All Chapters of Mutualism Marriage: Chapter 21 - Chapter 30
45 Chapters
21. Permintaan Denis
Denis memang jarang berbicara empat mata dengan kakeknya. Sejak dia diantar oleh ayahnya, Ray untuk tinggal bersama Dewanda, hanya beberapa kali mereka bercakap berdua. Selebihnya, dia hanya menjalani aktivitas ditemani oleh para pengasuh dan pelayan.Dengan Melati pun tidak. Awalnya, dia mau bermanja-manja dengan istri kakeknya itu. Namun, setelah mengetahui kebenarannya, dia sendiri yang menjauhkan diri.Ray adalah anak tiri Melati. Kenyataan itu baru diketahuinya ketika seorang wanita muda dan seksi datang menemuinya bersama seorang anak laki-laki berusia lima tahun. Wanita itu mengaku sebagai kekasih gelapnya Dewanda.Betapa terpukulnya Melati saat itu. Laki-laki yang begitu dicintai dan dipercayainya, tega mengkhianati. Sulit baginya untuk menerima kenyataan. Begitu juga dengan Dewanda, tidak mudah baginya untuk mendapatkan maaf dan kepercayaan dari sang istri lagi. Saat itu adalah masa-masa terberat dalam rumah tangga dan cinta mereka.Keadaan mulai membaik setelah
Read more
22. Kehadiran Alena
Adriel datang ke kantor tempat Sandra bekerja. Kesibukan di perusahaan kakeknya, membuat dia sedikit melupakan perusahaan yang baru dibeli karena Sandra itu. Pagi itu, keadaan kantor sedikit lebih tegang dari hari-hari saat dia tidak masuk.Arman dan Sandra segera menghadap ke ruangannya untuk memberikan laporan masing-masing. Sekalipun Arman bukan lagi pimpinan, dia masih dipercaya untuk mengatur jalannya perusahaan. Apalagi, Alfaro harus memegang tiga perusahaan sekaligus saat. Perusahaan yang telah dirintisnya sendiri juga tidak boleh diabaikannya begitu saja, meski Dewanda akan menyerahkan perusahaan ke tangannya."Pencapaian masih jauh dari target, padahal ini sudah hampir akhir bulan," ujar Adriel sambil memeriksa laporan dari Arman."Benar, Pak. Saya janji akan meningkatkan kinerja team marketing setelah ini." Arman tidak dapat menyembunyikan kegentarannya di hadapan bos yang jauh lebih muda darinnya."Saya rasa perusahaan ini butuh seseorang yang khusus mengurus
Read more
23. Adriel dan Alena
"Please, maafkan aku! Aku janji akan menikah dengan kamu." Alena menegakkan tubuhnya kembali, dia tampak putus asa."Aku sudah menikah," tukas Adriel. Dia bangkit berdiri, menjauh dari Alena."Aku gak percaya kamu mencintainya." Alena menyusul dari belakang, mendekatinya."Aku gak butuh kepercayaan darimu." Adriel membalikkan badan agar pernyataannya terdengar jelas, tapi Alena sudah berada di belakangnya."Aku bisa rasakan hatimu untuk siapa." Kedua tangan Alena telah melingkar dengan bebas di leher Adriel. Tatapan mereka beradu.Melihat tidak ada penolakan, Alena memainkan jemarinya di pipi Adriel. Berkali-kali dia memanggil dengan sebutan sayang, Adriel hanya memalingkan wajah, tapi tidak beranjak. Dibiarkannya wanita itu bergelayut manja.Seketika itu juga Sandra masuk tiba-tiba. Adriel mendorong tubuh Alena hingga tangannya terlepas dari leher sang mantan kekasih. Padahal, dia tahu tidak perlu melakukan hal itu.***Alena keluar dari ruan
Read more
24. Permintaan Adriel
