Semua Bab My Crazy Boss (Indonesia): Bab 161 - Bab 170
188 Bab
Ch. 161
Arnold mengangguk pelan sambil menyimak cerita Sisca, jadi seperti itu? Dia bisa jadi segila itu karena perlakuan ayah tiri dan saudara tirinya? Brengsek memang! Dan hendak mencelakakan Sisca hanya karena Arnold yang akan menikahi Sisca? Astaga, kenapa ada-ada saja kelakuan manusia zaman sekarang? Ah ... Arnold lupa, kemungkinan selain depresi, Dita juga menderita gangguan mental yang lain. Mengingat perlakuan yang dia terima cukup mengerikan dan sudah berlangsung cukup lama. "Jadi begitu, aku belum selesai baca buku itu, Ar. Keburu dia datang masuk lagi ke dalam gudang." Sisca menyeka air matanya, nampak ia masih sesegukan. "Tapi aku nggak habis pikir, Sis." Arnold meneguk soda pesananya. "Kamu bisa melepaskan diri dari ikatan itu, bukannya lari keluar atau kabur, kamu malah santai baca buku harian Si Dita itu?"Tentu itu hal paling bodoh menurut Arnold. Kenapa dia malah melakukan itu padahal Sisca tahu sendiri nyawanya terancam! Benar-benar tidak m
Baca selengkapnya
Ch. 162
"Telpon siapa?" Tanya Gunawan yang tiba-tiba muncul dari luar, nampak wajah itu begitu lelah membuat senyum getir tersungging di wajah Linda. "Arnold, memastikan bahwa dia jadi datang kemari." Jawab Linda apa adanya, tidak ada orang lain yang dia telepon kecuali anak sulungnya itu.Gunawan nampak berdiri di depan cermin besar yang ada di kamar mereka, memperhatikan pantulan wajahnya yang terbayang di sana. "Jadi pulang beneran? Sama calonnya itu?" Kini Gunawan membalikkan badan, menatap sang istri yang bersandar begitu santai sambil meluruskan kaki di atas ranjang. "Oh pasti! Bukankah tujuan dia pulang untuk itu?" Linda balas menatap sang suami dengan serius, memastikan bahwa sang suami melihat sorot matanya yang tidak main-main. Gunawan tidak menjawab atau berkata apapun, dia melangkah dengan santai menuju kamar mandi. Membuat Linda menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. Bagaimana kalau kerasnya ha
Baca selengkapnya
Ch. 163
Arnold tersenyum ketika mendapati Sisca sudah duduk menantinya di sofa ruangan kerja pribadi Arnold. Selain lega melihat Sisca baik-baik saja, ia juga makin semangat kalau Sisca ada di sini. Ya kalau dia mau di tahan di sini untuk menemani Arnold kerja hari ini. Sisca tersenyum, bangkit lalu memeluk Arnold erat-erat, sebuah tindakan yang entah mengapa membuat Arnold begitu bahagia luar biasa. Ia balas memeluk, mendekap erat wanita kesayangannya itu lantas menjatuhkan kecupan di puncak kepala. "Pagi-pagi kabur duluan, ujungnya juga nyamperin, kan?" Gumamnya sambil mendekap erat-erat wanita tercintanya itu."Need your help, Darl!" Bisik Sisca sambil menengadahkan kepala menatap Arnold. "Astaga!" Arnold melepaskan pelukan, menutup matanya dengan tangan. "Jadi kamu kesini cuma karena memerlukan bantuan dariku?"Sisca sontak nyengir lebar, melepaskan tangannya dari tubuh Arnold. Arnold kini berkacak pinggang, menatap gemas ke arah Sisc
Baca selengkapnya
Ch. 164
