Semua Bab Gelora Cinta Enrico: Bab 41 - Bab 50
130 Bab
Perkelahian
"Aaarkkkk!" Francesca memekik ketika merasakan tarikan di rambutnya. Dia seketika menjadi marah. Gadis itu dengan sekuat tenaga memutar tubuhnya, hingga Rebecca yang duduk di atas punggung Francesca menjadi terkejut. Rebecca berguling di bawah gadis itu. Punggung halusnya membentur tanah dengan keras. Francesca langsung menaiki tubuh wanita itu, kemudian tangannya dengan keras menahan bahu Rebecca sementara tangan lainnya menampar wanita itu.PLAK!  PLAK! Dua tamparan keras diterima Rebecca tanpa bisa menghindar. Ini pertama kali dalam hidupnya, Francesca bersikap bar-bar. Tidak pernah sebelumnya dia berkelahi dengan siapapun. Tekanan yang dia rasakan selama di pulau ini, membangkitkan sikap petahanan diri."Aaargghhh!" Rebecca menjerit kesakitan. Pipinya memerah dan air mata mulai merembes keluar karena rasa sakit yang dia terima. Wanita itu marah dan berusaha membalas tamparan gadis itu.Francesca  masih menghimpit tubuh
Baca selengkapnya
Memeluk Bidadari
Saat mendengar bunyi air sungai yang bergemericik, Enrico membalikan tubuhnya. Seketika tubuh pria itu membeku, matanya terpana menatap keindahan cipataan Tuhan dalam wujud Bidadari tak bersayap. Gadis itu berenang dengan kepala yang timbul dan tenggelam. Berputar ke depan dan ke belakang. Saat kepalanya tersembul, wajah cantik yang polos itu begitu mempesona. Jantung Enrico berdegub kencang, ketika melihat bidadari itu duduk di sebuah batu yang besar. Ia bersenandung dengan lirih sambil menggosok tubuhnya. Kulit halus dan bersih itu tersembul di sela-sela kain yang melilit tubuhnya.Pria tampan bermata biru dengan alis gelapnya yang sangat sempurna itu, tak dapat mengalihkan pandangan matanya pada sosok gadis tersebut. Tubuh gadis itu tidak terekspos, seperti halnya wanita-wanita bebas dengan bikini yang sering dia lihat.Tapi ... ada keindahan yang membuatnya terpana. Ia terpesona dengan segala perasaan yang tak dia m
Baca selengkapnya
Kulit yang melepuh
Rebecca memandangi Francesca dengan mata yang ingin menguliti. Semalaman ia menunggu Enrico membawa gadis itu kembali, tapi hingga dirinya terlelap, mereka belum juga kembali. Dan pagi ini, dia melihat budak liar itu dalam keadaan baik-baik saja. Lalu apa hukuman yang sudah diberikan Enrico padanya? Hal itu membuat Rebecca semakin tidak suka. Pikiran dan perasaannya diliputi dengan tanda tanya. Mereka makan semeja lagi. Enrico, Rebecca dan Francesca. Rebecca semakin risih mengetahui dia duduk semeja dengan seorang budak, yang berderajat lebih rendah daripada seorang pelayan. Bahkan budak itu itu menyuapi Enrico dan makan satu alat makan dengan pria tampan itu. "Berikan padaku, sendok dan garpu milik Enrico!" pinta Rebecca dengan ketus, saat dia melihat Enrico sudah selesai makan. Dia tahu, selanjutnya adalah giliran gadis itu yang akan menyatu dengan saliva pria tampan disampingnya. Francesca tersenyum dalam
Baca selengkapnya
Negosiasi
