yang lebih penting adalah memastikan kalau Ludwina nggak kenapa-kenapa. Saya sangat takut kalau melukai anak Bapak."Ludwina tampak mengangkat wajah dan mengangguk-angguk. "Betul sekali. Laki-la
Read more
Bab 14 - Kehabisan Alasan
Tiga hari kemudian Andrea mendapat SMS dari Ludwina. Saat itu ia sedang mengerjakan coding sebuah program software keamanan digital baru. Ia berhenti sejenak untuk membaca isi pesannya.[Fisioterapi pertama besok sore di RSCM. Kamu jemput aku ya.]Ia tersenyum simpul dan mengangguk. Andrea tak bisa melanjutkan pekerjaannya. Pikirannya melayang pada gadis imut yang sempat membikin heboh bandara tiga hari lalu.Ia tahu pasti, saat memegang tumit Ludwina bahwa terkilirnya tidak parah. Sekarang seharusnya sudah sembuh sama sekali. Tetapi dia tetap berkeras minta ditemani fisioterapi, pasti hanya alasan untuk bertemu Andrea. Mengingat ini Andrea tersenyum semakin lebar.Baik, mari kita lihat sampai berapa lama kamu bisa berpura-pura terkilir... pikirnya gemas.***Andrea mengantar Ludwina fisioterapi setiap hari Sabtu ke RSCM. Setiap kali mereka datang pandangan para terapis yang aneh sama sekali tidak mengganggu Ludwina yang cuek. Andrea yang sangat yakin Ludwina tidak benar-benar terkilir
Read more
Bab 15 - Biaya Roaming Yang Mahal
Andrea sebenarnya tidak terlalu ingin pindah ke Singapura. Tetapi tawaran pekerjaan di perusahaan IT ini sangat menarik baginya. Ia bisa bereksperimen dengan banyak platform dan mengembangkan berbagai perangkat keamanan digital yang sangat disukainya.Kesempatan seperti itu tidak ada di Indonesia. Ia juga memilih Singapura karena letaknya yang masih dekat dan ia bisa pulang seminggu sekali untuk menjenguk ibunya jika perlu.Wawancara terakhirnya dengan user yang akan menjadi manajernya, berlangsung sangat akrab. Keduanya langsung cocok membahas berbagai trend cyber security yang sedang ada.Joe adalah salah satu dari sedikit orang yang memegang sertifikasi keamanan CISSP, ISSAP, ISSMP, dan CSSLP dan ia menginspirasi Andrea untuk mengikuti jejaknya. Ia memuji Andrea sebagai genius dan berhasil meyakinkannya untuk segera mulai bekerja dan pindah ke Singapura secepatnya.Employment Pass Andrea segera diurus Perusahaan dan ia menerima konfirmasi tepat semingg
Read more
Bab 16 - Inspirasi Itu Adanya... Di Sini
Andrea tidak punya akun di media sosial mana pun. Ia tahu betapa perusahaan-perusahaan teknologi menyimpan data para penggunanya untuk kepentingan bisnis dan ia tidak rela privasinya dilanggar oleh Facebook, Twitter, LinkedIn, Google, dan lain-lain.Tetapi ia bersyukur atas keberadaan para raksasa internet itu karena ia bisa mengikuti berita tentang Ludwina kalau ia sedang memikirkan gadis itu.Ludwina itu sering sekali berpindah tempat, Andrea sampai hampir kesulitan mengikuti jejaknya. Minggu ini ia di Kyoto, dan berikutnya sudah ke Xian, lanjut ke Hong Kong, kemudian mampir di Melbourne.Selama enam bulan Andrea mengikuti foto-fotonya di Instagram, hanya New York yang dikunjungi gadis itu dua kali. Sepertinya kota itu memang memiliki tempat istimewa di hatinya.Ah, Andrea ingat, Ludwina memang dulu kuliah di Columbia University. Tentu ia punya teman-teman semasa kuliah di New York, dibandingkan dengan kota lain di dunia yang hanya dikunjungin
Read more
Bab 17 - Email Dari Andrea