Sisca menutup kopernya. Tinggal malam ini yang artinya besok pagi dia sudah harus ke bandara dan terbang dengan penerbangan eksekutif guna sampai Jakarta. Ia menyingkirkan koper itu dari atas ranjang, meletakkan benda itu dibawah dan menjatuhkan diri ke atas ranjang. Perasaan ragu dan khawatir kembali menyergap Sisca. Apakah besok perjalanannya akan membuahkan hasil? Berhasilkah seorang Gunawan Argadana luluh dan merestui rencana mereka untuk menikah? Sisca terlalu serius pada pikirannya sampai tidak sadar Arnold sudah berdiri di depan pintu kamar. Tersenyum penuh arti menatap Sisca dari tempatnya berdiri. "Baju udah, semua udah beres. Terus sekarang galau mikirin apa lagi, Sayang?" Arnold melangkah masuk ke dalam kamar, jongkok tepat di depan Sisca sambil meraih tangan kekasihnya itu. "Boleh tanya?" Sisca menatap mata itu, Arnold sontak mengangguk pelan dan tersenyum sebagai jawaban atas permintaan Sisca. "Seumpama be
Baca selengkapnya
Ch. 165
Sisca berjalan dengan begitu anggun di sisi Arnold yang mendorong troli berisi koper mereka. Jangan salahkan Sisca kenapa harus Arnold yang susah-susah melakukan itu, Sisca sudah hendak membawa kopernya sendiri tetapi lelaki itu menolak. Jadilah kini ia macam nyonya besar yang tampil stylish melangkah santai nan anggun dengan tas seharga tujuh puluh juta yang dia bawa. Tas yang kemarin Arnold paksa dia untuk pakai pada hari ini. Tas yang baru kemarin Arnold belikan hanya demi kedatangan mereka bertemu sosok itu. "Kita langsung pulang?" Tanya Sisca sambil mengerutkan dahi, dia masih dengan celana panjang hitam dan kemeja yang tampak sangat santai. "Mampir apart dulu deh, undangan kita jam makan siang, kan? Ini baru jam sembilan." Jawab Arnold sambil sesekali memperhatikan orang yang lalu lalang di pintu masuk. Alis Sisca berkerut. Apart? Apartemen maksudnya? Punya siapa? Ah! Sisca kembali lupa bahwa lelaki yang bersamanya ini harta
Baca selengkapnya
Ch. 166
“Wow!”Itu kalimat yang keluar dari mulut Sisca begitu mereka sampai di apartemen yang tadi Arnold maksud. Ini apartemen atau penthouse? Ah Sisca salah! Penthouse tentu akan lebih mewah dari ini, bukan?“Ini punyaku, hadiah dari mami pas aku ulangtahun ke tujuh belas.” Jelas Arnold sambil nyengir lebar.Sisca hanya membelalakkan mata sambil menggelengkan kepala. Begitu takjub dan luar biasa terpukau oleh bagaimana orang-orang kaya menghabiskan uang mereka. Hadiah anak ulang tahun apartemen semewah ini?“Kau bisa istirahat sebentar, Sayang. Setelah itu mandi, siap-siap dan kita pergi ke rumah. Aku mau nelpon mami dulu!”Sisca tidak banyak bicara, ia melangkah mendekati pintu yang tadi Arnold tunjuk. Dibukanya pintu itu dan sekali lagi dia dibuat terkejut dengan betapa mewah dan berkelas desain interior ruangan tidur dengan kasur super besar yang ada di tengah ruangan.“Amazing!”  gumamnya s
Baca selengkapnya
Ch. 167
Sisca menyalakan shower, membiarkan guyuran air itu membasahi seluruh tubuhnya. Panas yang tadi menjalar ke seluruh tubuh mulai menurun. Tubuhnya yang tadi begitu lengket luar biasa kini sedikit lebih segar dan terasa lebih ringan.Arnold benar-benar lelaki paling mesum yang pernah dia temui dalam sepanjang hidupnya! Mereka ada agenda penting dengan orang yang sangat menetukan akhir hubungan mereka, dia malah bisa-bisanya memaksa Sisca melakukan hal ini terlebih dahulu? Benar-benar somplak memang lelaki satu itu.Sisca bersadar di tembok, menempelkan dahinya di tembok dan membiarkan guyuran shower membersihkan tubuhnya dari segala macam keringat dan sisa-sisa pergumulan panas mereka beberapa menit yang lalu.“Dasar menyebalkan!” desis Sisca yang lantas mengangkat kepalanya yang menempel di tembok. Walau tidak dipungkiri Sisca begitu menikmati semua sentuhan dan permainan Arnold yang tidak pernah gagal membuatnya melayang tinggi ke awang-awang.