Sepeninggal Enrico menuju perkebunan, Rebecca mulai melancarkan aksinya. Wanita itu dengan diikuti oleh Eva, menggedor pintu kamar Francesca. Sebenarnya Francesca enggan membuka pintu kamar, tetapi suara berisik yang ditimbulkan oleh kedua wanita itu, membuat ia terpaksa membukanya."Kau, Budak liar sudah berani berlagak ya!" Rebecca menerobos masuk dan melihat seisi kamar. "Apa kau tahu? Baju yang kau kenakan ini, semua Enrico yang membelikannya untukku." Rebecca menepiskan pakaian yang dikenakan oleh Francesca dengan sombong."Tapi ... tidak apa-apa, kau pakai saja semua baju bekas itu. Enrico sudah membiarkan diriku membeli pakaian baru lainnya. Lagipula aku adalah anak Gubernur yang terhormat," ujar Rebecca dengan angkuh."Nona, bisakah anda memberiku beberapa pakaianmu yang indah ini?" pinta Eva dengan mata yang berbinar."Tentu saja. Kau adalah penjilat terbaik yang aku miliki." Dengan an
Baca selengkapnya
Memandikan Monster
Tak pernah sebelumnya terjadi pada Enrico, sebuah perasaan rindu yang menyesakan. Dia adalah tipe pria yang sabar dalam menyelesaikan segala sesuatu, pekerjaan atau permasalahan. Tetapi ... saat ini bahkan dia berkali-kali ingin meninggalkan perkebunan. Rasa tak sabar menanti matahari bergulir ke arah barat, ternyata sangat menyiksa. Pria itu tak mengerti kenapa dia harus meloncat dengan cepat ke atas si Brown dan memacunya dengan cepat ke arah Kastil. Yang dia inginkan adalah melihat keadaan budak liarnya.Wanita yang seharusnya menjadi pelampiasan dendam dan amarah itu, entah mengapa perlahan bergeser menjadi wanita yang ingin dia lindungi. Perasaan benci itu entah mulai kapan bergeser.Saat tiba di Kastil, dia bahkan tidak menambatkan kudanya. Membiarkan seorang pekerja untuk melakukan hal itu. Lelaki tampan itu langsung masuk ke dalam Kastil melewati Serra yang mengangguk hormat menyapanya.Tapi ... kamar yang bi
Baca selengkapnya
Mencium Bidadari
Enrico memandang heran pada Francesca yang masih berdiri dengan sikap kaku. Setelah semua kebaikannya, gadis ini sudah berani melawan. Enrico tiba-tiba merasa terlalu memanjakan budak liar itu."Sudahlah, Sayang. Biarkan saja dia pergi. Biar aku saja yang menemanimu makan. Aku suapi yaa, aaa ...." Rebecca menyondorkan sendok yang berisi campuran kentang tumbuk dan sepotong daging. Francesca bisa melihat dari sudut matanya, saat Enrico menghindari suapan dari Rebeca. Bahkan pria itu mendorong tangan wanita cantik itu me jauhi dirinya. "Aku bisa makan sendiri!" Dengan gerakan kasar pria yang bertangan kekar dan kulit terbakar matahari, memotong daging lalu memakannya.Francesca masih berdiri bagaikan seorang robot di dekat mereka. Dalam hati dia menggerutu kesal dengan penolakan Enrico.    "Hi ih dasar Monster Jelek! Giliran Nona Rebecca menyuapimu, kenapa harus menolak! Menyusahkan saja. Semoga wan
Baca selengkapnya
Hati yang gelisah
"Enrico sayang. Dari mana saja kau, aku sudah menunggumu sedari tadi." Bibir Rebecca tampak mengerucut manja dengan suara yang berombak lembut. Wanita itu menghampiri Enrico dan berganyut di lengan pria tampan, yang berjalan ke arah tempat duduk tanpa menghiraukan pertanyaannya. Rebecca sudah berganti pakaian saat ini. Dia mengenakan gaun bergaris dada rendah dengan memamerkan anggota tubuhnya. Buah dada berukuran besar itu tersembul  sempurna, begitu menggoda.  Di bagian bawah gaun yang ia kenakan,  terbelah hampir sebatas pangkal paha.Wanita cantik yang memiliki rambut hitam berkilauan, berjalan dengan langkah gemulai. Ia dengan sengaja menyibakan belahan gaun dan memamerkan pahanya yang halus. Rebecca menghampiri Enrico yang duduk menatap taman depan. Gerbang besar itu sengaja di buka sehingga deburan ombak tampak dengan jelas. Wanita dengan dandanan menggoda itu, duduk di samping Enrico. Di
