Semua Bab (A)Gus Nazril: Bab 21 - Bab 30
55 Bab
Bab 21 : She Said Yes
Nazril Point of view.   Malam ini gue harus segera bertolak ke Bandung, rekor baru hidup gue dalam sehari menempuh perjalanan Jakarta-Semarang-Bandung. Tadi pagi gue ngerayu Prof. Danu untuk mengijinkan gue pulang ke Semarang sebentar. Entah kenapa rasanya pengen banget pulang di hari ulang tahun Ralin. Workshop di Jakarta sudah selesai kemarin tapi masih ada pertemuan kedua di ITB besok pagi jadi sebenarnya jadwal gue pulang masih dua hari lagi. Ada waktu luang satu hari sebelum lanjut Bandung dan gue manfaatin hari itu untuk pulang bertemu dengan Ralin. Dari bandara gue langsung menemui Ralin lalu setelah maghrib gue langsung berangkat lagi. Badan gue yang remuk redam seakan enggak ada rasanya dibandingkan dengan apa yang gue dapat hari ini. Alhamdulillah enggak sia-sia harus pulang pergi Semarang-Jakarta. Tadi waktu dirumah gue sekilas sudah bilang sama abi dan umi, beliau berdua menyuruh gue segera menemui orangtua R
Baca selengkapnya
Bab 22 : Masa Lalu
Begitu kerjaan gue selesai gue langsung pamit sama Prof Danu pulang, sebenarnya masih ada acara makan malam tapi gue sudah enggak bisa tinggal lagi. Sejak kemarin gue beneran enggak bisa tenang karena Ralin enggak balas chat gue, telepon gue juga enggak pernah dia angkat. Gue hubungi Edo dan kata dia Ralin ngajuin cuti 3 hari, gue hubungi Tante Rani dan beliau hanya menangis tapi belum mau cerita nunggu gue datang. Begitu sampai di Semarang tujuan pertama gue adalah rumah, gue enggak bisa kalau enggak cerita sama umi atau abi. Setelahnya baru gue ke rumah Ralin. Di rumah Ralin ada beberapa orang. Gisel dan mamanya serta seorang lelaki yang tante kenalkan sebagai suami, namanya Om Yuda. Ternyata ini dia suaminya Tante Rani. Pernikahan itu terjadi karena amanah dari kakeknya Ralin. Beliau merasa bersalah karena menjodohkan Tante Rani dengan papanya Ralin tapi akhirnya harus bercerai. Om Yuda adalah pegawai kakeknya Ralin, Om Yuda orang kepercayaan kakek
Baca selengkapnya
Bab 23 : Kamu Punya Allah
Ralin Point Of View. Aku masih menunggu Mas Nazril mengangkat teleponku."Ralin?""Mas Nazril sudah pulang dari Bandung?""Sudah, kamu di mana?""Boleh aku tanya sesuatu Mas?""Boleh tapi jawab dulu kamu di mana Lin!""Kamu enggak tahu kan Mas tentang pernikahan mama?""Jawab dulu Ralin kamu dimana?""Jawab aku Mas kalau kamu enggak tau!"Aku sudah tidak bisa lagi menahan air mata, hanya dia orang yang saat ini aku harapkan tidak menghianatiku."Kamu enggak tahu kan Mas? Iya kan? Aku tahu kamu enggak akan pernah bohong sama aku!"Demi Allah, aku hanya ingin dengar dia bilang tidak tahu tentang pernikahan mama."Maafin aku Lin!" Jawabnya lirih.Dan hancur sudah hatiku, lengkap sekarang! Orang-orang yang aku sayangi dan aku percaya semuanya menghianatiku."Ralin! Katakan kamu di mana! Kita
Baca selengkapnya
Bab 24 : Keputusan Ralin
