Semua Bab Behind The Heirs (Indonesia): Bab 41 - Bab 50
72 Bab
Chapter 40 : Invitations to live together
Anna mengepalkan tangannya saat Dareen mengatakan dirinya akan membawa Esa pulang dan menjadikan Jane sebagai dokter pribadinya. Anna tahu ini demi kebaikan Esa, tapi kenapa harus Jane? Dan kenapa juga Jane harus tinggal bersebelahan dengan rumah tempat Anna dan Dareen tinggal dulu."Kenapa tidak dokter Hoya?" Tanya Anna kepada Dareen."Dokter Hoya terlalu sibuk Anna. Sebelumnya aku juga sudah berbicara dengan dia, dan dia sendiri malah menyarankan Jane." Jawab Dareen lembut. "Kamu tenang saja. Jane orangnya baik, dan juga sangat nyaman untuk diajak berbicara. Kita bisa mempercayakan Esa padanya, Esa mungkin akan lebih nyaman dengannya.""Kau yakin?" Tanya Anna lagi. "Dia masih sangat muda," Sebenarnya Anna tidak masalah, hanya saja dia takut. Takut jika apa yang dipikirkannya menjadi kenyataan. Terlebih saat mendengar kata nyaman yang Dareen ucapkan.Dareen tersenyum, dia memaklumi Anna yang masih terlihat ragu. "Jane mungkin terlihat seperti masih muda,
Baca selengkapnya
Chapter 41 : The advent of a Richard Clay
Dareen, Esa dan Anna tiba di kediaman mereka, rumah yang pernah Anna tinggalkan 16 tahun lalu sekaligus rumah yang menjadi tempat hadirnya Esa serta bayi yang ada dalam kandungannya sekarang.Anna menghela nafas berat, bagaimanapun rumah ini menyimpan terlalu banyak kenangan untuknya. Dan terakhir kali dia kemari, dia harus menanggung resiko memiliki bayi. Tentu ingatan tersebut juga menjadi salah satu bagian yang membuatnya terasa berat untuk menginjakkan kaki disini lagi. Namun saat ini Anna tidak punya pilihan, jika dia egois terhadap perasaannya lagi, dia mungkin akan berakhir sama seperti 16 tahun lalu. Dan tentu saja Anna tidak ingin itu. Meski dia belum bisa sepenuhnya menerima Dareen dan juga berdamai dengan perasannya, namun kali ini dia akan lebih dulu mengutamakan anak-anak nya.Dengan langkah berat, Anna menyusuri setiap sudut ruangan di dalam rumah tersebut. Saat mengantar Dareen mabuk, Anna menang tidak sempat untuk melihat-lihat. Namun sekarang dia menya
Baca selengkapnya
Chapter 42 : Facts between Jane and Raiden
Raiden pulang dengan wajah tertunduk. Pertemuannya dengan Jane memberi pengaruh yang buruk untuk kesehatan mentalnya. Setelah 17 tahun berlalu tanpa pernah bertemu ataupun tahu kabar perempuan yang pernah menyandang nama belakang yang sama dengannya.Dengan langkah yang berat, Raiden memasuki kamar miliknya. Disana, ada Wenda yang tengah duduk dengan santai namun wajahnya tampak tidak bersahabat."Kau baru pulang?" Tanya Wenda yang menyadari kehadiran suaminya."Hm," Sementara Raiden hanya menjawab dengan gumaman."Kenapa telat? Jinu tadi menunggumu untuk makan,""Aku makan bersama Dareen dan keluarganya." Jawab Raiden tanpa minat. Pikirannya sekarang sungguh berat."Keluarganya?" Wenda melirik tak suka."Anna dan Esa.""Oh. Apa mereka baik-baik saja?" Tanya Wenda penasaran."Ya." Jawab Raiden singkat. Kemudian dia duduk diatas tempat tidur. "Dan sebaiknya berhenti bertanya. Aku lelah." Kemudian Raiden memilih memejamkan
Baca selengkapnya
Chapter 43 : Anna's jealous
Daniel, Wendy dan Jessica kini tengah berkumpul di ruang keluarga kediaman Daniel. Sebelumnya mereka memang sudah sepakat untuk bertemu dan membahas pekerjaan. Beberapa hari ini Wendy memang disibukkan dengan pekerjaan sama seperti Daniel karena mereka memang menyadari akan adanya hal yang berbahaya."Aku tidak tahu mereka akan semakin berani." ucap Wendy yang sejak tadi sebenarnya sudah geram."Ini salahku, karena membawa Esa terlalu cepat kemari." sesal Daniel. "Sehingga dia harus mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan.""Sebenarnya kedatangan Esa sudah tepat, hanya saja kehamilan Anna diluar prediksi." keluh Jessica yang kini memijat keningnya."Kupikir mereka akan menghabiskan waktu lebih lama untuk baku hantam, dengan begitu W
Baca selengkapnya
Chapter 44 : Daddy
Pagi-pagi sekali Esa sudah dijemput oleh Daniel dengan alasan kakek neneknya itu kesepian dan meminta Esa untuk menemani. Padahal sebenarnya Esa dijemput untuk bekerja. Tanpa menaruh curiga sedikitpun, Anna dan Dareen mengijinkan putra mereka pergi, selain kondisi Esa yang sudah membaik, mereka juga percaya sepenuhnya jika bersama Daniel dan Jessica, Esa akan baik-baik saja.Dareen sendiri masih belum masuk kantor secara resmi, dia hanya bekerja di rumah sambil menemani Anna. Raiden juga tidak keberatan untuk mengantar dokumen-dokumen penting ke rumah Dareen, dia malah menyarankan Dareen agar lebih lama bekerja dari rumah.Anna pagi ini juga sangat manja. Setelah bolak-balik dari kamar mandi akibat morning sickness, tidak sedikitpun dia mau bergerak. Tubuhnya terus menempel pada Dareen. Dareen sih tidak kebera