Baca selengkapnya
Rayuan Rebecca
Enrico benar-benar terkejut dengan apa yang dia lihat di hadapannya saat ini. Bukan sosok tubuh telanjang yang membuatnya terkejut. Tapi pemilik dari tubuh indah itu lah yang membuat dirinya merasa sangat heran saat ini. Bagaimana bisa wanita itu berada di kamar ini. Apa yang dia lakukan di tempat ini. Enrico yang masih terpaku dengan heran menatap wajah wanita di hadapannya. Ia tidak beraksi saat wanita itu mendekatinya dan menutup pintu kamar.Rebecca yang memutuskan untuk tidur, sudah melepaskan gaun tanpa bra. Dia hanya mengenakan celana dalam segitiga runcing, saat  Enrico tiba-tiba membuka pintu kamar.Meskipun diawali dengan rasa terkejut. Rebecca sangat senang sekali ketika mengetahui jika yang datang adalah Enrico. Tanpa merasa malu sedikitpun, wanita yang sedang telanjang itu tersenyum lembut, melangkah dengan kaki yang menyilang, mendekati Enrico.Dia dengan sengaja menempelkan tubuhnya pada tubuh
Baca selengkapnya
Monster Sexy
"Nona ... ssttt kemari?" Eva menarik tangan Rebecca ke arah luar Kastil. Dia membawa Rebecca ke belakang sebuah pohon. Gadis itu menoleh ke sana dan kemari sebelum berbicara."Apaan sih Eva? Mau apa kita di sini?" tanya Rebecca gusar."Duh, Nona. Sebentar saya memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan kita." "Maksudmu?" "Nona tahu, semalam tuan Enrico keluar dari kamar siapa?" Rebecca tersenyum. "Ooo ... ternyata kau sudah tahu?" "Loh, Nona sudah tahu?" Eva merasa heran melihat Rebecca tersenyum sendiri."Tentu saja aku tahu, Bodoh. Enrico semalam keluar dari kamarku. Kita habis bermesraan, ah ... luar biasa indah rasanya." Rebecca memejamkan mata, mengingat pelepasannya dengan membayangkan sentuhan Enrico."Ooo ... berarti saya salah lihat ya." Eva mengernyitkan keningnya."Salah lihat, memangnya apa yang kau lihat?" Kali ini ganti Rebecca yang mer
Baca selengkapnya
Hasrat Monster
Aroma parfum, perpaduan kaktus dan buah anggur dengan wangi akhir kayu yang berbaur dengan lavender. Aroma maskulin yang berbaur dengan kelembutan menyerbak masuk ke penciuman Francesca. Menghantarkan ketenangan.Entah mengapa tatapan itu tidak menakutkan, justru terasa sangat menyilaukan. Sinar kelembutan yang dipancarkan mata biru saphire itu, tak sanggup di balas oleh gadis bermata hazel. Dia memejamkan mata dan lagi-lagi membuat gerakan yang menarik minat pria  bermata saphire, menggigit bibir. Gerakan sederhana yang terasa sangat sensual bagi pria tersebut.Ibu jari lelaki tampan itu mengusap lembut bibir merah muda, yang bergetar dan mendesah lemah. Jemari itu melepaskan bibir ranum dari gigi putih yang rapi dan membuatnya terbuka. Enrico memandangi wajah lembut dan cantik Francesca di pangkuannya. Sinar bulan purnama yang menerangi, membuat kecantikan dalam keremangan malam, terpancar sangat sempurna. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status