Andrea menghabiskan akhir pekan dengan berkebun di rumah ibunya. Suasana hatinya sangat senang karena ternyata takdir mempertemukannya dengan Ludwina setelah 7 bulan. Ia pun menimbang-nimbang apakah ia akan menghubungi Ludwina di Scotlandia dan menanyakan kemajuan novelnya.Akhirnya ia menemukan alasan yang bagus untuk menghubungi gadis itu.Sementara itu Ludwina yang biasa tidur nyaman saat terbang di bangku bisnis, kali ini sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Hatinya terus berdebar-debar, dan entah kenapa tangan kanannya masih terus merasakan kehangatan saat dipegang Andrea dan ditaruh di dadanya tadi.Perasaan itu tidak juga hilang sampai Ludwina tiba di London, berganti pesawat ke Edinburgh dan masuk ke hotelnya. Ahhh....rasanya sungguh menyiksa.Belum pernah Ludwina merasa sesedih ini.. kecuali enam bulan lalu ketika ia akhirnya menelepon Andrea setelah sebulan lebih mencari alasan, dan ternyata pemuda itu baru saja pindah ke Sing
Read more
Bab 18 - Kencan Makan Malam
Ludwina turun dari pesawat dengan perasaan gembira. Sudah lama ia tidak keluar dari bandara Changi. Biasanya ke sini hanya untuk transit ke negara lain. Dulu menurutnya Singapura membosankan.Walaupun mereka sudah membangun banyak atraksi baru yang bagus seperti Gardens by The Bay dan lain-lain, ia tidak tertarik berkunjung - hingga minggu lalu ketika bertemu Andrea di bandara saat ia hendak ke Scotlandia dan Ludwina tak bisa lagi menahan kerinduannya untuk bertemu pemuda itu.Ia pun bertekad untuk mengesampingkan egonya dan pergi ke Singapura, kemudian di sana ia akan mencari alasan untuk bertemu.Dari bandara ia segera menuju Raffles Hotel dan check in. Setelah beristirahat sebentar, ia berjalan kaki ke beberapa tempat yang dulu menjadi favoritnya untuk dikunjungi. Cuaca yang panas tidak membuatnya segan untuk menikmati kota.Rasanya Singapura seperti terlahir kembali untuknya. Hanya dengan mengingat bahwa Andrea berada di kota yang sama, perasaan Ludwina menjadi bahagia.[Aku sedan
Read more
Bab 19 - Kencan Pertama Yang Terlalu Serius
"Aku dan Kevin ini punya kesepakatan, kalau sampai umur 30 kami belum menemukan pasangan, kami kawin aja dengan masing-masing." Ludwina menerangkan dengan geli. Kevin mengangguk membenarkan."Tadinya kesepakatan batas umur yang kita sepakati adalah 25, terus karena Ludwina sekarang sudah 24, kita naikkan jadi 30. Mungkin nanti beberapa tahun lagi akan naik lagi jadi 35 atau 40...ahahaha... Zaman sekarang rasanya menikah makin menjadi tidak populer.""Betul. Banyak orang yang menjadikan pernikahan sebagai tujuan hidup. Padahal itu hanya satu bagian kecil dari kehidupan manusia, masih ada karier, cita-cita, hubungan kita dengan orang lain, mimpi-mimpi yang ingin kita wujudkan. Menurutku sudah terlalu banyak orang yang menikah dan punya anak karena mereka tidak tahu lagi mau apa dalam hidup," kata Ludwina mengangkat bahu, "Aku mau menulis novel sukses dan menginspirasi orang lain.""Aku mau buka restoran-restoran baru yang bisa membawa nama Indonesia ke kancah dunia. Aku mau mengembangka
Read more
Bab 20 - Masa Lalu Andrea
Akhirnya Ludwina menemukan topik  pembicaraan yang lebih ringan. Tidak enak rasanya makan dalam diam."Kamu tahu dari mana alamat emailku? Itu kan email pribadiku, hanya diberikan ke teman dan keluarga, sama kepentingan personal," tanyanya kemudian."Oh, itu... Kamu pernah posting boarding pass di instagram. Aku bisa tahu banyak sekali informasi kamu dari barcodenya," jawab Andrea. "Media sosial itu nggak aman. Jangan banyak posting informasi pribadi di sana. Bayangkan kalau aku ini stalker yang punya niat jahat, kalau aku mau aku bisa tahu pergerakan kamu sampai mendetail dan menguntitmu."
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status