Baca selengkapnya
Ch. 168
Linda benar-benar khawatir, kenapa Gunawan lantas jadi banyak diam seperti ini? Wajah garang dan kaku yang dia lihat kan beberapa saat yang lalu sontak hilang entah kemana. Sebenarnya ada apa? Jangan bilang kalau dia ada masalah di kantor, hingga wajah kerasnya sontak melunak. Atau jangan-jangan ....  Linda masih mencoba berspekulasi, masih berusaha menerka-nerka ketika kemudian sosok dengan setelan jas rapi itu masuk ke dalam rumah, nampak menundukkan kepala sebagai wujud hormat. Hal yang lantas membuat Gunawan mengangkat wajah dan menatap laki-laki itu dengan saksama.  "Sudah datang?" Tanya Gunawan sebelum sosok itu lebih dulu buka suara.  "Sudah, Bapak. Tuan dan calon istri sudah tiba!" Lapor sosok itu dengan sopan dan penuh hormat.  "Suruh masuk! Bilang kalau sudah ditunggu!" titah Gunawan tanpa ekspresi.  Linda makin takut, khawatir dan risau dengan sikap yang Gunawan tunjukkan. Sejak tadi ia benar-benar tidak ten
Baca selengkapnya
Ch. 169
"Nggak tidur sini? Memang kalian langsung mau balik?' hari sudah hampir malam, acara makan siang mereka berlanjut dengan ngobrol santai berempat dan minum teh bersama di halaman belakang, hal yang saat ini masih mereka lakukan.  "Kita ada urusan lain sih, Pi. Jadi maaf nggak bisa menuhin permintaan Papi buat nginep di sini." Gunawan mengangguk pelan. Nampak ia kemudian menghirup udara banyak-banyak. Meraih cangkir tehnya dan menyesap cairan itu perlahan-lahan.  "Matangkan rencana kalian mau bagaimana. Acara untuk seumur hidup sekali kalian, jadi tolong pikirkan baik-baik." Nasehat Gunawan seraya meletakkan kembali cangkir ke meja.  Sisca dan Arnold kompak mengangguk, membuat Linda tidak tahan lagi untuk ikut buka suara.  "Untuk gown-nya, nanti Mami yang urus deh, Sis. Nggak usah sewa. Kita pesen aja nanti buat disimpen jadi kenang-kenangan. Rencana Mami udah bidik desainer sih, tinggal kamu cocok yang mana?" Tentu Linda jad
Baca selengkapnya
Ch. 170
Burhan tengah berkutat dengan laptop dan beberapa jurnal-jurnal yang sengaja dia print out untuk mempermudah kerjanya, ketika di sore hari itu tiba-tiba ponselnya berdering. Tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop, tangan Burhan terulur meraih benda itu. Setelah membaca So apa yang meneleponnya, Burhan baru mengalihkan pandangannya dari layar.Sisca? Anak gadisnya itu menelepon? Ada apa? Mendadak hati Burhan seperti di remas-remas. Bukankah tadi Sisca dan kekasihnya itu pamit hendak ke Jakarta? Berencana menemui sosok Gunawan Argadana yang bisa di bilang adalah rival masa lalu Burhan dan perebutan ibu dari calon menantunya itu. Apakah Sisca mendapatkan perlakuan yang sama dengan apa yang dulu Burhan dapatkan ketika menemui orang tua dari Linda? Tetapi, bukankah Linda sudah berjanji akan mengurus semuanya? Akan berusaha sekuat tenaga tidak membiarkan masa lalu kembali terulang. Berjanji hendak tetap membuat mereka bersama tidak pedu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status