Baca selengkapnya
Chapter 45 : Track
Jane menghela nafas kasar bekali-kali. Raiden, pria di depannya itu tidak mau pergi sama sekali padahal Jane sudah dengan keras memintanya untuk pergi.Acara beres-beres rumah sudah selesai sejak satu jam yang lalu, namun Raiden malah memilih untuk duduk di sofa ruang tamu milik Jane dengan santai. Tidak hanya duduk biasa, dia juga menjulurkan kakinya di atas sofa tersebut."Kau benar-benar tidak tahu malu," ketus Jane lalu meninggalkan Raiden ke dapur. Dia sudah lelah dan menyerah untuk meminta mantan suaminya itu pergi.Raiden bukannya tidak menyadari raut kesal yang dengan jelas Jane tunjukkan, namun dia memilih untuk mengabaikannya sebelum Jane bersedia untuk diajak bicara.Setelah menunggu 15 menit lamanya, Jane tak kunjung kembali ke ruang tengah. Raiden yang merasa bosan akhirnya memilih untuk menyusul perempuan mungil tersebut.Begitu sampai di dapur, Raiden tersenyum keci
Baca selengkapnya
Chapter 46 : Clay's Family
"Yakk Mark, berhenti mencium pipi Hila!" teriak seorang perempuan cempreng dari arah dapur saat mendapati anak sulungnya tengah menciumi sang bayi yang sedang tertidur di box nya. Sedangkan yang dipanggil namanya hanya tersenyum tanpa dosa. "Hila menggemaskan mom." sebuah cengiran ditunjukkan oleh anak laki-laki tampan berusia 5 tahun tersebut. "No Markeu jangan menyentuh Hila terlalu sering, nanti kulitnya bisa iritasi." keluh sang ibu yang kini sedang menghapus bekas ciuman Mark di pipi gembul putri bungsunya. Track yang baru saja pulang dari kantor pun hanya mampu mendesah pelan. Pasalnya semenjak istrinya melahirkan anak kedua, sang istri menjadi lebih sering bertengkar dengan anak sulungnya. Bukan pertengkaran serius
Baca selengkapnya
Chapter 47 : The Light
Anna, Esa dan Dareen tengah menikmati acara keluarga dengan menonton film bersama. Anna menyandarkan kepalanya di pundak Dareen sementara Esa tidur di paha ibunya. Film yang mereka tonton adalah film horor.Esa terus memejamkan matanya karena dia memang takut pada film horor, sementara Dareen memilih untuk acuh dan tidak terlalu memperhatikan film karena dia sendiri tidak menyukai film horor sama seperti Esa. Tapi apa daya, mereka tidak bisa menolak untuk menonton karena ini permintaan Anna. Sekali lagi ini permintaan Anna."Ada apa dengan kalian?" Anna berdecak malas. Kepalanya menoleh ke kiri dan melihat Esa yang sama sekali tidak membuka mata. Kemudian menoleh ke kanan, dan hasilnya sama saja Dareen malah so sibuk sendiri dengan pura-pura fokus pada majalah bisnis di tangannya.Dengan kesal Anna menarik majalah tersebut dan langsung dihadiahi desahan pelan oleh Dareen. "Anna, kembalikan," pinta Dareen dengan pelan.
Baca selengkapnya
Chapter 48 : Wenda's back
Esa menikmati teh yang disajikan oleh Jane. Konsultasi mereka baru selesai beberapa menit yang lalu. Tadinya Esa berniat pulang bersama sang ibu namun niatnya dia urungkan.  Dan disinilah mereka. Di halaman belakang rumah perempuan mungil nan manis tersebut. Mengobrol dan menikmati suasana halaman belakang yang cukup sejuk.  "Sepertinya semua sudah baik-baik saja Sa," ucap Jane yang masih memeriksa beberapa dokumen perkembangan kesehatan mental Esa selama ini.  "Baguslah jika begitu," jawab Esa dengan senyuman tulusnya. "Terima kasih untuk semuanya dok." Jane menghela nafas. "Aku tahu kau bisa mengendalikan dirimu sendiri. Trauma mu tidak seserius yang Dareen khawatirkan."
Baca selengkapnya
Chapter 49 : Random
Esa tengah sibuk memainkan handphone sambil sesekali bersenandung. Tidak ada hal menarik sebenarnya, ia hanya membuka beberapa fitur media sosial secara acak tanpa jelas apa yang sedang ingin dia lihat.  Wajahnya sesekali tampak mengernyit, lalu kemudian cerah kembali dan begitulah seterusnya. Sementara seseorang lainnya hanya menatap Esa dengan tatapan bosan. Sudah hampir satu jam mereka dengan posisi seperti itu. Esa yang tiduran di pahanya namun atensinya sepenuhnya tertuju pada handphone.  "Bukan kencan seperti ini yang aku harapkan," dengus nya.  "Benarkah?" tanya Esa tanpa minat. Dia bahkan tidak menolehkan sedikitpun kepala kepada lawan bicaranya.  "Ayolah Sa, ini su
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status