Sandra hanya diam, membiarkan Adriel menjelaskan semuanya yang mungkin saja belum diketahuinya. Tubuhnya bagaikan patung es yang siap untuk meleleh."Ada sesuatu hal yang membuat kami batal menikah saat itu, padahal semua sudah kupersiapkan. Itulah sebabnya, aku menikah denganmu." Sandra mulai merasakan akan ada badai yang menerpanya."Tapi kini, Alena sudah siap menikah denganku." Deg, Sandra sudah bisa menebak kelanjutannya."Lalu?" Bibirnya bergetar."Kita akhiri saja sandiwara ini." Adriel mengucapkannya dengan perlahan."Warisanmu? Bukankah itu tujuan semua ini?" Sandra berharap Adriel masih mempertimbangkan keputusannya. Entah mengapa, ini begitu sulit diterimanya."Aku bisa mendapatkannya bersama Alena. Syarat dari kakek hanya aku harus menikah." Penjelasan Adriel sama sekali tak diharapkan, bahkan seolah tak peduli pada perasaannya."Lalu aku?""Bukankah semua sudah kulakukan untukmu?" Mata Adriel ikut menegaskan kalimatnya."Lalu, kemudian aku aka
Read more
25. Alena di Rumah Dewanda
Alena memasuki halaman rumah milik Dewanda. Ini adalah kali pertamanya diajak Adriel yang harusnya pada malam itu. Penyesalan kembali menggerogoti hatinya, mengapa tidak sejak awal. Namun, senyuman licik kembali samar di wajahnya, mengingat sebentar lagi, Adriel akan kembali ke pelukannya.Tak putus ia mengagumi kemewahan milik keluarga kekasihnya itu. Tanpa sadar, Adriel mendengar decakan kagum yang meluncur begitu saja dari mulutnya."Rumah kakek kamu, besar sekali, Sayang." Alena bergelayut manja di lengan Adriel sambil memandang sekitarnya. Laki-laki itu hanya tersenyum melihat kebahagiaan wanitanya."Kamu harus buat mereka menyukaimu, ya." Adriel menyentuh puncak hidung Alena."Siap, Pak Bos." Alena menggeser wajahnya hingga puncak hidungnya yang mancung menyentuh pipi Adriel. Keduanya tertawa bahagia.Dewanda dan Melati telah menanti di dalam rumah. Mereka dapat menyaksikan kemesraan cucunya dengan wanita lain yang bukan istri sahnya. Melati menatap dengan sendu
Read more
26. Keputusan Sudah Bulat
"Nenek gak setuju kamu menikah dengan dia," tukas Melati. Dia menatap cucunya penuh harap.Adriel sangat menyayanginya, demikian sebaliknya. Keduanya saling bergantung dan tidak dapat menolak permintaan masing-masing. Tapi, kali ini Melati tidak akan menuruti keinginan cucunya itu."Kenapa, Nek? Apa karena dia tidak bisa masak? Semua butuh proses, Nek." Adriel mencoba meyakinkan neneknya dengan wajah memelas. Dia tidak berani berkata keras terhadap wanita yang telah membesarkannya itu."Bukan hanya itu, nenek rasa dia bukan perempuan yang cocok denganmu. Apa kurangnya Sandra?" Sama halnya dengan Melati, tidak pernah ada kata atau nada keras darinya mesikipun sedang marah pada cucu tunggalnya itu."Pasti karena Sandra, kan? Nenek suka karena lebih dulu mengenalnya daripada Alena.""Ya, Nenek suka pada istrimu itu. Jangan pernah menggantikannya dengan wanita lain!" Melati menekankan setiap katanya.Adriel tahu, Melati sudah tak terbantahkan jika sudah sep
Read more
27. Keputusan Adriel
Adriel berada dalam dua pilihan. Memilih Alena, sama halnya merelakan apa yang sudah diperjuangkan keluarganya pada orang yang salah. Denis akan mendapat kesempatan untuk memiliki warisan Dewanda. Tapi, jika dia memilih, mengikuti persyaratan Dewanda, dia takut akan terikat pada sesuatu yang tidak mudah dilepaskan.Seperti biasa, dia melakukan aktivitasnya, mengurus tiga perusahaan sekaligus. Adriel bersyukur punya orang-orang yang dapat dipercaya. Arman, meski tidak terlalu disenanginya, cukup membantu pekerjaannya."Permisi, Pak," pamit Arman setelah mendapatkan beberapa kritik dan saran dari Adriel.Adriel bukan saja pimpinan yang keras dan tegas, tapi dia juga mampu mengayomi karyawannya agar bekerja lebih efektif dan loyal. Tidak sedikit karyawan yang memuji gaya kepemimpinannya itu. Yang tidak suka, justru adalah mereka yang berlaku curang dan mencari kepentingan sendiri dan merugikan perusahaan.Baru saja Arman memegang handle pintu, pintu itu terdorong da