Aku jatuh terduduk di lantai, menangis dan memeluk kakiku sendiri sambil memandangi ponselku yang sudah terpisah menjadi beberapa bagian. Saat ini aku berada di sebuah rumah, entah rumah siapa aku melihat tulisan rumah ini dikontrakkan saat pergi dari rumah Gisel. Tanpa pikir panjang aku sewa rumah ini. Aku butuh waktu untuk sendiri. Kenapa mereka semua menghianatiku? Aku memang pernah berniat menolak semua laki-laki yang akan masuk ke hidupku dan mama, tapi itu dulu di saat aku masih kalut. Sekarang aku bukan lagi orang yang tidak bisa disajak bicara, aku sungguh kecewa dengan cara mereka. Apa mereka pikir aku masih Ralin kecil yang hampir gila karena keadaan? Apa mereka tidak menganggap aku yang sudah mati-matian keluar dari keadaan menyiksa itu sampai mereka tega menyembunyikan pernikahan mama? "Kamu kuat Ralin!! Jangan hancur!" Maka aku menguatkan diri sendiri, mencoba sekuat tenaga menghentikan tangis. Aku kuat dan aku tegar. "....Narin itu p
Baca selengkapnya
Bab 25 : Kembali Pada Lya
Nazril Point Of View.   Gue menghentikan mobil tak jauh dari tempat tujuan Ralin pulang malam ini. Gue tadi sengaja keluar restoran lebih dulu agar Ralin yakin gue sudah pergi dan bisa mengikutinya tanpa dia tau. Gue minta Bang Arkan untuk tukeran mobil di restoran tadi, gue sengaja nyuruh Bang arkan makan di sana. Kamelya Ramdhani Nasution. Ralintang Maharani Nasution. Anaknya Agung Nasution. Kenapa gue enggak pernah sadar kalau nama mereka mirip? Gue juga harus tuntut Si Kunyuk Edo karena berita hoaxnya, dia bilang papa Ralin pengusaha properti sukses.  Dari mananya?? Pak Agung adalah seorang pemilik rumah sakit swasta terbesar kedua di kota ini. Profesinya seorang dokter juga dulunya tapi sekarang tidak praktek lagi, karena yang gue dengar dua tahun terakhir ini beliau menjabat sebagai anggota dewan. Gue masih di dalam mobil mengamati Ralin masuk ke sebuah rumah, gue enggak tau ini rumah siapa tapi
Baca selengkapnya
Bab 26 : Jalan Hidup
Ralin Point Of View.   Dua Minggu. Ternyata sudah selama itu aku mengasingkan diri di kontrakan ini. Aku selalu menghindari segala bentuk komunikasi dari keluargaku. Aku sangat bersyukur karena mendapat tempat tinggal yang lumayan nyaman dan juga pemilik rumah ini yang begitu baik padaku. Selama dua minggu ini juga aku selalu berdoa pada Allah agar menyembuhkan hatiku, agar aku cepat berdamai dengan keadaan ini. Hari ini aku off dan setiap harinya aku tidak pernah kemana-mana, hanya keluar untuk kerja dan akan menghabiskan hari di rumah ini, terkadang juga berkunjung ke rumah Bu Tami pemilik rumah ini. Aku selesai masak dan mengantar sebagian masakanku ke rumah Bu Tami yang berada di belakang rumah ini. Setelahnya aku makan siang sendiri. Aku enggak bisa bohong kalau ada juga rasa rindu pada mama, beberapa kali mama mengunjungiku di rumah sakit tapi aku selalu menolak segala bentuk perhatiannya.