Read more
28. Egois
Sandra hanya bisa pasrah pada perlakuan Adriel. Entah itu karena kelemahannya yang tak sanggup melepaskan diri atau karena perasaan yang tak dapat dipungkiri. Dan kenyataan sangat menyakitkan hati. Adriel melakukan hanya demi harta.Air mata mengalir deras ketika Adriel selesai menuntaskan misinya. Sandra tidak pernah menyangka akan sejauh dan sesakit ini. Dia melepas tangis setelah Adriel meninggalkan kamar kembali ke kamarnya.Sejak awal, mereka memang tidur di kamar terpisah. Sesuai perjanjian, tidak boleh saling menyentuh. Namun, dengan egois Adriel mengubah perjanjian demi kepentingannya sendiri tanpa memikirkan nasib dan perasaan Sandra. Tangisnya semakin pilu melihat bercak darah di sprei.Di kamarnya, Adriel segera membersihkan diri. Sebenarnya, ada sedikit rasa bersalah yang muncul di bilik hatinya. Namun, tidak ada pilihan. Semua dilakukannya demi kelangsungan Dewanda Group. Dia tahu betul bagaimana kakeknya, tidak pernah main-main jika membuat keputusan. Adriel t
Read more
29. Fakta Baru
Adriel tak sabar untuk segera menemukan nama yang dicarinya. Lebih cepat, tapi tetap teliti agar tak ada yang terlewatkan. Jantungnya berdetak kencang, tumpukan map semakin menipis, tapi data Adriana belum ditemukan."Pasti ada." Adriel tidak putus asa mencari meski sudah habis memeriksa.Teringat pada map miliknya tadi yang tak sempat dibuka. Diambilnya kembali untuk dilihat isinya, berharap ada sesuatu yang dapat ditemukannya.Ya, seperti yang diharapkannya, sebuah kertas yang bertuliskan nama Adriana sudah berada di tangannya. Adriel juga yang menyebutkan nama adiknya pada Bu Ani saat itu. Ani menuliskan bahwa mereka adalah korban kecelakaan yang ditemukan warga. Di balik kertas tadi, ada kertas lagi yang menyatakan pengadopsian Adriana. Dengan jelas, Adriel membaca nama pasangan suamu istri itu. Damar dan Maria.Napas Adriel tersekat. Pikirannya menerawang pada foto yang ditemukannya dari koper Sandra saat itu. Adriana dengan seorang anak perempuan yang seba
Read more
30. Kecurigaan Adriel
Melihat ekspresi Adriel yang aneh, Sandra menjadi takut."Ada apa?" Dahinya berkerut.Adriel diam sejenak, mematung, melihat wajah Sandra. Dia tak menyangka, adik yang selama ini dicari-carinya telah berada di dekatnya. Namun, dalam posisi yang berbeda.Adriel menggosok-gosok wajah dengan kedua tangannya. Berharap semuanya hanya mimpi atau berubah. Tapi, tetap yang di hadapannya adalah pemilik kalung yang telah menjadi istrinya bahkan telah ditidurinya."Aku sudah memutuskan, kita akan bercerai." Kalimat itu meluncur begitu saja dari Adriel. Dia masih mematung, menatap Sandra, membuat wanitanya itu merasa ada yang aneh."Baik, itu yang terbaik." Raut wajah Sandra yang awalnya senang setelah menemukan kembali kalung itu, berubah tegang.Tak pernah sebelumnya, Adriel salah tingkah di hadapan wanita. Ini kali pertama dialaminya. Dia yang biasanya mendominasi dan angkuh, kini bingung menetapkan sikap."Aku masuk dulu." Ada rasa sesak yang kian lama kian terasa di di
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status