Baca selengkapnya
Bab 27 : Haul Membawa Berkah
Mas Nazril!   Akhirnya setelah sekian kali mengetik dan menghapus chat, hanya kata itu yang terkirim tapi belum ada balasan darinya. Saat ini aku sedang dalam perjalanan ke sebuah acara haul seorang kyai. Seminggu yang lalu aku sudah kembali ke rumah mama, sedikit demi sedikit aku sudah mulai menerima kehadiran Om Yuda, dengan keluarga Gisel aku juga sudah minta maaf karena sempat menolak mereka. Alhamdulillah Allah membukakan pikiranku, hidup memang seperti ini banyak sekali yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah melewatinya dengan penuh syukur. Dan dari sekian banyak orang, hanya dengan Mas Nazril aku belum bisa kembali seperti sebelumnya. Entahlah kenapa, setiap malam aku selalu mengetik pesan tapi tidak pernah terkirim. Dia juga seminggu ini tidak terlihat di rumah sakit, kata mas Edo masih sibuk di Jakarta. "Kita mau ke mana sih Om?" Tanyaku memecah keheningan. Aku duduk di belakang bersama Bi
Baca selengkapnya
Bab 28 : Minta Restu
Nazril Point Of View.   "Mas, kamu gugup enggak sih?" "Biasa saja!" "Kamu enggak takut ketemu papa?" "Enggak!" "Kamu enggak bingung mau ngomong apa sama papa?" "Sudah siap!" "Kamu tadi sudah sarapan kan?" "Sudah Lin." "Oh ya, alhamdulillah. Kamu butuh tenaga banyak soalnya!" Haha, Ya Allah calon istri gue! Gemes banget sih gue sama Ralin, pengen gue....enggak jadi deh! Astaghfirullah, ampuni hamba yang pikirannya sudah travelling kemana-mana Ya Allah. Gue janji ini terakhir kalinya gue pergi berdua saja sebelum nikah, enggak bagus untuk kesehatan otak dan hati gue soalnya. Menumpuk dosa juga. Sepanjang perjalanan dari rumah Tante Rani menuju rumah papanya, dia tidak berhenti ngomong. Satu hal yang baru gue sadari, frekuensi bicaranya akan meningkat 100% ketika dia sedang gugup alias jadi cerewet banget. "Bisa enggak sih kita n
Baca selengkapnya
Bab 29 : Pelukan Papa
Ralin Point Of View.   Sepanjang perjalanan ke rumah tidak ada obrolan sama sekali. Jika biasanya akan sangat menyenangkan ngobrol dengan orang ini, sekarang aku lebih tertarik dengan pemandangan jalan. Aku juga menyesal karena menyetujui ajakannya untuk makan di dekat rumah sakit, jadi harus lebih lama sampai rumah. Aku masih belum paham dengan pikirannya, dia yang selalu ngertiin aku, dia yang paham dengan keadaanku tapi tidak berkutik sedikitpun di depan papa. Aku enggak akan sanggup untuk menuruti keinginan papa, tapi apa aku juga sanggup melepas pria ini? "Lin!" Panggilnya memecah keheningan. "Kalau itu caranya biar aku bisa nikah sama kamu, aku akan meneruskan spesialis seperti keinginan papa Mas!" Aku sudah memikirkannya sejak tadi. Dia sudah membuat hidupku berubah dan aku enggak tahu lagi bagaimana jalani hidup kalau harus kehilangan dia. Terdengar kolokan ya? Tapi itu yang aku rasakan. "K
Baca selengkapnya
Bab 30 : Seserahan
Pagi ini setelah jaga malam aku mengendarai mobilku menuju restoran Bang Iky. Mas Nazril menyuruhku untuk kesana, karena rasa bersalahku kemarin aku terpaksa mencoret jadwal tidur dan menyanggupi untuk ke restoran. "Ini dia, sini Lin!" Ucap Mbak Syifa ketika aku baru datang. Di sana sudah ada beberapa orang yang merupakan sepupu Mas Nazril. "Orang kalau cantik, belum mandi saja masih tetap cantik ya? Heran Si Narin pakai jurus apa sampai Ralin mau!" Ucap salah satu sepupu yang bernama Sada. "Dia sudah mandi pastilah, selalu penuh persiapan!" Sahut Mas Nazril. "Mbak Sada bisa saja, tenang Mbak jangan khawatir bau!" Jawabku sambil menerima pelukan dari Mbak Sada. "Percaya sih aku sama kamu, cuma enggak sama yang itu!" Katanya sambil menunjuk Mas Nazril. Di sini selain Mbak Sada, ada juga Ilyas dan orangtuanya, Mbak Syifa lalu ada kembaran ayahnya Ilyas juga katanya baru sampai dari Bandung. Hampir semuanya yang ada di sini aku su
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status